TRIBUNTRAVEL.COM - Kota Bima ternyata tak cuma menawarkan wisata pantai.
Jika ingin belajar sejarah, Museum Asi Mbojo dapat dijadikan pilihan tempat wisata saat liburan di Bima.

Museum Asi Mbojo merupakan monumen fisik terakhir kesultanan Bima.
Bangunan museum dulunya adalah istana Kesultanan Bima yang dikenal dengan nama Asi Mbojo.
Baca juga: Pantai Tanawu Bima NTB: Daya Tarik, Lokasi, dan Akses ke Sana
Istana ini dibangun sebagai pusat pemerintahan dan kediaman Sultan Muhammad Salahuddin.
Pada tahun 1989, bangunan ini diubah menjadi museum untuk melestarikan warisan budaya Kesultanan Bima.
LIHAT JUGA:
Kini, bangunan tersebut menjadi pusat edukasi sejarah bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Museum Asi Mbojo menyimpan berbagai peninggalan Kesultanan Bima yang masih terjaga dengan baik hingga hari ini.
Museum Asi Mbojo memiliki arsitektur unik perpaduan gaya lokal dan Eropa.
Dibangun pada tahun 1927 oleh arsitek asal Ambon bernama Rehatta, bangunan megah ini rampung pada tahun 1929.
Proses pembangunannya melibatkan gotong royong masyarakat dan didanai langsung oleh Kesultanan Bima, menjadikan istana ini sebagai simbol kuat semangat kebersamaan dan kebanggaan rakyat Bima.

Saat mengunjungi Museum Asi Mbojo, wisatawan akan diajak menyusuri berbagai ruangan yang menyimpan koleksi berharga, seperti senjata tradisional, alat pertanian, benda upacara adat, hingga naskah kuno dengan aksara Bima dan aksara lainnya.
Terdapat pula peninggalan dari masa Hindu yang menunjukkan kekayaan sejarah panjang wilayah ini sejak abad ke-16.
Salah satu momen bersejarah yang patut dikenang adalah ketika bendera merah putih pertama kali dikibarkan di halaman istana ini sebagai simbol kemerdekaan.
Di bagian depan museum, masih berdiri tegak tiang bendera setinggi 50 meter yang dulunya terbuat dari kayu jati Kasipahu saksi bisu perjuangan melawan penjajah Belanda.
Museum Asi Mbojo tidak hanya menawarkan benda koleksi bersejarah, tetapi juga menghadirkan nilai-nilai budaya yang mendalam.
Baca juga: Daya Tarik Pulau Kambing di Kabupaten Bima NTB, Termasuk Akses Menuju ke Sana
Tata ruangnya dirancang menyatu dengan masjid kesultanan dan alun-alun bernama Serasuba, tempat di mana Sultan bertemu rakyat saat upacara besar berlangsung.
Masjid tersebut dibangun oleh Sultan Abdul Hamid pada tahun 1872 dan masih berdiri hingga kini sebagai bagian penting dari kompleks istana.
Beberapa ruangan penting yang dapat dikunjungi di museum ini antara lain Saro Na’e, tempat musyawarah Majelis Hadat, serta ruang Tatarapang, lokasi penyimpanan benda sakral, senjata, dan naskah-naskah kuno.
Terdapat pula ruang pameran yang menampilkan alat-alat rumah tangga, teknologi tradisional, peralatan kesenian, serta sistem sosial masyarakat Bima pada masa Kesultanan.
Naik ke lantai dua, wisatawan bisa menjelajahi ruang keluarga Sultan, ruang kerja, dan kamar pribadi yang kini telah diubah menjadi ruang dokumentasi dan pameran sejarah.

Museum Asi Mbojo bukan sekadar bangunan bersejarah, melainkan representasi identitas budaya dan nasionalisme masyarakat Bima.
Museum Asi Mbojo berlokasi di Jalan Sultan Ibrahim No. 2, Paruga, Rasanae Barat, Kota Bima, Nusa Tenggara Barat.
Buka setiap hari pukul 08.00-20.00 WIB.
Baca juga: Jadwal Kapal Pelni Rute Bima-Sumba Timur 17 September 2024, Harga Tiket Murah Mulai Rp 100 Ribuan
Untuk memasuki Museum Asi Mbojo, wisatawan akan dikenakan biaya tiket masuk, yaitu:
Dewasa: Rp 3.000
Pelajar/Mahasiswa: Rp 2.000
Anak-anak: Rp 1.000
Turis asing: Rp 5.000
Artikel ini telah tayang di TribunLombok.com dengan judul Museum Asi Mbojo, Jejak Sejarah Kesultanan Bima yang Masih Terjaga.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.