TRIBUNTRAVEL.COM - Batam di Kepulauan Riau dikenal sebagai salah satu kota tujuan wisata yang ramai dikunjungi wisatawan.
Selain menawarkan destinasi modern dan wisata bahari, Batam juga menyimpan jejak sejarah penting yang masih bisa disaksikan hingga hari ini.
Baca juga: Itinerary Singapura 2 Hari 1 Malam dari Batam: Ferry PP, Hostel, Wisata Hits, Bujet Rp 2,5 Juta
Baca juga: Itinerary Batam 1 Hari Bujet Rp 300 Ribuan: Batam Zoo Paradise dan Wisata Ocarina
Salah satunya adalah Ex Camp Vietnam di Pulau Galang.
Tempat ini bukan sekadar objek wisata, melainkan situs bersejarah yang menjadi saksi krisis kemanusiaan pada dekade 1970–1990-an.
Baca juga: Itinerary Singapura 2 Hari 1 Malam dari Batam Naik Kapal, Rp 3 Juta Sudah Plus Hotel
Baca juga: Itinerary Wisata Kuliner Seharian di Batam, Budget Rp 700 Ribuan untuk 2 Orang
Di lahan seluas 80 hektare, ribuan pengungsi Vietnam pernah hidup dan bertahan selama hampir dua dekade.
Sejarah Singkat Ex Camp Vietnam
Krisis kemanusiaan di Vietnam dimulai pada 30 April 1975, ketika Saigon jatuh ke tangan Vietnam Utara.
Penduduk Vietnam Selatan saat itu menghadapi pilihan sulit: bertahan di bawah rezim baru atau melarikan diri.
Ribuan orang kemudian berbondong-bondong meninggalkan tanah kelahirannya dengan sekoci kecil berukuran rata-rata 7 x 2 meter.
Pelayaran mereka di Laut Cina Selatan penuh risiko.
Badai, ombak besar, kelaparan, hingga kematian menjadi bagian dari perjalanan panjang itu.
Banyak kapal karam, sementara sebagian berhasil mencapai daratan di wilayah Indonesia, termasuk Natuna dan Bintan.
Gelombang pertama pengungsi tercatat tiba pada 22 Mei 1975 di Pulau Natuna, diselamatkan oleh petugas pengeboran minyak lepas pantai.
Jumlah mereka terus bertambah, hingga pada Oktober 1979 mencapai 30 ribu orang.
Situasi ini dilaporkan ke pemerintah pusat, dan Presiden Soeharto saat itu memutuskan membangun camp pengungsian tahap dua di Pulau Galang, Batam.
Baca juga: Tak Sekadar Landmark Ikonik, Intip Potret Tugu Gasing di Batam, Kepri yang Instagramable
Pulau Galang sebagai Lokasi Strategis
Pulau Galang dipilih karena dianggap strategis dan memiliki sumber air dari Sungai Gong.
Saat itu, pulau ini dihuni beberapa warga lokal yang kemudian direlokasi ke Sembulang untuk menghindari percampuran dengan pengungsi.
Dengan bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dibangunlah fasilitas lengkap di atas lahan 80 hektare tersebut.
Mulai dari pelabuhan, barak pengungsi, sekolah, rumah ibadah, hingga jaringan perairan.
PBB juga menyediakan logistik berupa sembako, layanan kesehatan, serta program keterampilan dan pendidikan bahasa bagi para pengungsi.
Sejak 1 Januari 1980 hingga 3 September 1996, camp ini menjadi rumah sementara bagi ribuan pengungsi Vietnam.
Kehidupan di Camp Pengungsian
Masa-masa di camp menjadi bagian penting dari sejarah Pulau Galang.
Para pengungsi yang datang memiliki latar belakang berbeda.
Ada rakyat biasa, pedagang, dokter, profesor, hingga mantan tentara.
Meski berada di tengah keterbatasan, camp ini dikelola dengan sistematis oleh PBB dan pemerintah Indonesia.
Program pelatihan yang diberikan memungkinkan para pengungsi mempersiapkan diri untuk hidup baru.
Sebagian dari mereka kemudian dipulangkan ke Vietnam ketika negara itu siap menerima kembali warganya.
Sebagian lainnya mendapatkan kesempatan untuk pindah ke negara-negara seperti Amerika Serikat, Malaysia, Filipina, dan Hongkong.
Penutupan Camp dan Perubahan Fungsi
Setelah 16 tahun beroperasi, camp resmi ditutup pada tahun 1996.
Namun, jejak sejarahnya tetap tertinggal.
Pada tahun 2000, Badan Pengusahaan (BP) Batam membuka kembali kawasan ini sebagai destinasi wisata sejarah dengan nama Ex Camp Vietnam.
Di sini, wisatawan bisa melihat sisa-sisa bangunan bersejarah, termasuk barak, gereja, pagoda, hingga bekas rumah sakit.
Ada pula monumen peringatan, lukisan, serta peninggalan lain yang menggambarkan bagaimana kehidupan pengungsi Vietnam di masa itu.
Reuni dan Kenangan yang Tak Terlupakan
Meski camp sudah lama ditutup, Pulau Galang masih memiliki tempat istimewa di hati para pengungsi Vietnam.
Beberapa kali reuni digelar di kawasan ini, salah satunya pada tahun 2005 yang dihadiri sekitar 480 orang, serta pada tahun 2019 yang dihadiri lebih dari 230 orang.
Banyak dari mereka kini tinggal di berbagai belahan dunia, namun Pulau Galang tetap menjadi simbol perjuangan hidup dan kenangan masa lalu.
Beberapa bahkan mengusulkan pembangunan wisma khusus agar reuni bisa lebih nyaman dilakukan di area ini.
Pesona Wisata Sejarah di Batam
Kini, Ex Camp Vietnam menjadi salah satu destinasi wisata sejarah paling menarik di Batam.
Berbeda dengan wisata bahari atau hiburan modern, kawasan ini memberikan pengalaman mendalam tentang nilai kemanusiaan dan perjuangan.
Bagi wisatawan yang datang, kunjungan ke Pulau Galang bukan sekadar melihat bangunan tua, tetapi juga merenungkan kisah nyata ribuan orang yang berjuang mencari kehidupan layak.
Ikon Sejarah Dunia di Batam
Ex Camp Vietnam di Pulau Galang menjadi bukti nyata bagaimana Indonesia berperan dalam menangani krisis global.
Tempat ini bukan hanya saksi bisu masa lalu, tetapi juga warisan sejarah yang terus mengingatkan generasi sekarang tentang arti kemanusiaan.
Berwisata ke sini berarti juga ikut menjaga memori sejarah yang tidak boleh hilang.
Pulau Galang dengan Ex Camp Vietnam-nya kini menjadi salah satu ikon wisata sejarah dunia yang dimiliki Batam, Kepulauan Riau.
TribunTravel
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.