TRIBUNTRAVEL.COM - Jika kamu merencanakan perjalanan ke Nusa Tenggara Timur (NTT), ada satu tradisi yang begitu lekat dengan budaya setempat, yaitu tradisi berburu paus di Lembata.
Pulau eksotis ini bukan hanya menawarkan pemandangan indah, tetapi juga menghadirkan fakta menarik yang jarang ditemukan di destinasi lain.
Menyaksikan langsung tradisi ini bisa menjadi pengalaman berkesan, apalagi jika kamu datang saat musim tertentu.
Bahkan, banyak wisatawan yang memasukkan kunjungan ke Lembata sebagai pilihan unik saat liburan berdua bersama pasangan.
Baca juga: Daya Tarik Pantai Lewolein di Lembata NTT, Tawarkan Lanskap Gunung Ile Lewotolok
Tradisi berburu paus di Lembata sudah berlangsung turun-temurun dan dianggap sebagai warisan budaya yang bernilai tinggi.
Masyarakat setempat melakukannya dengan cara tradisional.
Keberanian para nelayan dalam menghadapi paus raksasa di laut lepas selalu mengundang rasa kagum wisatawan.
Bagi sebagian orang, fakta ini menjadi bukti kuat betapa kaya dan uniknya budaya di Indonesia timur.
Tak heran, wisata budaya ini kini menjadi salah satu daya tarik utama pariwisata di NTT.
"Perburuan paus ini sangat diperhitungkan waktunya, tidak semua paus di buru dan hanya menggunakan alat tradisional, tombak," ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata, Apolonaris Mayan dalam acara launching Festival 3 Gunung, di Kementrian Pariwisata beberaoa waktu lalu.
Baca juga: Pantai Mingar di Lembata NTT, Surganya Pencinta Alam dan Seafood Murah Meriah
1. Waktu berburu
Setiap tahunnya rombongan paus bermigrasi dari belahan bumi utara ke bumi selatan.
Salah satu rute yang dilewati ialah perairan Lembata, yaitu pada Mei-Oktober.
Di rentang bulan itu, menurut Mayan masyarakat mulai melakukan ritual-ritual kebudayaan untuk membaca pertanda alam, kapan datangnya rombongan paus.
Diawali seremonial pada 29 April-1 Mei sebagai pembuka prosesi.
"Mereka mulai ritual adat di batu paus, mereka meyakini akan dapat kemurahan (rezeki)," terangnya.
Baca juga: Pengalaman Menakjubkan Mendaki Gunung Ile Mauraja di Lembata NTT: Ada Jalur Mirip Punggung Kuda
"Perburuan tidak dilakukan setiap hari. Ketika mereka lihat semburan paus mereka akan berburu," tuturnya.
Masyarakat adat sana berburu menggunakan perahu tradisional.
Dalam satu perahu, berisikan belasan hingga dua puluhan orang, yang bersiap menggengam tombak.
Begitu paus mendekat, mereka akan menentukan target paus yang bisa diburu dan tidak.
Kemudian beberapa dari mereka langsung lompat dan menancapkan tombaknya.
Baca juga: Healing ke Air Terjun Lodovavo di Lembata, NTT, Suguhkan Pemandangan Menakjubkan
2. Tidak semua paus diburu
Dalam satu rombongan paus yang bermigrasi, ada beberapa jenis yang tidak boleh diburu.
Pertama ialah paus biru, karena jenis ini disakralkan oleh masyarakat.
Mayan mengatakan paus biru punya kedekatan terhadap masyarakat Lembata.
Mereka percaya ada larangan untuk memburu jenis paus tersebut.
"Penangkapan ikan itu kan pemberian. Terhadap paus biru itu enggak boleh diburu. Secara kebatinan mereka dekat," terang Apolonaris Mayan.
Selain paus biru, paus yang sedang hamil untuk jenis apapun, tidak diperbolehkan diburu baik secara adat, ataupun peraturan lingkungan hidup.
"Paus yang lagi hamil enggak diburu, mereka udah tahu, bisa membedakan," ujar Mayan.
Baca juga: Mengunjungi Pantai Batu Payung di Lembata NTT, Akses Sulit Harus Pakai Mobil 4WD
3. Hasil tangkapan menjadi syukuran masyarakat
"Pada dasarnya di wilayah itu dari aspek pertanian enggak bisa (diandalkan). Mereka berharap satu-satunya pada laut. Ikan paus yang mereka buru merupakan pemberian dari tuhan bagi manusial," jelas Mayan.
Oleh karena itu, sesampainya paus di daratan, mereka membagi-bagikan dagingnya kepada semua yang berada di kapal, sesuai beratnya pekerjaan.
"Lepas dari itu mereka bagi ke untuk janda-janda dan yatim piatu. Nanti akan dibarterkan ke pasar-pasar barter, untuk jadi kebutuhan pokok," jelas Mayan.
Sepintas mirip dengan tradisi berkurban umat muslim di Idul Adha.
Meski migrasi paus melewati banyak perairan di Indonesia, termasuk Sabang yang juga terkenal.
"Namun, atraksi berburu paus hanya ada di Lembata, NTT," menurut Mayan.
Tonton juga:
Rekomendasi hotel terdekat dari Bandara Wunopito Lembata
Traveler, mencari hotel di Lembata untuk menginap terbilang gampang-gampang susah.
Oleh sebab itu, TribunTravel punya rekomendasi hotel yang bisa jadi tempat menginap.
Kamu bisa bermalam di hotel terdekat dari Bandara Udara Wunopito Lembata.
Hotel dekat bandara ini memudahkanmu saat perjalanan berangkat dan pulang berwisata.
Berikut rekomendasinya:
1. Hotel Rejeki RedPartner
Lokasi: Jalan Rayuan Kelapa., Lewoleba Utara, Kec. Nubatukan, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur
Jarak dari bandara: sekira 8 menit perjalanan
2. Chendrick Homestay
Lokasi: Jalan Central Lewoleba, Nubatukan, Lembata, Nusa Tenggara Timur
Jarak dari bandara: sekira 4 menit perjalanan
3. Olympic Hotel
Lokasi: Jalan Trans Lembata, Lewoleba Utara, Nubatukan, Lewoleba Tengah, Kec. Nubatukan, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur
Jarak dari bandara: sekira 8 menit perjalanan
4. Hotel Lembata Indah
Lokasi: Jalan Berdikari, Lewoleba Utara, Kec. Nubatukan, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur
Jarak dari bandara: sekira 7 menit perjalanan
5. Hotel Palm Indah
Lokasi: Jalan Pasar Pada (Pasar Barat), Lewoleba Utara, Kec. Nubatukan, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur
Jarak dari bandara: sekira 14 menit perjalanan
(Pos-Kupang/alfreddama) (TribunTravel/nurulintaniar)
Artikel ini telah tayang di Pos-Kupang.com dengan judul Wisata NTT, Ini 3 Fakta Tentang Tradisi Berburu Paus di Lembata
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.