TRIBUNTRAVEL.COM - Potensi wisata di Aceh memang tak perlu diragukan lagi keberadaannya.
Aceh bukan hanya terkenal akan kekayaan budaya dan kuliner saja, tapi juga tempat wisata.
Satu di antaranya yaitu Air Panas Lawe Gurah yang populer di Kabupaten Gayo Lues, Aceh.
Air Panas Lawe Gurah berasal dari sumber air panas yang keluar dari area Taman Nasional Gunung Leuser.
Baca juga: Pesona Puncak Oregon di Aceh Tengah, Aceh Bak Negeri Dongeng, Menarik untuk Healing Akhir Pekan
Air Panas Lawe Gurah tersebut berada di kaki Gunung Leuser Ketambe yang dikenal juga sebagai paru-paru dunia.

Sumber air panas itu tersimpan di kawasan kaki Gunung Leuser yang memiliki keindahan luar biasa.
Pesonanya ternyata mampu memikat minat kunjung turis asing.
Bukan hanya turis lokal saja yang gemar berwisata ke sana, tapi turis asing pun juga.
Lokasi Air Panas Lawe Gurah
Air Panas Lawe Gurah berada pada zona pemanfaatan Resor Lawe Gurah, SPTN Wilayah IV Badar, BPTN Wilayah II Kutacane dengan luasan 3.489,137 hektare.
Yaitu dengan perincian ruang publik seluas 3.381,31 hektare dan ruang usaha seluas 107,827 hektare.
Ruang publik artinya diperuntukkan bagi kegiatan wisata pengunjung, sedangkan ruang usaha memberikan peluang investasi kepada pihak swasta.
Guna mengembangkan kawasan Lawe Gurah dalam bentuk investasi sarana prasarana penunjang ekowisata.
Baca juga: Harga Tiket Masuk dan Panduan Rute Menuju Tambatan Perahu Lot Kala di Aceh Tengah, Aceh
Bagi kamu yang ingin berkunjung ke kawasan Lawe Gurah, sebut saja dari Kota Medan- Kutacane, perjalanan dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat sekitar 6 jam.
Sementara dari Kutacane menuju kawasan wisata alam Gurah dapat ditempuh dengan perjalanan darat dari ibu kota Kabupaten Aceh Tenggara menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat.
Jarak tempuh menuju lokasi pintu masuk kawasan lebih kurang 30 kilometer.
Di Lawe Gurah, keberadaan rafflesia sebagai bunga terbesar di dunia, orangutan Sumatera, kedih, pemandian air panas alami, dan air terjun serta hutan hujan tropis menjadi daya tarik wisata di Air Panas Lawe Gurah.
Apa saja yang ada di kawasan wisata Air Panas Lawe Gurah?
Air Panas Lawe Gurah sebagai kawasan wisata alam tidak lepas dari sejarahnya dimana keberadaan Gurah juga tidak terlepas dari Stasiun Penelitian Ketambe yang berada di seberang kawasan wisata Air Panas Lawe Gurah.
Di sekitar kawasan wisata Air Panas Lawe Gurah tersebut terdapat stasiun penelitian Ketambe yang telah terkenal sebagai stasiun penelitian hutan tropis sejak tahun 197-an sebagai hutan penelitian.
Selama 30 tahun lebih, silih berganti para ahli dunia menimba pengetahuan di hutan tropis ini.
Baca juga: Kala Temu: Tempat Wisata Favorit Anak Muda di Pegasing, Aceh Tengah, Aceh untuk Nongkrong

Penelitian di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) tidak dapat dipisahkan dari sejarah dan peran Stasiun Penelitian Ketambe yang didirikan pada tahun 1971 oleh Herman D Rijksen (Suharto, 2006).
Pada awalnya tempat ini difungsikan untuk merehabilitasi orangutan sitaan dari penduduk, dalam rangka penegakan hukum dan konservasi alam.
Tempat ini dipilih karena kaya dengan tumbuhan pakan orangutan yaitu jenis beringin (Ficus sp.), durian (Durio sp.) dan banyak jenis yang lain.
Tempat ini merupakan semenanjung yang diapit oleh dua sungai yaitu Sungai Ketambe dan Sungai Alas, terletak di dalam TNGL.
Pertimbangan lainnya ialah tempat ini jauh dari perkampungan penduduk dan dapat dijangkau dengan kendaraan roda empat pada lintasan jalan Kutacane – Blangkejeren.
Pada awalnya pusat penelitian Ketambe seluas 1.5 km2 (Rijksen, 1978).
Kawasan Gurah termasuk tipe dataran tinggi dan pegunungan yang berbukit dan bergelombang.
Di samping itu terdapat topografi landai di sekitar camping ground.
Baca juga: Pencinta Seafood Wajib Coba Lobster Bakar di Green Zone Seafood Resto Aceh, Bisa Buat Oleh-oleh
Kawasan Gurah memiliki berbagai jenis flora dan fauna yang merupakan ciri khusus dari kawasan ini, memasuki kawasan Gurah, serasa menemui sebuah alam surga.
Suhu udara rata-rata di kawasan ini adalah 21,1 derajat Celsius – 27,5 derajat celsius, sedangkan kelembaban nisbi 80 – 100 persen.
Musim hujan merata sepanjang tahun tanpa musim kering yang berarti, dengan curah hujan rata-rata 2000 – 3200 mm per tahun.
Sungai Alas yang menjadi pembatas antara zona pemanfaatan Lawe Gurah dengan Stasiun Penelitian Ketambe sering dijadikan sebagai tempat rafting nasional karena merupakan arung jeram terbaik di Indonesia.
Jenis tanah pada kawasan hutan terdiri dari jenis tanah kompleks podsolik merah kuning, latosol, litosol dan kompleks podsolik coklat. Kawasan ini terletak di kaki bukit (zone ketiga).
Kondisi tutupan lahan di kawasan Gurah hampir semuanya ditutupi oleh hutan primer seluas 3.191,83 Ha atau sekitar 91,47 persen dari luasan zona pemanfaatan Lawe Gurah.
Hutan yang masih primer merupakan habitat yang ideal bagi berbagai macam keanekaragaman flora dan fauna.
Kawasan Gurah ditandai dengan tumbuhan duri.
Rumpun duri ini bergelantungan di pohon lain, jumlahnya mencapai 8 persen dari keseluruhan spesies tumbuhan.
Tumbuhan rambat lain adalah rotan (Spiny palms).
Baca juga: Plesiran ke Aceh Tengah, Jangan Lupa Bawa Pulang Oleh-oleh Depik Tangkap yang Legendaris
Banyak rotan kuat dan tebal di sini, terkadang mencapai 100 meter.
Di samping flora, belantara Leuser kaya pula dengan fauna.
Sedikitnya terdapat 130 spesies mamalia menghuni hutan ini.
Dan kebanyakan mamalia di Leuser adalah jenis kalong 15 spesies, kampret 13 spesies, dan tupai 17 spesies.

Mamalia lainnya adalah Orangutan Sumatera (Pongo abelii).
Orangutan ini merupakan binatang paling populer di Leuser dan dikenal sebagai mamalia terbesar di dunia.
Di samping itu, ada dua spesies kera Leuser yakni Monyet Ekor Panjang (Macaca fasicularis), dan Lutung (Presbytis cristata).
Juga terdapat Kukang (Nycticebus coucang), yang hidupnya di malam hari seperti Musang.
Terdapat beberapa jenis burung di kawasan ini, diantaranya adalah Rangkong (Buceros rhinoceros), Manyar, Kakak Tua (Psittinus cyanurus), Elang (Spilornis cheela), Balam (Treron vernans), Merbuk (Merops leschenaulti), dan lain-lain.
Masyarakat Lawe Gurah menjadi pemandu wisata
Masyarakat sekitar Lawe Gurah menjadi pelaku utama wisata di kawasan ini.
Sebagian masyarakat menjadi pemandu wisata, penyedia guest house atau penginapan, menjual souvenir, menjual makanan dan agen perjalanan.
Dari segi kesejahteraan ekonomi, sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, namun banyak juga bekerja di sektor pariwisata seperti pemandu wisata, berjualan souvenir, agen wisata dan lain-lain.
Perekonomian Desa Ketambe, merupakan desa yang berbatasan dengan kawasan Gurah secara umum didominasi pada sektor perkebunan dengan sistem pengelolaan masih sangat tradisional (pengolahan lahan, pola tanam maupun pemilihan komoditas produk pertaniannya).
Produk pertanian Desa Ketambe lahan produktif untuk lahan perkebunan seluas 60 hektare. Untuk lahan perkebunan non produktif seluas 30 hektare.
Hal ini diakibatkan adanya struktur tanah yang mungkin belum tepat untuk produk unggulan yang mayoritas tanaman coklat, jagung dan nilam.
Persoalan yang mendasar kurangnya pengetahuan tentang pola bercocok tanam dan pengendalian hama pada tanaman secara tepat.
Untuk Desa Ketambe Luas wilayah menurut jenis penggunaan tanah, luas desa 888 hektare, luas lahan sawah nol, luas lahan bukan sawah 843 ha, dan luas lahan non pertanian 17 hektare.
Masyarakat Desa Ketambe masih mempertahankan kesenian tradisional yang telah mendunia, yaitu Tari Saman yang sering disebut Tari Tangan Seribu.
Selain itu terdapat Tarian Mesekat, adalah bentuk tarian yang mengkombinasikan gerakan tangan dan badan dengan lantunan syair-syair berisi tuntunan keagamaan dan kehidupan bermasyarakat.
Syair-syair tersebut dilantunkan oleh para penari sambil melakukan gerakan tarian.
Mesekat biasanya dimainkan oleh kaum pria.
Terdapat juga kesenian Pelebat yaitu seni perang adat alas yang memakai rotan sebagai alat dan tameng, dengan cara saling memukul terhadap lawan.
Biasanya sering dilakukan dalam upacara untuk menyambut tamu kehormatan.
Kesenian lain adalah Bangsi yang menggunakan seruling sebagai medianya.
Sering dilantunkan dalam acara adat seperti jagai, sebagai musik pengiring dalam acara perkawinan namun hal ini masih sering didengar walaupun sudah jarang orang yang bisa memainkannya.
Disamping itu, juga terdapat kesenian Canang yaitu kesenian Tradisonal adat Alas yang menggunakan alat musik berupa kaleng ataupun gamelan yang terbuat dari logam, dimainkan oleh beberapa wanita.
Dan kesenian Lagam adalah salah satu kesenian Suku Alas disamping berbagai kesenian tradisional lainnya yang menjadi unggulan wisata budaya di kawasan wisata alam Lawe Gurah.
Tonton juga:
Rekomendasi tempat sewa motor di Aceh
Traveler, jika kamu masih ingin liburan di Aceh tapi tidak membawa kendaraan bisa rental di tempat sewa motor.
Ada beberapa rekomendasi tempat sewa motor di Aceh yang bisa kamu rental harian hingga mingguan.
Deretan tempat sewa motor di Aceh ini memudahkanmu menjelajah tempat wisata hingga pusat oleh-oleh selama liburan.
Berikut rekomendasinya:
1. CV. Trans Gayo Rental Mobil Takengon
CV. Trans Gayo Rental Mobil Takengon menawarkan sejumlah unit kendaraan yang bisa kamu rental.
Ada motor dan mobil yang kondisinya bagus dan terawat.
Harga sewa motornya juga terjangkau mulai dari Rp 100 ribu per hari.
Kamu bisa mengunjungi tempatnya untuk pilih unit sendiri, atau juga bisa pesan dulu secara online.
Jika mau pesan atau diantar jemput, kamu bisa hubungi 085277377550.
Lokasi: Jalan Merah Mege, Kampung Bale, Kec. Lut Tawar, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh.
2. Rental Motor Banda Aceh
ONES Rental Motor menyediakan layanan sewa motor terbaru dengan berbagai macam varian.
Setiap kendaraan dicek kondisinya dan diberikan untuk dirental dalam keadaan bagus serta nyaman.
Rental Motor Banda Aceh menawarkan sistem rental dengan hitungan per jam, harian, hingga mingguan.
Harga sewa juga terjangkau, jadi pas jika kamu rental untuk jalan-jalan.
Menariknya lagi, Rental Motor Banda Aceh buka selama 24 jam.
Jadi kamu bisa rental kapan saja ketika sudah sampai di Aceh.
Untuk informasi pemesanan, bisa hubungi 082272801149.
Lokasi: Jalan Dharma No.10 A, Laksana, Kec. Kuta Alam, Kota Banda Aceh, Aceh.
3. Rental Motor Banda Aceh Qana'ah
Selanjutnya, kamu bisa rental motor di Rental Motor Banda Aceh Qana'ah.
Rental Motor Banda Aceh Qana'ah cukup populer di kalangan wisatawan yang mau rental.
Hal tersebut karena Rental Motor Banda Aceh Qana'ah melayani sistem antar jemput ke mana saja tempatmu berada.
Bahkan, jika kamu tiba di bandara, kamu bisa langsung pesan dan unitnya di antar ke sana.
Harga sewanya juga bersahabat.
Untuk informasi pemesanan, bisa hubungi 081284500644.
Lokasi: Jalan Geulumpang, Meunasah Papeun, Kec. Krueng Barona Jaya, Kota Banda Aceh, Aceh.
(Tribungayo/Asnawi Luwi) (TribunTravel/nurulintaniar)
Kumpulan artikel tempat wisata
Artikel ini telah tayang di Tribungayo.com dengan judul Air Panas Lawe Gurah, Objek Wisata yang Menjadi Idaman di Aceh Tenggara
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.