TRIBUNTRAVEL.COM - Beberapa waktu yang lalu video viral memperlihatkan cuaca ekstrem di Solo Raya pada Rabu (24/10/2023).
Di Kota Solo, terdapat sejumlah wilayah yang diterpa hujan lebat disertai angin kencang.
Hujan lebat menyebabkan puluhan pohon tumban seperti di sekitar DPRD Kota Solo, Lottemart Tipes, sekitar Mall Paragon, sekitar Pasar Gede, depan Stadion Manahan, dan depan Stasiun Balapan.
Bahkan pohon tumbang di depan Stasiun Balapan sempat melintang menutup akses jalan dan menimpa jaringan listrik PLN.
Baca juga: Penjelasan BMKG Soal Kabut Tebal yang Selimuti Pantai di Gunungkidul dan Bantul
Sementara di Kabupaten Klaten, hujan badai menyebabkan puluhan rumah mengalami kerusakan.
Dilaporkan Tribun Solo, terdapat 22 desa di 8 kecamatan yang terdampak hujan lebat disertai angin di Klaten.
LIHAT JUGA:
Hujan lebat di Klaten juga terjadi di Kecamatan Delanggu yang menyebabkan sejumlah kabel PLN terputus.
Di Sukoharjo, hujan disertai angin membuat satu sekolah terdampak.
SMA N 3 Sukoharjo dilaporkan mengakibatkan plafon atap dua kelas dan lobi sekolah hancur.
Baca juga: BMKG Rilis Kota dengan Suhu Terpanas di Indonesia, Majalengka Capai 38,3 Derajat Celsius
Di kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), sejumlah pohon tumbang akibat hujan lebat menimpa parkiran.
Akibat ambruknya parkiran, puluhan kendaraan bermotor dilaporkan rusak parah.
Penjelasan BMKG
Menanggapi sejumlah video viral yang memperlihatkan cuaca ekstrem di Solo Raya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pun memberikan penjelasan.
Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Jawa Tengah Iis Widya Harmoko mengatakan, sejumlah daerah di Indonesia sedang mengalami pergantian musim.
Adapun pergantian musim tersebut diawali dengan masa transisi atau masa pancaroba.
Baca juga: Video Viral di TikTok, Pohon Tumbang Timpa Parkiran di UMS dan Bikin Puluhan Motor Hancur
Salah satu daerah yang sedang mengalami masa pancaroba adalah Jawa Tengah, terutama di Solo Raya.
"Kejadian cuaca ekstrem di beberapa wilayah Solo Raya menjadi penanda akan masuk musim hujan," ujar Iis saat dihubungi Kompas.com, Jumat (27/10/2023).
Menurut Iis, masa pancaroba biasanya akan berlangsung sekitar satu bulan.
Namun demikian, masa transisi tersebut tidak akan berlangsung setiap hari.
Menurutnya, hal ini tergantung dari kondisi dan potensi cuaca lokal dari masing-masing daerah.
"Kejadian hujan dan cuaca ekstrem di setiap daerah lebih besar dipengaruhi oleh kondisi lokal yang dipicu mulainya perubahan musim dari kemarau ke penghujan," jelas Iis.
Senada dengan Iis, Plt Kepala Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani menjelaskan, hujan lebat disertai angin kencang memang kerap terjadi di wilayah tropis seperti di Indonesia.
"Terutama di wilayah yang mulai berada pada peralihan musim atau pancaroba," kata Andri, Kamis (26/10/2023), dikutip dari Kompas TV.
Menurut Andri, penyebab perubahan cuaca ekstrem salah satunya karena aktifnya gelombang atmosfer Rossby Ekuator dan Kelvin di sejumlah wilayah di Indonesia.
Baca juga: Viral Fenomena Hujan Deras Hanya Guyur Satu Rumah di Tasikmalaya, BMKG Beri Penjelasan
Baca juga: Video Viral di TikTok, Fenomena Hujan Salju Terjadi di Mimika Papua, Begini Penjelasan BMKG
Selain itu, adanya daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin atau konvergensi juga menjadi faktor penyebab fenomena ini.
"Intensitas radiasi Matahari dan pemanasan yang tinggi di pagi hingga siang hari dapat memicu proses konvektif skala lokal sehingga mengakibatkan potensi penguapan yang cukup tinggi," terang Andri.
"Hujan yang kerap terjadi di masa pancaroba ini lebih disebabkan daya angkat atau penguapan yang cukup tinggi dari pagi hingga siang hari dan hujan turun pada sore hari," sambungnya.
(TribunTravel.com/SA)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.