TRIBUNTRAVEL.COM - Musibah banjir yang menerjang sejumlah wilayah di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, disebut-sebut yang terparah sepanjang masa.
Diketahui banjir dimulai sejak sejak Jumat (9/2/2023) berangsur surut pada Senin (19/2/2024).

Namun banjir kembali menerjang Demak dan kian meluas sejak Rabu (20/3/2024).
Tak sedikit warga yang mengaitkan bajir Demak dengan kemunculan kembali Selat Muria.
Baca juga: Viral Warga Jambi Naik Perahu ke Masjid Buat Salat Tarawih, Semangat Ibadah Meski Dikepung Banjir
Bahkan video terkait hal tersebut sempat viral di TikTok.
Dalam unggahan akun TikTok @ahmadfadoli_sukses, terlihat banjir yang cukup deras merendam permukiman.
LIHAT JUGA:
Saking derasnya, banjir sampai terlihat seperti aliran sungai.
"Akankah Selat Muria akan kembali ada?" keterangan yang tertulis pada video.
"Pray for Demak & Kudus... Jln Pantura menjadi lautan air," imbuhnya.
Baca juga: Banjir di Semarang Bikin Perjalanan Kereta Api Jalur Pantura Alami Keterlambatan, Cek Infonya
Tak sedikit warganet yang merasa ngeri dan setuju dengan keterangan tersebut.
"kl filingku selat muria akan kembali seperti dulu . karna banyak faktor dari perubahan iklim yg menjadikan air laut menjadi naik," tulis seorang warganet.

"kakek ku pernah bilang kalau banyak kota Indonesia yang dahulunya adalah laut dan kelak akan kembali menjadi laut, semoga para korban sabar & ikhlas," imbuh yang lain.
"selat muria meminta hak nya kembali," tulis yang lain.
Tanggapan ahli geologi
Menanggapi hal tersebut, Dosen Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Salahuddin Husein mengatakan bahwa Selat Muria tidak bisa muncul kembali.
"Tidak (muncul lagi), karena proses geologi berupa erosi Lajur Perbukitan Kendeng dan Lajur Perbukitan Rembang oleh jejaring Sungai Tuntang, Sungai Serang, dan Sungai Juwana masih terus berlangsung hingga saat ini dan membawa sedimen yang tinggi," kata dia saat dihubungi Kompas.com, Rabu (20/3/2024).
Kondisi ini menyebabkan garis pantai di pesisir Demak maupun pesisir Juwana, Pati, Jawa Tengah akan terus bergerak maju.
Menurutnya, pembentukan selat memerlukan proses geologis berupa pembentukan cekungan laut (sea-basin subsidence) yang membutuhkan waktu hingga jutaan tahun.
"Suatu selat akan terbentuk secara geologis, yaitu apabila kerak Bumi di kawasan tersebut mengalami peregangan (rifting) dan penurunan (subsidence) secara tektonis," kata Salahuddin.
Baca juga: Cara Refund Tiket Kereta Api yang Dibatalkan karena Stasiun Semarang Tawang Dilanda Banjir
Hingga saat ini, Salahuddin melaporkan bahwa indikasi awal proses tektonis tersebut masih belum terlihat.
Atas dasar itu, dapat disimpulkan bahwa Selat Muria tidak akan terbentuk kembali dalam skala waktu manusia.

Senada dengan Salahuddin, peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Eko Soebowo menyebutkan bahwa banjir Demak tidak berkaitan dengan kemunculan Selat Muria.
Menurutnya, banjir Demak terjadi karena pengaruh alam yaitu cuaca ekstrem yang melanda Demak dan sekitarnya.
"Cuaca memang ekstrem dan daerah aliran sungai di wilayah sana tidak mampu menampung volume air hujan yang tinggi karena terjadi sedimentasi," ucap Eko, Rabu (20/3), seperti dikutip kompas.tv dari Antara.
Selain cuaca ekstrem, kegiatan manusia yang tidak bertanggung jawab, seperti pembabatan hutan dan perubahan tata guna lahan juga memicu sedimentasi.
Baca juga: Video Viral di TikTok, Warteg di Bandung Tetap Buka saat Dikepung Banjir, Meja dan Kursi Teredam Air
Pengambilan air tanah yang berlebihan di kawasan pesisir pantai utara Jawa juga membuat permukaan tanah mengalami penurunan hingga 5-10 sentimeter per tahun.
Sebagai informasi, Selat Muria merupakan sebuah selat yang memisahkan Pulau Jawa dan Pulau Muria.
Adapun lokasi Selat Muria saat ini adalah wilayah Demak yang kini terendam banjir.
Dulu, Selat Muria menghilang karena tingginya laju erosi rangkaian perbukitan di selatan Selat Muria, yaitu Lajur Perbukitan Kendeng dan Lajur Perbukitan Rembang sekira abad 15-16 Masehi.
Baca juga: Viral Mobil Fortuner Mogok setelah Nekat Terobos Banjir, Padahal Sudah Diingatkan Warga
Keduanya dierosi oleh Sungai Tuntang dan Sungai Serang yang bermuara ke ujung barat Selat Muria, sehingga membentuk dataran rendah Demak.
Seiring mendangkalnya Selat Muria, terbentuklah Sungai Juwana yang mengaliri ujung timur selat tersebut, kemudian menangkap sedimen hasil erosi Perbukitan Rembang.
Aksi ketiga sungai utama ini menyebabkan pendangkalan dan hilangnya Selat Muria.
(TribunTravel.com/SA)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.