TRIBUNTRAVEL.COM - Rumah warna kuning beratap biru terpadu dalam lanskap tepian Sungai Siak, Kota Pekanbaru. Posisinya sekitar 20 meter dari tepian sungai.
Pemandangan struktur Jembatan Siak 3 juga terlihat dari halaman rumah yang berada di daerah Wisata Kampung Bandar, Kelurahan Bandar, Kecamatan Senapelan. Ada taman yang mengelilingi rumah kayu dengan pondasi batu itu.
Baca juga: Setu Tamansari, Danau Cantik di Bogor, Jawa Barat Berlatar Megah Gunung Salak

Baca juga: Taman Sri Mayang Telaga Samsam Kandis, Tempat Bersantai Keluarga yang Kini Jadi Primadona
Bangunan dengan arsitektur limas pancung ini masih berdiri tegak walau sudah berusia lebih dari satu abad. Rumah ini mengajak nostalgia romansa karena menjadi saksi lahirnya Kota Pekanbaru yang bermula dari Senapelan.
Kawasan ini pernah menjadi ibukota Kerjasama Siak Sri Indra Pura. Jarak rumah ini dari pusat Kota Pekanbaru berkisar sembilan kilometer.
Baca juga: Pasar Petak Sembilan Tamansari Jakarta Barat: Belanja Unik, Kuliner, dan Tradisi Tionghoa
Baca juga: Daya Tarik Waerebo, Wisata di Flores NTT yang Masuk Daftar Desa Kecil Terindah Dunia
Dulunya, bangunan yang berdiri sejak tahun 1895 ini menjadi tempat persinggahan Sultan Siak, Sultan Syarif Kasim (SSK) II. Sultan kerap singgah di rumah ketika hendak bermalam di Senapelan.
Rumah ini merupakan Rumah Singgah Sultan Rumah Tuan Kadi. Begitu berada di bagian depan rumah langsung disambut sebuah bak batu berisi air yang dulunya untuk membasuh kaki sebelum masuk ke rumah.
Rumah kayu berkonsep rumah panggung ini memiliki lima anak tangga untuk naik ke atas rumah. Saat masuk ke dalam terdapat ruangan selasar yang biasanya menyambut tamu.
Ada juga ruang induk di samping ruang selasar yang biasanya tertutup agar tidak terlihat oleh tamu. Rumah kayu ini punya empat kamar yang diperuntukkan ibu dan ayah serta para anak perempuan.
Ketika melihat ke dalam ada sejumlah furnitur klasik berupa kursi dan meja. Ada juga sejumlah foto yang memperlihatkan sejarah perkembangan penyebrangan Sungai Siak yang bermula berupa ponton.
Awalnya rumah ini dibangun oleh saudagar di Senapelan, Nurdin R Putih sekitar tahun 1895. Ia memiliki seorang putri yakni Fatimah binti Nurdin Putih. Wanita itu lantas menikah dengan Zakaria bin H. Abdul Muthalib, seorang pemuda dari Labuhan Bilik Panai, Sumatera Timur.
Pada masa pemerintahan SSK II, Zakaria mendapat amanah sebagai Ketua Kerapatan Syariah Kerajaan Siak Sri Indrapura bergelar Qadhi. Ia banyak mengurus tentang Syariat yang berdasar hukum agama Islam.
Baca juga: Itinerary Pendakian Gunung Lawu Bujet Rp 250 Ribuan Keberangkatan Solo
Begitulah asal mula rumah singgah Sultan Siak ini akhirnya diberi nama Rumah Singgah Sultan Siak Rumah Tuan Kadi. Bangunan itu mengalami pergantian pemilik hingga sempat menjadi gudang besi tua sekitar tahun 1994.
Namun secara bertahap sejak tahun 2011, upaya penyelamatan terhadap rumah kayu ini. Aliansi Masyarakat Pelestari Warisan Pusaka Melayu Riau saat itu elaporkan hasil temuan rumah kayu yang perlu diselamatkan kepada pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat
Mereka menindaklanjuti dengan menurunkan Tim Arkeolog BPCB untuk melakukan pendataan satu persatu di lapangan. Akhirnya setelah tiga tahun berjalan, pada tahun 2014, rumah itu menjadikannya sebagai ikon baru Kota Pekanbaru di tepian Sungai Siak.
Sampai saat ini rumah bersejarah itu tidak pernah sepi pengunjung. Setiap hari ada saja yang datang ke Rumah Singgah Sultan Rumah Tuan Kadi dari berbagai lapisan masyarakat.
Baca juga: Bukit Geulis Bogor, Jawa Barat: Pemandangannya Menakjubkan, Cocok untuk Healing
(TribunTravel.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.