TRIBUNTRAVEL.COM - Pangeran Harry baru-baru ini membuka tentang perjalanannya dengan gangguan stres pascatrauma setelah kehilangan ibunya, Putri Diana.
Dalam diskusi yang jujur, Pangeran Harry mengungkapkan eksplorasi terapi inovatif yang membantunya.
Baca juga: Benarkah Pangeran Harry dan Meghan Markle Akan Hadir saat Penobatan Raja Charles III?
Baca juga: Pengakuan Pangeran Harry: Tak Diajak Keluarga Kerjaan ke Skotlandia saat Ratu Elizabeth II Wafat
Terapi ini disebut eye movement desensitization and reprocessing (EMDR) untuk mengatasi efek serangan kecemasan.
Pengungkapan ini memberikan gambaran sekilas tentang perjuangan pribadi Pangeran Harry dan pendekatan proaktifnya terhadap perawatan kesehatan mental, menyoroti pentingnya mencari pengobatan trauma yang inovatif.
Baca juga: Meghan Markle Ungkap Restoran Cepat Saji Favorit Pangeran Harry
Baca juga: Raja Charles III Izinkan Pangeran Harry Kenakan Pakaian Militer saat Vigil Ratu Elizabeth II
Dalam sebuah video, Pangeran Harry terlihat menjalani terapi EMDR, di mana ia menepuk bahu dan menggerakkan matanya dengan cepat.
Terapi ini relatif baru dan digunakan untuk mengobati PTSD.
Pangeran Harry menceritakan bahwa dia memutuskan mencoba EMDR untuk mengatasi serangan kecemasan parah yang dia alami.
Pangeran Harry menyebutkan bahwa dia terbuka untuk mencoba EMDR karena terapi dan pekerjaan yang telah dia lakukan selama bertahun-tahun.
Selama sesi terapi dengan psikoterapis Sanja Oakley yang berbasis di Inggris, Pangeran Harry menunjukkan bagaimana EMDR membantunya merasa lebih baik saat kembali ke rumah.
Pangeran Harry menggambarkan perasaan takut dan tidak berdaya sebelumnya, namun terapi membantunya mengatasi perasaan tersebut.
Keterbukaan Pangeran Harry tentang pengalamannya dengan terapi EMDR menyoroti pengobatan alternatif untuk gangguan pasca-trauma dan perjuangan kesehatan mental.
Hal ini menunjukkan bahwa mencari bantuan dan mencoba berbagai terapi dapat membuat perbedaan dalam mengelola kondisi kesehatan mental.
EMDR adalah terapi yang dibuat pada tahun 1987 untuk membantu mengatasi trauma emosional.
Ini adalah terapi terstruktur di mana kamu memikirkan kenangan sulit sambil menggerakkan mata maju mundur.
Ini membantu mengurangi perasaan kuat yang terikat pada ingatan.
EMDR bekerja berdasarkan teori yang disebut Adaptive Information Processing (AIP).
Dikatakan bahwa trauma tetap ada karena tidak ditangani dengan baik.
Jadi, ketika ada sesuatu yang mengingatkan kamu pada trauma, kenangan itu bisa muncul kembali dengan kuat.
Tidak seperti terapi lain yang mencoba mengurangi reaksi kamu terhadap trauma, EMDR mencoba mengubah cara otak menyimpan kenangan sulit tersebut.
Terkadang, alih-alih melakukan gerakan mata, kamu mungkin mendengarkan nada bergantian.
Biasanya, EMDR terjadi sekali atau dua kali seminggu selama sekitar enam hingga 12 sesi.
Namun itu bisa berbeda-beda tergantung orangnya.
Baca juga: Pangeran Harry yang Tak Kenakan Seragam saat Pemakaman Ratu Elizabeth II Jadi Viral
Manfaat terapi EMDR
- EMDR adalah terapi terstruktur dan biasanya memerlukan sesi yang lebih sedikit dibandingkan terapi yang sedang berjalan.
- Kamu tidak perlu terus-menerus mengingat kembali kenangan sulit itu untuk waktu yang lama.
-Kamu tidak perlu berbicara banyak tentang apa yang terjadi padamu.
- Tidak ada pekerjaan rumah yang harus dikerjakan.
- EMDR tidak mencoba mengubah pemikiran dan keyakinanmu.
Kekurangan dari terapi EMDR
- Meskipun EMDR diketahui membantu mengatasi PTSD, EMDR belum banyak diteliti untuk masalah suasana hati atau kesehatan mental lainnya.
- Jika kamu menghindari membicarakan peristiwa sulit, EMDR mungkin bukan pilihan terbaik. Jenis terapi bicara lain mungkin bekerja lebih baik.
- EMDR terkadang dapat membuat kamu merasa lebih buruk pada awal pengobatan.
Orang yang menciptakan EMDR memperingatkan bahwa hal ini bisa berbahaya bagi orang-orang yang telah melalui hal-hal yang sangat sulit.
Proses EMDR
EMDR adalah proses terstruktur dengan delapan fase, masing-masing bertujuan membantu kamu mengatasi kenangan traumatis:
1. Pengambilan riwayat: Diskusikan masa lalu kamu dengan terapis untuk mengidentifikasi kenangan mana yang harus difokuskan.
2. Persiapan: Pelajari tentang EMDR dan bagaimana terapis akan menggunakan stimulasi bilateral.
3. Penilaian: Identifikasi keyakinan negatif dan positif kamu terkait trauma.
4. Desensitisasi: Gunakan stimulasi bilateral sambil mengingat kembali memori.
5. Instalasi: Fokus pada keyakinan positif sambil memproses memori.
6. Pemindaian tubuh: Bicarakan tentang perasaan kamu secara emosional dan fisik.
7. Penutupan: Mempersiapkan diri untuk apa yang mungkin terjadi di antara sesi.
8. Evaluasi ulang: Nilai kemajuan kamu dan putuskan apakah diperlukan lebih banyak sesi.
Saat menjalani EMDR, kamu mungkin mulai merasa tidak terlalu terbebani oleh trauma tersebut.
Wajar jika kenangan menyakitkan lainnya muncul ke permukaan, menandakan bahwa kenangan yang tertekan sedang diproses.
Saat bergulat dengan trauma emosional yang mendala , penting untuk mencari spesialis yang dapat memberikan bentuk pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan.
Baik itu terapi EMDR atau pendekatan terapeutik lainnya, menemukan profesional yang tepat dapat membuat perbedaan signifikan dalam perjalanan penyembuhan.
Ambar/TribunTravel
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.