TRIBUNTRAVEL.COM - Kisah seorang guru honorer dengan gaji Rp 325.000 per bulan berhasil berangkat ke Arab Saudi untuk melaksanakan ibadah haji.
Dia adalah Rima Yantari (38).

Rima saat ini menjadi guru honorer di Taman Kanak-kanak (TK) Pertiwi Tanjung, Desa Tanjung, Kecamatan Kertosono, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.
Kisah Rima begitu inspiratif karena berhasil berangkat ke Tanah Suci meski gajinya hanya Rp 325.000 per bulan.
Baca juga: Calon Jemaah Haji 2023 Catat! Jangan Pernah Bawa 12 Barang saat di Bandara
Sedangkan suami Rima diketahui merupakan seorang petani.
Rima sendiri sudah terjun di dunia pendidikan sebagai pengajar mulai tahun 2012.
LIHAT JUGA:
Mulanya, perempuan yang tinggal di Dusun Bogo, Desa Nglawak, Kecamatan Kertosono, itu mengajar di Kelompok Bermain (KB) dekat rumahnya.
"Terus pindah (mengajar) ke TK tahun 2018," cerita Rima.
Saat masih mengajar di KB, Rima mengaku pernah mendapatkan honor hanya Rp 50.000 per bulan.
Gaji tersebut mulai naik secara bertahap menjadi Rp 75.000 hingga Rp 100.000 per bulan.
Baca juga: Madinah Hujan Es, Penerbangan Haji dari Solo & Jakarta Dialihkan ke Jeddah
Kini, Rima tak lagi mengajar di KB.
Sekarang ia menjadi guru honorer di TK Pertiwi Tanjung.
Untuk gaji yang diterima ibu tiga anak ini Rp 325.000 per bulan.
"Tapi nerimanya (gaji) tidak tiap bulan, pertama itu tiga bulan sekali, ganti empat bulan sekali, sekarang enam bulan sekali," ungkapnya.
Selama mengajar di KB ataupun TK, Rima mengaku tak pernah mendapat tunjangan.
Hal itu karena statusnya sebagai guru honorer, dan belum pernah mengikuti sertifikasi.
"Tunjangan belum ada, wong belum sertifikasi," kata dia.
Kendati gajinya pas-pasan, Rima memberanikan diri daftar haji pada tahun 2012.
Ia nekat mendaftar gaji karena mendapatkan dorongan dari suami yang lebih dahulu berangkat ke Tanah Suci.
Rima menuturkan, suaminya menunaikan ibadah haji tahun 2012 silam.
"Suaminya sudah (haji) tahun 2012, suami pulang terus saya suruh daftar," paparnya.

Keberhasilan Rima naik haji ini tak lepas dari kegigihannya dalam menabung.
Setiap saban panen, ia menyisihkan sejumlah uang untuk melunasi Biaya Perjalanan Ibadah Haji (Bipih).
"Ya, setiap panen sedikit-sedikit (ditabung). Suami saya itu petani, tani palawija," sebutnya.
Baca juga: Asrama Indramayu & Bandara Kertajati Siap Layani 8.968 Jemaah Haji 2023
Juru parkir nabung 38 tahun
Kisah inspiratif lainnya datang dari seorang juru parkir di Kota Solo yang menabung selama 38 tahun untuk bisa berangkat ke Tanah Suci.
Adapun juru parkir tersebut adalah seorang kakek berusia 69 tahun bernama Sri Suharto.
Sri Suharto merupakan warga biasa yang berasal dari Mangkubumen, Banjarsari, Solo, Jawa Tengah.
Tepat pada tahun ini, Sri Suharto dipastikan sudah terdaftar jadi satu di antara jamaah haji asal Indonesia.
Dikutip dari TribunSolo, perjuangan Sri Suharto untuk bisa naik haji bukanlah perkara yang mudah.
Terhitung sudah puluhan tahun ia bersusah payah menabung mengumpulkan pundi-pundi rupiah.
Sejak 1985, Harto sapaan akrabnya, telah menyisihkan uang hasil dari menjadi juru parkir dan pengayuh becak.
"Dari hasil parkir, kalau malam dulu saya becak, kalau sekarang sepi, kalah sama yang online, kalau dulu parkir setiap hari kadang 80, kadang 100 kan nggak tentu pendapatannya," ujar Sri Suharto sambil meneteskan air mata saat ditemui TribunSolo, pada Selasa (16/5/2023).
Baca juga: Jelang Musim Haji 2023, Garuda Indonesia Siapkan 14 Armada Pesawat Berbadan Lebar
Selama 38 tahun itulah Sri Suharto optimis bisa terbang ke Tanah Suci untuk menunaikan rukun islam yang kelima ini.
Meski penghasilannya tidak tetap, Sri Suharto selalu konsisten menyisihkan pendapatannya untuk bisa ibadah naik haji.
"Sudah lama dari kecil dari SD kelas 1. Haji itu kan panggilan Tuhan, sejak kecil itu saya tidak punya orang tua, saya kan ikut nenek," kisah Sri Suharto.

Meski dirasa sulit, keadaan tersebut tidak mengurangi semangat Sri Suharto untuk menyambung hidup sambil menyisihkan rezeki demi bisa ke Tanah Suci.
Usaha kerasa Sri Suharto berbuah manis pada tahun 2011 lalu saat ia mendaftarkan dirinya dan sang istri untuk naik haji.
Namun sayangnya keinginan berangkat ke Tanah Suci bersama istrinya, Suminem (58), harus batal lantaran pembatasan usia dari pemerintah karena pandemi Covid-19.
Maka pada tahun lalu Suminem harus berangkat ke Mekkah sendiri tanpa ditemani oleh Sri Suharto.
"Harusnya tahun kemarin berangkatnya tapi saya terhalang usia. Istri berangkat sendiri tahun lalu," ujar Sri Suharto.
Sri Suharto menuturkan sang istri sempat ragu berangkat lantaran tanpa ditemani dirinya.
Namun pada akhirnya ia meyakinkan Suminem untuk tetap pergi ke Tanah Suci meski seorang diri.
Baca juga: Indonesia Dapat Tambahan 8.000 Kuota Jemaah Haji, Menag Masih Tunggu Surat Resmi dari Arab Saudi
"Pokoknya kamu nggak usah mikir aku, ini panggilan Tuhan, itu pesan saya sama istri saya dulu," tambah Sri Suharto.
Sri Suharto mengungkapkan bahwa keinginannya naik haji ke Tanah Suci memang sudah ada sejak kecil.
Meski demikian ia mengaku tak pernah merasakan adanya rintangan berat saat menabung.
"Saya nggak merasa ada tantangan, Alhamdulillah merasa Ndak ada kendala, setiap hari pokoknya saya dapat uang saya kasihkan istri saya. Nanti uangnya saya kasihkan istri lalu setiap bulannya disetor ke bank," pungkas Sri Suharto.
Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Perjuangan Guru Honorer Bergaji Rp 325 Ribu Berhasil Naik Haji, Begini Cara Kegigihannya Menabung.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.