TRIBUNTRAVEL.COM - Batik bukan sekadar kain bermotif indah, tetapi warisan budaya yang merekam jejak sejarah dan jati diri bangsa.
Di tengah arus modernisasi yang kian deras, masih ada sosok yang setia menjaga tradisi ini tetap hidup.
Salah satunya adalah Reni Suprihatin, perempuan asal Desa Girilayu, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah yang mendedikasikan hidupnya untuk melestarikan batik tulis melalui brand Batik Tresno Dharma.
Dengan ketekunan dan cinta pada budaya lokal, Reni membuktikan bahwa batik tulis tak boleh kalah oleh batik printing atau produksi massal.
Baca juga: Tlenik Arts: UMKM Batik Solo dengan Sentuhan Fashion Eksklusif dan Modern
Ia percaya, setiap goresan canting memiliki ruh dan cerita yang hanya bisa lahir dari tangan dan hati pengrajinnya.

Lewat Batik Tresno Dharma, Reni bukan hanya menciptakan kain, tetapi juga menghidupkan nilai, filosofi, dan semangat perempuan pengrajin di daerahnya.
Sebagai bagian dari Kampung Batik Girilayu, desa ini telah menjadi pusat kegiatan membatik sejak era Mangkunegaran, yang mana tradisi membatik diwariskan secara turun-temurun hingga kini.
Salah satu sosok yang turut menjaga dan mengembangkan warisan budaya ini adalah Reni Suprihatin.
Reni merupakan seorang perempuan muda berusia 32 tahun yang memiliki usaha batik tulis bernama Batik Tresno Dharma.
Baca juga: Warisi Budaya Mangkunegaran, Batik Tulis Girilayu Lestarikan Tradisi dengan Sentuhan Modern
Sejarah Usaha Batik Tresno Dharma
Bagi Reni, batik bukan sekadar kain bercorak, ia adalah wujud cinta pada tradisi, identitas diri, sekaligus harapan untuk masa depan budaya bangsa.
Reni memulai perjalanannya di dunia batik sejak masih sangat belia.
"Sejak SD sudah menjadi pengrajin karena (warisan) dari keluarga," cerita Reni saat diwawancarai Tribunshopping.com via telp (Rabu, 30/04/2025).
Ia lahir dan tumbuh dalam lingkungan pengrajin batik membuatnya tak asing dengan malam, canting, dan kain mori.
Baca juga: Transformasi Batik Saraswati: Perjalanan dari Batik Tradisional ke Kebaya Modern yang Elegan
Bahkan sebelum mendirikan usahanya sendiri, Reni telah menimba pengalaman sebagai pengrajin batik di Solo dan Sukoharjo.
"Latar belakangnya sih dari pengrajin di Solo, sekarang buat usaha batik," jelas Reni.
Semua pengalaman tersebut menjadi pondasi kuat saat akhirnya ia memutuskan untuk membuka Batik Tresno Dharma pada tahun 2018.

Ia mengakui, keputusan mendirikan usaha sendiri tak lepas dari keinginannya untuk menciptakan karya yang merefleksikan karakter dan kreativitasnya.
Ia ingin membuktikan bahwa batik tulis bisa tetap eksis dan bersaing di tengah derasnya arus mode modern.
Baca juga: Cantiknya Koleksi Batik Mayangsari, Hadirkan Motif Unik Bisa Buat Oleh-oleh dari Solo
Tantangan
Meski terlahir dari tradisi yang kuat, perjalanan Reni membangun usahanya tidak selalu mulus.
Ia harus menghadapi tantangan zaman, termasuk menurunnya minat masyarakat terhadap batik tulis.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Reni aktif membangun relasi dengan berbagai pihak.
Ia bekerja sama dengan mitra dari berbagai daerah, termasuk luar Jawa, demi memperluas jangkauan batik buatannya.
Pemasaran pun dilakukan secara hybrid—baik secara offline melalui rumah produksi dan pameran, maupun secara online lewat Instagram, Facebook, dan WhatsApp.
Baca juga: Berawal Bikin Masker, Mamnich Kini Produksi Produk Batik & Tenun yang Jadi Buah Tangan dari Solo
Meski sempat mencoba e-commerce seperti Shopee, Reni menyadari bahwa karakteristik pembeli di platform tersebut kurang cocok untuk batik tulis yang bersifat eksklusif.
"(Pemasarannya) nyari relasi aja sih, yang jalan relasinya," ujar Reni mengenai strategi pemasaran.
Ia lebih memilih pendekatan personal dan membangun jaringan dengan konsumen loyal yang menghargai nilai batik tulis.
Reni bercerita bahwa target pasar Batik Tresno Dharma sendiri mencakup generasi muda hingga kalangan yang lebih sepuh, khususnya dari segmen menengah ke atas.
Inovasi Batik
Selain menjual batik, Reni juga aktif mengembangkan motif-motif baru yang bisa disesuaikan dengan karakter pembeli.
Ia percaya, batik bukanlah karya yang kaku. Motif bisa dikustomisasi sesuai keinginan, selama proses tradisionalnya tetap dijaga.
"Motif bisa dikembangkan sesuai karakter masing-masing, bisa custom sehingga bisa melayani harapan dari konsumen. Tapi jangan sampai meninggalkan proses yang ada, jangan ditembak," tegasnya, mengingatkan pentingnya menjaga keaslian proses membatik.
Untuk urusan bahan baku, Reni telah memiliki langganan tetap di Solo.
Hal ini memudahkan keberlangsungan produksinya dan memastikan kualitas kain tetap terjaga.
Sayangnya, ia menyadari bahwa saat ini kontribusinya dalam industri kreatif nasional belum sepenuhnya mendapat perhatian.

Ia pernah aktif mengikuti pameran seperti Solo Art Market, namun kini vakum karena terkendala jadwal.
Meski demikian, harapan Reni tetap menyala.
Ia ingin agar generasi muda tidak melupakan sejarah dan budaya bangsa yang begitu kaya.
"Semoga generasi muda mau meningkatkan batiknya, pasarnya juga lebih luas," harapnya.
Ia juga telah mulai merintis kolaborasi dengan berbagai pihak untuk mengembangkan produknya lebih jauh.
Reni berharap upaya dan usahanya ini memantik semangat anak muda untuk meneruskan dan melestarikan budaya asli Indonesia ini.
"Kalau tidak diteruskan, nanti akan berhenti. Jadi agar ada penerus untuk generasi selanjutnya," ungkap Reni soal misinya mempertahankan batik tulis sebagai warisan budaya.
Sebagai pelaku usaha di Kampung Batik Girilayu, Reni Suprihatin adalah gambaran nyata bahwa pelestarian budaya tidak harus selalu dalam bentuk museum atau institusi besar.
Dengan tekad dan kecintaan pada warisan leluhur, ia membuktikan bahwa dari sebuah desa kecil di Karanganyar, batik tulis bisa tetap hidup, berkembang, dan dihargai.
Batik Tresno Dharma bukan hanya soal kain batik, tetapi juga tentang upaya seorang perempuan muda menjaga warisan, merawat akar budaya, dan menyalakan api semangat bagi generasi penerus.
Dengan tangan-tangan terampil dan hati yang penuh cinta pada tradisi, Reni Suprihatin menjadikan batik sebagai jembatan antara masa lalu yang agung dan masa depan yang penuh harapan.
(Cynthiap/Tribunshopping.com) (TribunTravel/nurulintaniar)
Artikel ini telah tayang di Tribunshopping.com dengan judul Menjaga Tradisi, Perjalanan Reni Suprihatin Melestarikan Batik Tulis Melalui Batik Tresno Dharma
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.