TRIBUNTRAVEL.COM - Berwisata ke Solo, Jawa Tengah, rasanya belum lengkap jika belum berkunjung ke Keraton Kasunanan Surakarta atau yang lebih dikenal sebagai Keraton Solo.
Berdiri sejak tahun 1745 pada masa pemerintahan Pakubuwono II, keraton ini bukan hanya menjadi pusat kebudayaan Jawa, tetapi juga menyimpan sejarah panjang perjalanan bangsa Indonesia.
Sebagai penerus Mataram Islam, Keraton Solo memegang peranan penting dalam perkembangan budaya, seni, hingga politik di tanah Jawa.
Baca juga: Itinerary Solo 1 Hari dari Jogja, Bujet Rp 270 Ribuan: Keraton, Tumurun Museum & Kuliner Legendaris
Baca juga: Kebo Bule Milik Keraton Solo Mati Terpapar Virus PMK, Begini Nasib Kirab Malam Satu Suro
Masa kepemimpinan para raja keraton juga turut memberi pengaruh besar terhadap dinamika masyarakat, baik di Solo maupun di Nusantara secara keseluruhan.
Keunikan Keraton Solo tidak hanya terletak pada bangunan megahnya, tetapi juga pada peninggalan bersejarah yang masih terjaga hingga kini.
Salah satunya adalah keberadaan 11 gapura dengan desain dan makna filosofis yang berbeda.
Setiap gapura memiliki cerita, simbol, dan fungsi yang berkaitan erat dengan perjalanan sejarah keraton.
Baca juga: Itinerary Piknik 1 Hari ke Solo dengan Rombongan, Liburan Hemat Mulai Rp 190 Ribu
Baca juga: Warisi Budaya Mangkunegaran, Batik Tulis Girilayu Lestarikan Tradisi dengan Sentuhan Modern
Dari gapura utama hingga yang tersembunyi di berbagai sudut, semuanya menyimpan jejak peradaban Islam dan budaya Jawa yang berharmoni.
Penasaran ingin tahu lebih dalam tentang 11 gapura Keraton Solo dan kisah bersejarah di baliknya?
Mari simak artikel ini yang akan membahas secara lengkap lokasi, tanda, serta cerita dari setiap gapura peninggalan bersejarah tersebut.
11 Gapura Keraton Solo: Sejarah Panjang Sarat Makna
Baca juga: Cara Masuk Pracima Tuin, Resto ala Kerajaan di Pura Mangkunegaran, Timuran, Banjarsari, Solo, Jateng
Selain dikenal sebagai pusat budaya Jawa, keraton ini juga memiliki keunikan berupa 11 gapura yang tersebar di berbagai sudut kompleksnya.
Gapura-gapura tersebut bukan hanya berfungsi sebagai pintu masuk dan batas kawasan, tetapi juga menyimpan nilai sejarah, simbolisme, dan filosofi Jawa yang dalam.
1. Gapura Gladag
Gapura Gladag merupakan pintu masuk utama Keraton Solo dari arah utara.
Dibangun pada tahun 1913 sebagai peringatan ulang tahun Pakubuwono (PB) X yang ke-48.
Gapura ini bukan sekadar pintu masuk, tetapi juga simbol penghormatan kepada raja, sekaligus penanda sakralnya kawasan keraton.
2. Gapura Klewer
Gapura Klewer termasuk dalam Margi Tri Gapuraning Ratu, yakni tiga jalan filosofis menuju keraton.
Gapura ini menjadi akses bagi rakyat maupun tamu kerajaan yang ingin menghadap raja.
3. Gapura Batangan
Gapura Batangan juga bagian dari Margi Tri Gapuraning Ratu.
Gapura ini memiliki makna perjalanan spiritual dan tata krama ketika berhadapan dengan pemimpin.
4. Gapura Gading
Gapura ketiga dari Margi Tri Gapuraning Ratu.
Dibangun pada awal abad ke-20 dengan bentuk arsitektur khas Jawa.
Menjadi simbol gerbang menuju pusat pemerintahan dan spiritualitas keraton.
5. Gapura Grogol
Gapura Grogol ini merupakan batas kota antara Kota Solo dan Kabupaten Sukoharjo yang berukuran besar.
Berfungsi sebagai penanda masuknya wilayah kekuasaan Kasunanan Surakarta dari arah barat daya.
6. Gapura Kerten (Kleco)
Juga gapura batas kota berukuran besar.
Terletak di kawasan Kerten/Kleco sebagai jalur strategis keluar-masuk Solo.
7. Gapura Jurug
Terletak di sebelah timur Solo, dekat dengan Taman Satwa Jurug.
Menjadi pintu gerbang utama dari arah Jawa Timur menuju pusat kota Solo.
8. Gapura Kandang Sapi
Salah satu gapura berukuran kecil di sekitar kompleks keraton.
Fungsinya lebih sederhana, namun tetap menjadi bagian penting dari sejarah arsitektur keraton.
9. Gapura Jalan Arah Baki (Solo Baru)
Gapura batas kota kecil di kawasan Solo Baru.
Menjadi penanda perluasan wilayah kekuasaan hingga ke selatan kota.
10. Gapura Makamhaji
Gapura batas kota kecil yang berlokasi di Makamhaji, Sukoharjo.
Simbol hubungan erat antara keraton dengan wilayah sekitarnya.
11. Gapura di Jembatan Mojo
Terletak di tepian Sungai Bengawan Solo.
Dahulu menjadi akses penting menuju dermaga dan penyeberangan air.
Kini menjadi jejak sejarah penting perdagangan dan transportasi masa lalu.
Keberadaan 11 gapura Keraton Solo tidak hanya penting dari sisi arsitektur, tetapi juga menjadi bukti otentik perjalanan sejarah keraton sejak masa Pakubuwono II.
Setiap gapura memiliki nilai filosofi, fungsi sosial, serta makna spiritual yang mencerminkan peradaban Jawa.
Bagi wisatawan, menyusuri jejak gapura-gapura ini bukan sekadar menikmati keindahan bangunan, melainkan juga memahami warisan sejarah yang memberi pengaruh besar pada budaya Indonesia sehingga harus dijaga dan dirawat dengan bijak.
(Cynthia/TribunTravel)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.