Breaking News:

Mata Lokal Travel

Harga Tiket Masuk Ekowisata Mangrove Pangkalan, Wisata Hits di Bengkalis Riau yang Memanjakan Mata

Liburan ke Riau, Ekowisata Mangrove Pangkalan dapat dijadikan pilihan tempat wisata.

Penulis: Sinta Agustina
Editor: Sinta Agustina
Istimewa
Ekowisata Mangrove Pangkalan Jambi Desa Pengkalan Jambi di Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, Riau. 

TRIBUNTRAVEL.COM - Liburan ke Riau, Ekowisata Mangrove Pangkalan dapat dijadikan pilihan tempat wisata.

Ekowisata Mangrove Pangkalan menawarkan hutan mengrove yang masih alami.

Ilustrasi mangrove.
Ilustrasi mangrove. (Unsplash/Maxwell Ridgeway)

Lokasinya berada di Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, Riau.

Teduhnya Ekowisata Mangrove Pangkalan membuat wisatawan betah berlama-lama.

Selain itu, Ekowisata Mangrove Pangkalan juga memiliki lanskap yang memanjakan mata.

Baca juga: Kerupuk Bawang Asal Indragiri Hulu Riau Terkenal sampai Beijing, Ada Rasa Original dan Pedas

Harga tiket masuk Ekowisata Mangrove Pangkalan

Ekowisata Mangrove Pangkalan tak membanderol tarif yang tinggi untuk tiket masuknya.

LIHAT JUGA:

Kunjungan ke wisata ekowisata itu hanya dikenakan tiket Rp 2.000 tanpa biaya parkir.

Sebagai informasi, Ekowisata Mangrove di Desa Pangkalan Jambi yang diresmikan oleh Gubernur Riau itu terletak sekitar 400 meter dari jalan utama lintas Siak - Sungai Pakning dan sangat layak untuk dikunjungi.

2 dari 4 halaman

Sebelum dijadikan Ekowisata Mangrove dahulunya lokasi itu hanya tempat sandar kapal nelayan Desa Pangkalan Jambi dan setiap tahun habis tergerus oleh abrasi.

Untuk mengantisipasi abrasi kelompok nelayan sekitar menanam pohon bakau atau mangrove agar masih tetap memiliki tempat sandar kapal mereka untuk melaut.

Sejak tahun 2004 kata Perintis Ekowisata Mangrove di Desa Pangkalan Jambi yang juga merupakan Ketua Umum Kelompok Mangrove Pangkalan Jambi Alpan, dirinya bersama kelompok nelayan sudah memanam mangrove di sana, namun selalu gagal dan mangrove yang ditanam yang baru berukuran kecil ini habis tergurus ombak pantai selat Bengkalis.

"Jangankan dikunjungi orang seperti sekarang, dahulunya hanya tempat sandar kapal aja, karena kami takut kehilangan tempat sandar makanya kami tergerak untuk menanam bakau saat itu," ujar Alpan kepada Tribun, Minggu (27/10/2024).

Baca juga: Melihat Alutsista di Monumen Tri Matra, Dompak, Bukit Bestari, Tanjungpinang, Kepulauan Riau

Awal menanam jelas Alpan, dilakukan secara swadaya dengan membeli bibit mangrove dengan uang sumbangan anggota kelompok nelayannya.

"Dari ratusan mangrove yang ditanam yang hidup paling banyak sekitar satu atau dua batang aja. Kita saat itu hampir frustasi dengan usaha yang kita lakukan, setiap tahun menanam hanya sebagian kecil yang berhasil tumbuh," ucap Alpan.

Berkat kegigihan dan bantuan CSR dari PT KPI RU II Dumai yang beroperasi di Sungai Pakning harapan mulai tumbuh.

"Pertamina memberikan bantuan nelayan melalui program CSR secara pertahap. Awalnya Pertamina membantu Kelompok Nelayan Desa Pangkalan Jambi ini dengan pembuat pengaman pantai seperti pemecah gelombang," ungkap Alpen.

Kemudian secara bertahap diajarkan bagaiamana cara pembibitan mangrove, hasil pembibitan secara mandiri ini kemudian ditanam sekitar lahan yang sudah ada pengamannya itu.

"Alhamdulillah mangrove terus tumbuh dengan baik," ujarnya.

Ekowisata Mangrove Pangkalan Jambi Desa Pengkalan Jambi di Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, Riau.
Ekowisata Mangrove Pangkalan Jambi Desa Pengkalan Jambi di Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, Riau. (Istimewa)
3 dari 4 halaman

Melihat pohon mangrove tumbuh subur Kelompok Mangrove Pangkalan Jambi mengembangkan pengelolaan makanan dengan bahan dasar mangrove.

Kegiatan itu dilakukan oleh kelompok ibu-ibu nelayan.

Berkembangnya usaha kelompok nelayan itu, bantuan dari pemerintah desa pun datang dan mendorong daerah mangrove itu menjadi lokasi ekowisata di akhir tahun 2018.

"Sekarang taman mangrove yang kita usahakan dahulu sudah sepanjang 3 ratus meter, sudah kita bangunkan track dengan bantuan perusahaan. Track dibangun secara betahap hingga saat ini memiliki panjang sekitar 3 ratus meter, serta ada beberapa spot berfoto yang kita sediakan sekitaran track menyusuri mangrove," ucapnya.

Saat ini jumlah pohon mangrove yang sudah tertanam dan bisa dinikmati sebanyak 22.000 pohon.

Dengan jenis mangrove sebanyak tiga jenis, diantaranya bakau, Api Api dan Pedadah atau Kedabu.

"Masyarakat datang ke sini bisa menikmati pemandangan hutan mangrove dengan melintasi track yang sudah kita sediakan. Selain itu juga bisa membeli makanan olahan mangrove dan olahan hasil tangkapan nelayan seperti dodol kedabu, dodol tembatu, sirup kedabu, amplang lomek, kripik api api dan makanan lainnya yang diolah dari bahan yang ada di desa sini," ungkapnya.

Baca juga: Serunya Menyusuri Wisata Mangrove di Desa Kelumu, Kecamatan Lingga, Kepulauan Riau 

Makanan ringan bisa dibeli warung warung masyarakat yang berjualan di depan pintu masuk tracking mangrove.

Mereka yang berjualan ini juga dibawah naugan kelompok nelayan Desa Pangkalan Jambi.

Kunjungan wisata dari luar desa Pangkalan Jambi perbulan mencapai sebanyak 7.000 kunjungan.

4 dari 4 halaman

"Jumlah kunjungan berdasarkan tiket yang terjual, belum lagi masyarakat sekitar desa Pangkalan Jambi yang setiap hari datang. Mereka sama sekali tidak kita pungut tiket, dibebaskan dari tiket untuk berkunjung ke sini," ujarnya.

Sebelum menjadi objek wisata baru Ekowisata Mangrove Desa Pangkalan Jambi ini sempat jadi buah bibir masyarakat ketika pertama kali kelompok nelayan menjadikan tempat ini sebagai ekowisata.

Ekowisata Mangrove Pangkalan Jambi Desa Pengkalan Jambi di Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis.
Ekowisata Mangrove Pangkalan Jambi Desa Pengkalan Jambi di Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis. (Istimewa)

Tantangan yang dihadapi saat itu masyarakat sekitar takut tempat ini dijadikan tempat untuk perbuatan yang tidak baik oleh pengunjung.

"Sampai kepada kami informasi ini, lokasi ekowisata mangrove kami ini dibilang jadi tempat perbuatan tidak senonoh. Kami atasi dengan membangun secara swadaya mushola sekitaran tempat tersebut, mushola yang kami bangun cukup kecil karena dengan uang swadaya saja," kata Alpan.

Keberadaan musola inilah menjadikan masyarakat tidak lagi berfikiran negatif keberadaan ekowisata mangrove ini.

Masyarakat menyadari ekowisata yang dibangun kelompok nelayan ini bukan kegiatan yang tidak baik.

"Ada respon dari masyarakat di sini, kitapun merangkul masyarakat untuk ikut mengembangkan kegiatan ekowisata mangrove," terangnya.

"Sehingga dengan keterlibatan masyarakat yang ramai perusahaan Pertamina RU II Pakning semakin mendukung membantu kita, dengan bermacam macam bantuan perusahaan, tidak hanya berbentuk uang saja, bangunan dan pelatihan lainnya, jika dihitung hitung bantuan Pertamina dalam kita mengembangkan ekowisata di sini mencapai sekitar Rp 700 juta sejak tahun 2017 sampai sekarang," lanjut dia.

Sampai saat ini pengelolaan ekowisata sudah banyak masyarakat yang terlibat, pengelolaan dibagi beberapa pokja, di antaranya Pokja Mangrove dikelola 15 orang,

Pokja pengelolaan makanan dan minuman dari mangrove 23 orang dan pokja budidaya ikan nila sebanyak 15 orang.

Selain menikmati pemandangan dan makanan olahan mangrove, saat berkunjung kelokasi ekowisata mangrove wisatawan juga bisa melihat langsung usaha kolam ikan air payau yang dilakukan kelompok ini. kolam nila air payau berada di sebelah hutan mangrove berjarang sekitar delapan belas meter dari lokasi hutan.

(TribunPekanbaru.com/Rino Syahril)

Artikel ini telah tayang di TribunPekanbaru.com dengan judul Menikmati Pemandangan di Ekowisata Mangrove Pangkalan Jambi Bengkalis, Masuk Hanya Rp 2.000.

Selanjutnya
Tags:
RiauBengkalisBukit BatuEkowisata Mangrove PangkalanMataLokalTravel
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved