TRIBUNTRAVEL.COM - Museum Bikon Blewut merupakan satu tempat wisata sejarah terpenting di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.
Museum Bikon Blewut menjadi tempat penyimpanan berbagai peninggalan bersejarah yang mencerminkan jejak peradaban masa lampau, tak hanya di Flores, tetapi juga di Nusantara secara lebih luas.
Baca juga: Waktu Pendakian ke Wae Rebo Flores, NTT Maksimal Pukul 4 Sore

Baca juga: Pesona Bukit Cinta di Pulau Flores NTT, Tiket Masukknya Gratis
Setelah melalui proses renovasi pada tahun 2022, Museum Bikon Blewut resmi dibuka kembali untuk umum sejak 1 Februari 2023.
Dirangkum TribunTravel berikut panduan liburan ke Museum Bikon Blewut lengkap dengan lokasi, jam buka dan daya tariknya.
Baca juga: Daya Tarik, Lokasi, dan Harga Tiket Masuk Pantai Watotena di Flores Timur NTT
Baca juga: Pesona Pulau Kalong di Flores NTT, Kapan Waktu Terbaik Berkunjung ke Sana?
Makna Nama "Bikon Blewut" yang Sarat Nilai Budaya
Nama "Bikon Blewut" berasal dari bahasa Sikka.
Kata Bikon berarti "lampau" atau masa lalu, sedangkan Blewut berarti "rusak" atau sisa-sisa yang tersisa.
Jika digabungkan, "Bikon Blewut" dapat dimaknai sebagai “sisa-sisa peninggalan masa lampau.”
Nama ini diambil dari syair adat suku Krowe Sikka yang menceritakan tentang penciptaan alam semesta:
“Saing Gun Saing Nulun, Saing Bikon Saing Blewut, Saing Watu Wu’an Nurak, Saing Tana Puhun Kleruk, De’ot Reta Wulan Wutu, Kela Bekong Nian Tana.”
Artinya kurang lebih: Sejak zaman dahulu kala, ketika bumi masih rapuh, ketika tanah seperti buah yang belum matang, Tuhan menciptakan langit dan bumi, matahari dan bulan.
Nilai filosofi dalam syair ini menjadi dasar semangat pelestarian sejarah dan kebudayaan lokal yang diusung oleh museum ini.
Baca juga: Pesona Pink Beach, Wisata Populer di Flores NTT yang Tawarkan Lanskap Memukau
Lokasi Museum yang Strategis dan Mudah Diakses
Museum Bikon Blewut terletak di Desa Takaplager, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.
Lokasinya hanya sekitar 9 kilometer dari pusat Kota Maumere dan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 20 menit menggunakan kendaraan bermotor.
Lokasinya yang strategis membuat Museum Bikon Blewut mudah dijangkau oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.

Koleksi Museum Bikon Blewut yang Mengesankan
Museum ini menyimpan berbagai koleksi berharga dari zaman prasejarah hingga era kontemporer.
Pengunjung dapat menemukan:
- Fosil manusia purba Flores (Homo floresiensis) yang ditemukan di Gua Liang Bua pada tahun 2002.
- Fosil gajah purba yang ditemukan di Watulemang dan Werang, Kabupaten Sikka, dengan perkiraan usia mencapai 80.000 hingga 300.000 tahun.
- Rangka utuh tikus dan ular purba yang menjadi bagian dari ekosistem purba Flores.
- Alat-alat dari zaman Paleolitikum hingga zaman perunggu, termasuk peralatan batu, alat musik tradisional, dan benda-benda rumah tangga dari era Dongson.
- Porselen asal Tiongkok, moko dari perunggu, dan mata uang kuno dari berbagai negara yang menandai aktivitas perdagangan masa lalu.
- Tenun ikat Flores dan Sumba, serta berbagai benda etnografis khas Nusa Tenggara Timur.
- Lukisan, buku-buku berbahasa Jerman dan Belanda, serta dokumentasi penelitian arkeologi, etnologi, dan linguistik oleh para misionaris Eropa.
Daya Tarik Arsitektur dan Bangunan Museum
Satu bagian yang menarik perhatian pengunjung adalah pintu masuk museum yang berbentuk bulat.
Pintu ini merupakan peninggalan dari Istana Raja Nita, dan menjadi simbol penghubung antara masa lalu kerajaan lokal dan pelestarian budaya yang dilakukan saat ini.
Bangunan museum kini tampil lebih modern pasca renovasi, namun tetap mempertahankan nuansa khas Flores yang sederhana namun sarat makna sejarah.
Didirikan oleh Misionaris dan Ahli Antropologi
Museum Bikon Blewut pertama kali didirikan pada tahun 1965 oleh Pater Dr. Theodor Verhoeven, seorang misionaris Serikat Sabda Allah (SVD) asal Belanda yang juga merupakan ahli etnolinguistik lulusan Universitas Utrecht.
Koleksi awal Museum Bikon Blewut merupakan hasil penelitian, penggalian, dan penemuan arkeologis yang dilakukan Verhoeven selama bertugas di Flores.
Pada tahun 1983, Museum Bikon Blewut ditata ulang secara lebih sistematis oleh Pater Drs. Piet Petu SVD dan dipindahkan ke Ledalero, Maumere.
Ia menjabat sebagai kepala museum hingga tahun 1999. Usaha pelestarian koleksi terus berlanjut, termasuk kontribusi dari misionaris SVD lainnya seperti Paul Arndt, Paul Schebesta, dan Jilis Verheljen.
Penelitian mereka juga telah diterbitkan di jurnal ilmiah internasional seperti Anthropos, jurnal antropologi terkemuka yang didirikan di Austria pada tahun 1906.
Menarik Minat Wisatawan Mancanegara
Sejak dibuka kembali, Museum Bikon Blewut banyak menarik perhatian wisatawan dari Eropa, Amerika, dan Australia.
Sebagian besar dari mereka bukan hanya sekadar berwisata, namun juga melakukan riset akademik, pengumpulan data untuk disertasi dan tesis, serta mendokumentasikan warisan budaya lokal.
Jam Operasional dan Informasi Pengunjung
Museum Bikon Blewut buka setiap hari kerja, dari Senin hingga Jumat pukul 09.00 WITA hingga 14.00 WITA.
Tidak ada tiket masuk dengan harga tertentu, namun pengunjung diimbau untuk mengisi buku tamu dan dapat memberikan donasi secara sukarela demi mendukung operasional dan pelestarian museum.
(Ambar/TribunTravel) (TribunFlores)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.