TRIBUNTRAVEL.COM - Bukan hanya masjid kuno yang menarik disambangi saat liburan di Jakarta, karena ada masjid-masjid dengan arsitektur ciamik yang sayang bila dilewatkan.
Salah satunya adalah Masjid Ramlie Musofa, di Jalan Danau Sunter Raya Selatan, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jakarta.
Baca juga: Gedung Fatahillah: 25 Rahasia Menarik Museum Sejarah Jakarta yang Jarang Diketahui

Baca juga: Segera Berakhir! Tarif Transportasi Publik Rp 80 dan Ganjil Genap Ditiadakan di Jakarta, Cek Jadwal
Tidak sulit menemukan masjid berusia 5 tahun ini, sebab bangunannya tampil jauh berbeda dari bangunan-bangunan di sekitarnya.
Bila melihat ada bangunan putih seperti monumen Taj Mahal di India, itulah Masjid Ramlie Musofa. Maka tak mengherankan bila masjid ini memiliki julukan Taj Mahal mini.
Baca juga: Itinerary Lombok 3 Hari 2 Malam Bujet Rp 3,2 Juta Sudah All In dari Jakarta
Baca juga: Tiket Masuk Ragunan Akan Naik, Ada Harga Khusus untuk Pemilik KJP dan Warga Jakarta
Masjid yang berdiri tepat di seberang Danau Sunter ini kerap menjadi perhatian setiap masyarakat yang melintas Jalan Danau Sunter Raya Selatan.
Tidak hanya bangunannya yang menarik perhatian masyarakat, tetapi juga ukiran Surat Al-Fatihah di dinding gerbang masjid ini, dan Surat Al-Qariah di dinding balustrade.
Pertama, ukiran itu berwarna emas di atas dinding marmer warna hitam, sehingga terlihat mewah sekaligus mencolok.
Dan yang kedua, selain tertulis dalam huruf Arab, surat itu diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dan Bahasa Mandarin.
Lalu tempat wudhu di masjid ini juga istimewa, karena mirip dengan toilet Masjid Nabawi di kota Madinah.
Kalau begitu, mari kita membahas keistimewaan masjid ini.
Baca juga: Itinerary Liburan Romantis 1 Hari ke Lembang dari Jakarta: Bujet Rp 900 Ribu untuk Berdua

1. Taj Mahal
Menurut Sofian Rasidin selaku Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Ramlie Musofa, monumen di kota Agra itu memang menjadi inspirasi bangunan masjid ini.
Mendiang ayahnya, Ramli Rasidin, ingin membangun masjid untuk menunjukkan cintanya kepada Allah SWT, kepada agama Islam, dan kepada keluarga.
Kemudian dia mendengar kisah monumen Taj Mahal, yang merupakan wujud cinta Shah Jahan kepada istrinya, Mumtaj Mahal, yang meninggal dunia saat melahirkan.
Taj Mahal itu sebenarnya mausoleum, atau bangunan makam, namun dibangun dengan sangat cantik dan detail sehingga membutuhkan waktu 11 tahun untuk menyelesaikan bangunan utama.
Sebagaimana dilansir Wikipedia, dibutuhkan waktu 10 tahun lagi untuk menyelesaikan semua bangunan dan taman di kompleks Taj Mahal ini pada tahun 1653.
Total biaya yang keluar jika dihitung dengan nilai saat ini sekitar Rp 138,8 triliun.
Karena itulah saat ini Taj Mahal kerap disebut sebagai monumen cinta, karena tak mungkin kalau tidak cinta mendirikan mausoleum secantik dan semahal itu.
"Ini terinspirasi dari Taj Mahal, alhmarhum berharap masjid ini sebagai lambang cintanya kepada Allah SWT, lambang cintanya kepada Islam, lambang cinta almarhum kepada keluarga," kata Sofian, yang merupakan anak kedua Ramli Rasidin.
Bila dilihat sepintas, Masjid Ramlie Musofa ini memang mirip Taj Mahal, terutama warnanya yang putih, fasad, balkon di lantai dua, semacam pendopo kecil di atap lantai dua dengan kubah gaya Mughal, sampai menara-menara kecil di setiap sudut bangunan.
Taj Mahal sendiri memiliki langgam Persia dan Asia Tengah, yang memang nenek moyang Kesultanan Mughal.
Hal ini terlihat dari fasadnya berupa dinding yang menjulang tinggi, dengan pintu masuk melengkung di bagian atas, atau Arabic arch. Kemudian ada ukiran kaligrafi mengelilingi pintu masuk itu.
Itu semua juga diterapkan di Masjid Ramlie Musofa.
Masjid Ramli Musofa dibangun di atas lahan seluas 2.000 meter persegi. Pembangunan dimulai tahun 2011 dan selesai pada 2016.
Monumen Taj Mahal di Agra, India, adalah mausoleum atau tempat makam Shah Jahan dan istrinya, Mumtaj Mahal.
2. Terjemahan dua bahasa
Seperti sudah disebutkan sebelumnya, daya tarik lainnya dari Masjid Ramli Musofa ini adalah terjemahan Surat Al-Fatihah dan Surat Al-Qariah dalam dua bahasa.
Menurut Sofian, itu bukan tanpa alasan, sebab ayahnya menghargai keberagaman.
Pasalnya, pengunjung Masjid Ramlie Musofa bukan hanya yang penganut agama Islam tetapi juga mereka para wisatawan yang menyempatkan diri untuk sekedar mengambil foto.
"Karena banyak juga wisatawan non-Islam yang hadir ke masjid kami ini, hanya sekadar foto-foto. Itu enggak apa apa, kami persilakan," kata Sofian pada Jumat (23/4/2021).
"Jadi untuk mengenalkan kepada mereka bahwa di tulisan ini ada penjelasan hari akhir setelah kehidupan. Kan enggak semuanya juga paham bahasa (Indonesia)," katanya menambahkan.
Balustrade yang dihiasi prasasti berukuran Surat Al-Qariah yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan Mandarin.
3. Ramah difabel
Masjid Ramlie Musofa ini juga menjadi satu dari beberapa Masjid besar di Jakarta yang menyediakan fasilitas lift di dalamnya.
Bukan semata untuk menambah kesan mewah, sarana lift ini merupakan bentuk kepedulian Ramli Rasidin kepada para jamaah lansia dan jamaah berkebutuhan khusus, yang kerap datang untuk beribadah.
Awalnya, kata Sofian, saat sang ayah memasuki usia renta dia mengalami serangan stroke yang membuatnya kesulitan untuk melakukan ibadah di masjid.
"Jadi beliau (Ayah) sakit stroke saat itu. Beliau menangis karena tidak bisa ke masjid. Makanya minta untuk dibuatkan lift," kata Sofian melanjutkan.
Namun ternyata, lanjut Sofian, rencana pembangunan lift tersebut dinilai baik karena juga membantu jamaah lansia dan difabel untuk beribadah. Mengingat ruang salat utama Masjid Ramlie Musofa harus ditempuh melewati beberapa anak tangga.
"Waktu desain awalnya belum ada lift. Itu hanya pas beliau terkena stroke, itu permintaannya. Jadi memudahkan siapa saja yang ingin ibadah di dalam Masjid," tutur Sofian.
Masjid Ramlie Musofa ini memiliki lift sehingga para lansia dan difabel juga bisa berkunjung ke masjid ini. Ruangan tempat lift dipasang juga sangat mirip dengan ruangan yang berada di Taj Mahal.
4. Tempat wudhu Masjid Nabawi
Selain ada lift, di area wudhu juga dibuatkan fasilitas tempat duduk permanen di setiap letak keran air.
Adanya tempat duduk ini diyakini dapat menambah rasa nyaman setiap jemaah yang ingin beribadah.
Desain tempat wudhu ini, kata Sofian, terinspirasi dari Masjid Nabawi di Madinah.
Bahkan di setiap toilet, baik untuk jemaah perempuan maupun pria, dilengkapi toilet khusus untuk difabel.
"Jadi saat itu kami sedang umrah tahun 2013, almarhum suruh foto (bagian tempat wudhu). Desain sama persis jadinya. Ramah juga untuk orang tua dan difabel," tandas Sofian.
TribunTravel
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.