TRIBUNTRAVEL.COM - Viral curhatan seorang warga Trenggalek Jawa Timur yang diteror tetangganya.
Setiap hari, rumah warga Trenggalek itu dilempari tetangganya.
Baca juga: Wajib Coba 5 Nasi Goreng yang Enak di Trenggalek, Cita Rasanya Unik dan Khas

Baca juga: Nasi Gegok, Kuliner Khas Trenggalek Mirip Nasi Kucing yang Dibungkus Daun Pisang
Rumah warga Trenggalek itu dilempari batu hingga sampah.
Parahnya tembok pembatas yang dibangunnya tiba-tiba dirusak tanpa izin.
Baca juga: Wisata di Trenggalek Tetap Buka Selama Nataru, Cek Syarat Berkunjung Bagi Wisatawan
Baca juga: Lezatnya Kuliner Botok Ikan Laut di Trenggalek, Harganya Murah Mulai Rp 7 Ribuan
Hal itu terkuak setelah aksi sang pria lempar batu berjumlah banyak ke rumah tetangga terekam CCTV.
Kejadian tersebut terjadi di wilayah Trenggalek, Jawa Timur.
Dalam rekaman singkat, pria paruh baya itu nyaris setiap hari melempari rumah tetangganya dengan batu.
Tak cuma batu, pria usil itu juga melempari rumah tetangga dengan genteng dan sampah.
Bahkan sang pria nekat sejak sebelum subuh sekira pukul 03.30 Wib melakoni aksinya agar tak ketahuan warga.
Beruntung, sang pemilik rumah yakni Najun merekam aksi jahat pria iseng tersebut.
Gusar dengan aksi tersebut, Najun pun memviralkan sang pria usil di media sosial.
Baca juga: 4 Air Terjun di Trenggalek untuk Lepas Penat Sambil Nikmati Udara Segar saat Libur Akhir Pekan
Melalui akun TikTok @nananajun_, Najun membagikan rekaman CCTV saat pria tersebut melempari rumahnya dengan batu.
Belakangan terungkap, bahwa pelaku pelemparan batu itu tak lain adalah saudara Najun sendiri.
Dalam postingan terbarunya, Najun pun menceritakan awal mula rumahnya dilempari batu oleh tetangganya.
Ternyata permasalahan lempar batu itu diawali dari persoalan warisan.
"Jadi rumah ini milik orang tua saya yang tanahnya didapatkan dari warisan ibu ayah saya yang notabene adalah nenek saya," ungkap Najun dilansir TribunnewsBogor.com.
"Beliau yang lempar-lempar juga adalah kakak dari nenek saya alias Pakde dari ayah saya. Pakde ayah saya sudah mendapat bagian sendiri. Begitu pun ibu dari ayah saya," sambungnya.
Bercerita semasa kecil, Najun menyebut kondisi rumahnya sekarang berbeda dengan yang dulu.
Kala itu rumah Najun masih belum ada pembatas tembok dengan rumah Pakde dan saudaranya yang lain.
Hingga akhirnya orang tua Najun memutuskan untuk membangun tembok tinggi.
"Dari saya kecil beliau memang seperti itu. Bagian belakang halaman samping rumah saya dulu terbuka. Lalu karena orang tua saya dua-duanya bekerja meninggalkan saya dan kakak yang masih SD, jadilah ditembok tinggi dan dikasih pintu seng dengan kusen kayu layaknya pintu rumah dengan alasan keamanan," pungkas Najun.
Bertahun-tahun rumahnya ditembok tinggi untuk mencegah orang asing masuk, Najun terkejut setelah ibunya meninggal.
Secara tiba-tiba, pintu pembatas tembok rumahnya hilang.
Hal itu membuat samping rumahnya menjadi jalanan umum warga, termasuk saudaranya.
"Waktu saya SMP ibu saya meninggal, jadilah tinggal kami bertiga. Saya juga enggak tahu gimana ceritanya tiba-tiba pintu itu sudah hilang. Lama-lama rumah saya menjadi jalan umum sampai saya pernah dapat ancaman dibacok sama 2 laki-laki," kata Najun.
Terparah di tahun 2020 saat tengah merantau, rumah keluarga Najun berubah fungsi layaknya jalanan umum.
"Akhirnya tahun 2020 saya kerja dan kos di Gresik. Posisi kakak saya sudah menikah dan tinggal di rumah ini.
Karena saya khawatir kakak saya kenapa-napa akhirnya saya kasih pintu besi agar tidak jadi jalan umum," ujar Najun.
Singkat cerita, Najun sekeluarga tiba-tiba terlibat cekcok dengan Pakdenya.
Hal itu karena Pakdenya mengamuk di rumah Najun tanpa sebab.
"Tahun 2021 saya cekcok dengan pelaku karena pelaku marah-marah bawa celurit dan merobohkan kandang kucing saya 2 kali.
Akhirnya saya lawan. Lalu anak si pelaku yang menempati rumah yang saya tutup itu keluar dan bilang kalau saya tidak sopan karena melawan bapaknya," imbuh Najun.
Kala itu Najun yang ribut besar dengan sang Pakde dan sepupunya pun akhirnya memutuskan tali persaudaraan.
Hal itu karena sepupunya tak mau minta maaf padahal telah merusak rumahnya.
Namun di momen itu, Najun belum terpikir akan tega membangun tembok tinggi guna menghalangi rumahnya dengan saudara-saudaranya.
"Saya gak langsung menembok, saya masih berharap ada itikad baik entah minta maaf atau apa. Tapi yang terjadi mereka malah bikin teras di atas tanah orang tua saya seakan-akan nantang," kata Najun.
Sampai akhirnya kesabaran Najun habis setelah mengetahui tabiat Pakde dan sepupunya.
Najun akhirnya membangun tembok tinggi yang memisahkan antara rumahnya dan rumah Pakdenya serta sepupunya.
"Dari situ saya sudah naik pitam jadilah langsung ditembok. Oh ya banyak yang bilang katanya saya tidak melawan, saya melawan kok. Sudah sering cekcok dan ya gini-gini aja," ujar Najun.
Hal itulah yang belakangan membuat Pakde Najun kesal karena rumahnya tertutup tembok.
Sehingga membuat Pakde Najun setiap hari melempari batu ke rumah keponakannya.
Atas aksi sang Pakde, Najun mengaku telah melaporkan hal itu ke polisi.
"Banyak tetangga bertanya-tanya bahkan menyalahkan kami karema dianggap tdk punya hati nurani tanpa melihat alasan dari tindakan kami. Pasang pintu besi pun mnjdi perkara disini.. dikatain pelit, jahat, dll. Padahal ada jalan utama yg beraspal knp lewat halaman rumah org?
Tanpa permisi pun mskipun saya lg jongkok-jongkok nyuci keset. Sampai rmh saya pernah dilewati marching band, kucing saya sering mati terlindas, barang2 bahkan sandal, sapu dan pengki pun ikut hilang padahal itu HALAMAN rumah BUKAN jalan. Kalo sdh spt itu siapa yg tgg jawab? Rumah harusnya jadi tempat ternyaman bukan," ungkap Najun.
Artikel ini telah tayang di TribunStyle.com dengan judul 'Saya Sudah Naik Pitam' Curhat Warga Trenggalek Diteror Tetangga, Rumah Dilempari Batu dan Sampah
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.