TRIBUNTRAVEL.COM - Restoran cepat saji McDonalds mendapat tuduhan kasus pelecehan seksual baru-baru ini.
Tuduhan ini dilayangkan kepada pemilik McDonalds di Inggris dan Irlandia.
Menurut pengakuan bos McDonalds di Inggris, restoran cepat saji itu menerima satu hingga dua tuduhan pelecehan seksual dari sejumlah pegawainya setiap minggunya.
Baca juga: Turis di Bali Ketakutan Lihat Alat Pelacak Dalam Tasnya, Langsung Pulang ke Negara Asal

Alistair Macrow, kepala eksekutif McDonalds Inggris dan Irlandia, dikecam oleh anggota parlemen setelah penyelidikan mengungkapkan ada 'budaya beracun' di restorannya.
Di antara temuan dari penyelidikan tersebut, terdapat klaim bahwa pekerja berusia 17 tahun hampir selalu mengeluh karena diraba-raba dan dilecehkan oleh karyawan lainnya.
Hal ini terjadi setelah serangkaian klaim pelecehan seksual, rasisme, dan intimidasi dari para pekerja yang terjadi pada bulan Juli 2023 lalu, menyusul penyelidikan BBC.
Menindaklanjuti kasus ini, McDonalds mengatakan kini telah memecat 18 pekerjanya.
Kepala eksekutif tersebut mengatakan kepada komite bisnis dan perdagangan di Parlemen bahwa dia menyampaikan permintaan maaf tanpa syarat kepada siapa pun pegawainya yang mengalami pelecehan seksual dan mengatakan bahwa kesaksian mereka benar-benar mengerikan dan sulit untuk didengarkan.
Baca juga: Imbas Ancaman Boikot, McDonalds Indonesia Kirim Bantuan Rp 1,5 M untuk Palestina
Awal bulan ini, firma hukum Leigh Day mengatakan tindakan hukum kelompok telah diluncurkan atas nama sejumlah karyawan sehubungan dengan tuduhan penyerangan dan pelecehan.
Pihaknya masih menyelidiki 279 laporan lain terkait keselamatan dan inklusivitas di tempat kerja.
Pada hari Selasa (14/11/2023), bosnya mengatakan ada 157 laporan yang telah diselidiki sepenuhnya, dengan 75 laporan mengakibatkan tindakan disipliner, termasuk sejumlah pemecatan karyawan.
Sejauh ini, pihaknya telah melihat 17 laporan pelecehan seksual yang dikonfirmasi dan sedang menyelidiki 27 tuduhan pelecehan seksual lebih lanjut.
Macrow berkata: "Kami biasanya melihat antara 20 dan 25 kontak per minggu, satu atau dua di antaranya adalah pelecehan seksual di seluruh organisasi."

Baca juga: Viral Pria Bikin Konten Prank Beli Makanan McDonalds Dihujat, Tak Jadi Pesan sebab Ingat Palestina
Pada musim panas, McDonalds meluncurkan program investigasi independen, audit prosedur pengaduan, peninjauan kode etik, dan sejumlah sidang disipliner penuh sebagai tanggapan atas banyaknya tuntutan, Metro melaporkan.
Bosnya menambahkan: "Menanggung jawab bisnis ketika insiden ini terjadi sangatlah sulit untuk didengar."
Lebih lanjut, bos McDonalds mengatakan bahwa pihaknya akan menindak tegas sikap karyawan agar bertanggung jawab atas perilaku pelecehan seksual tersebut.
"Saya benar-benar bertekad untuk menghilangkan perilaku-perilaku ini, untuk mengidentifikasi individu-individu yang bertanggung jawab atas perilaku-perilaku tersebut dan memastikan mereka diberantas dari bisnis kami."

Namun dia menekankan bahwa dia tidak melihat pelecehan seksual di bisnisnya sebagai masalah budaya yang endemik.
Baca juga: McDonalds Kendari Digeruduk Massa, Lakukan Aksi Boikot Sambil Kibarkan Bendera Palestina
Sebelumnya dalam sesi komite, pimpinan serikat pekerja mengatakan situasi pekerja belum membaik sejak McDonalds meluncurkan penyelidikannya.
Ian Hodson, presiden nasional Serikat Pekerja Bakers, Food and Allied, mengatakan kepada anggota parlemen: "Masukan yang kami dapatkan adalah tidak ada yang berubah."
"Ada sistem kotak centang yang telah diterapkan, sebuah video tentang bagaimana sesuatu seharusnya terjadi."
Baca juga: Protes Anti Israel, Puluhan Tikus Hidup Dilempar ke Restoran McDonalds di Inggris
"Kami sangat menyambut baik keterlibatan EHRC (Komisi Kesetaraan dan Hak Asasi Manusia) namun yang kurang adalah keterlibatan pekerja dalam proses tersebut."
Serikat pekerja juga mengklaim bahwa McDonalds memiliki sejarah menggunakan perjanjian kerahasiaan (NDA) dalam menanggapi tuduhan.
Macrow menolak klaim tersebut namun mengaku memasukkan 'klausul kerahasiaan' di mana pekerja meninggalkan perusahaan dengan perjanjian penyelesaian.
(TribunTravel.com/ni)
Kumpulan artikel viral
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.