Breaking News:

Nasib Pesawat Turki yang Diserang di Sudan, Tengah Jemput Warganya untuk Evakuasi

Pesawat yang mengevakuasi warga Turki dari Sudan, menerima serangan di tengah konflik kian memanas.

Editor: Kurnia Yustiana
Unsplash/Artturi Jalli
Ilustrasi pesawat. Pesawat yang mengevakuasi warga Turki dari Sudan, menerima serangan di tengah konflik yang berlangsung. 

TRIBUNTRAVEL.COM - Konfilk di Sudan kian memanas.

Berbagai negara pun segara menginginkan warga negaranya untuk dievakuasi dari Sudan.

Ilustrasi mesin pesawat
Ilustrasi mesin pesawat (Flickr/Derin)

Tak hanya Indonesia, Turki juga telah mengirimkan pesawat buat mengevakuasi warganya dari Sudan yang didera konfilk.

Namun, sebuah pesawat Turki yang berusaha mengevakuasi warga dari ibu kota Sudan, Khartoum, ditembak pada Jumat kemarin.

Baca juga: Penumpang Lihat Kru Tempelkan Selotip ke Sayap Pesawat sebelum Lepas Landas, Kenapa Ya?

Insiden ini terjadi di tengah pertempuran yang sedang berlangsung, meskipun ada perpanjangan gencatan senjata selama 72 jam untuk mengizinkan akses kemanusiaan masuk ke negara itu.

Kementerian Pertahanan Turki mengatakan bahwa senjata ringan ditembakkan ke pesawat evakuasi C-130 yang telah dikirim ke pangkalan udara Wadi Sayidna untuk mengevakuasi warga negaranya.

Kementerian menambahkan, pesawat itu kini telah mendarat dengan selamat tanpa cedera pada awaknya.

Namun, perlu dilakukan perbaikan.

Ilustrasi pesawat yang sedang mengudara. Sebuah pesawat Gibbs Airvan GA8 dilaporkan jatuh di pulau terpencil sekira pukul 08.40 waktu setempat, Kamis (6/4/2023).
Ilustrasi pesawat yang sedang mengudara (Unsplash/William Hook)

Dikutip dari laman Russia Today, Sabtu (29/4/2023), kelompok paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) telah membantah tuduhan dari Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) bahwa mereka melakukan serangan itu.

Mereka menyatakan klaim tersebut merupakan pernyataan yang tidak didukung oleh bukti faktual.

2 dari 4 halaman

"Pasukan kami tetap berkomitmen pada gencatan senjata kemanusiaan yang kami sepakati sejak tengah malam, dan tidak benar bahwa kami menargetkan pesawat apapun di langit Wadi Sayidna di Omdurman," kata RSF, dalam sebuah pernyataan.

Pasukan asing telah mengamankan lapangan udara Wadi Sayidna yang terletak 20 km di sebelah utara Khartoum dan telah digunakan untuk mengevakuasi warga dari negara-negara seperti Jerman, Inggris, Amerika Serikat (AS), Prancis, dan negara lainnya setelah bentrokan kekerasan meletus di Sudan pada 15 April lalu.

Kedutaan Besar Turki di ibu kota Sudan itu mengumumkan pada Kamis lalu bahwa sekitar 1.500 warga sipil termasuk 1.383 warga Turki, telah dipindahkan dengan upaya yang sedang dilakukan untuk mengevakuasi warga tambahan.

Menurut angka yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Sudan, konflik antara tentara dan pasukan paramiliter yang kini memasuki hari ke-14, telah mengakibatkan kematian pada sedikitnya 512 orang.

Komisi Tinggi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk Pengungsi (UNHCR) pun melaporkan pada Rabu lalu bahwa jumlah pengungsi saat ini, yakni 3,7 juta pengungsi internal di Sudan telah meningkat pesat.

"Setidaknya 20.000 orang Sudan telah melarikan diri ke Chad, sementara 4.000 orang Sudan Selatan, yang merupakan bagian dari 1,1 juta pengungsi yang ditampung oleh Sudan dari negara tetangga, terpaksa pulang," kata Kepala UNHCR, Filippo Grandi.

Baca juga: Kebanyakan Interior Pesawat Berwarna Biru, Benarkah Bikin Nyaman Penumpang yang Takut Terbang?

Berbagai Negara Lakukan Upaya Evakuasi Warganya dari Sudan

Koordinator Kemanusiaan PBB di Sudan, Andou Dieng, mengatakan bahwa penjarahan, serta pertempuran terus berlanjut di seluruh negeri meskipun ada upaya gencatan senjata.

Berbicara kepada wartawan melalui telepon, Andou Dieng menyampaikan bahwa dirinya sangat khawatir tentang ketersediaan makanan, khususnya di Darfur.

Andou Dieng pun meminta agar koridor kemanusiaan segera dibuka.

3 dari 4 halaman

Kalau bantuan-bantuan tidak dibuka, warga Sudan terancam kelaparan.

Dikutip dari laman CNN, Minggu (30/4/2023), di Khartoum, ibu kota Sudan, saksi mata dan jurnalis CNN di utara kota mengatakan bahwa tentara paramiliter RSF menempati setidaknya satu stasiun air.

Baca juga: Viral AC Pesawat Batik Air Rute Malaysia-Jakarta Mati, Pihak Maskapai Ungkap Penyebabnya

Hal ini menyebabkan kekurangan pasokan air yang vital bagi warga.

"Sejak 16 April lalu, fasilitas air pada dasarnya tidak berfungsi dan orang-orang telah minum air pahit dari sumur di lokasi konstruksi yang belum selesai. Para insinyur air belum dapat mengakses instalasi air untuk memperbaikinya. Mereka menjadi sasaran penembak jitu RSF," kata saksi mata itu.

Pada awal pekan ini, penduduk dari beberapa lingkungan di negara bagian Khartoum mengatakan stok makanan telah habis di toko-toko, air minum pun langka, dan pabrik makanan di negara bagian tersebut telah dijarah.

Perlu diketahui, daerah tersebut telah mengalami pertempuran sengit dan mereka yang memberikan kesaksian menuturkan bahwa mereka tidak dapat meninggalkan rumah dan dievakuasi ke luar ibu kota.

Baca juga: Pesawat Kiamat Joe Biden untuk Perang Nuklir Terbang di Langit Wales, Ada Apa?

"Bentrokan kekerasan antara SAF (Angkatan Bersenjata Sudan) dan RSF berlanjut dengan senjata berat, dan partisipasi pesawat tempur di kamp RSF di daerah Kafouri," jelas seorang saksi mata pada Kamis lalu.

Saat konflik memasuki minggu kedua, pemerintah asing terus berjuang untuk mengevakuasi warganya, sementara banyak orang Sudan tetap terjebak tanpa adanya pasokan listrik, makanan atau air.

Bahkan mereka secara putus asa mencari cara untuk melarikan diri.

"Sedikitnya 460 orang tewas dan ribuan lainnya luka-luka dalam pertempuran itu," kata Kementerian Kesehatan Sudan.

Baca juga: Mantan Pramugari Bagikan Tips Tetap Bersih saat Pakai Toilet Pesawat, Apa Saja?

4 dari 4 halaman

"Lebih dari 2.700 orang dari sekitar 76 negara telah tiba di Arab Saudi dalam beberapa hari terakhir setelah dievakuasi dari Sudan," kata Duta Besar Arab Saudi untuk Inggris pada Kamis lalu.

Sementara itu, Gedung Putih mendesak warga Amerika Serikat (AS) di Sudan yang ingin meninggalkan negara itu untuk melakukannya dalam 24 hingga 48 jam ke depan.

Namun, mengatakan pemerintah AS hanya akan membantu warganya dari jauh, tidak seperti negara lain yang menggunakan sumber daya militer mereka sendiri untuk mengevakuasi warganya.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Evakuasi Warganya, Pesawat Turki Diserang di Sudan.

Simak artikel lainnya seputar Sudan di sini.

Selanjutnya
Sumber: Tribunnews.com
Tags:
SudanpesawatbandaraPBB Harry Warganegara Yeti Airlines Batik Air Afriansyah Noor Dassault Rafale
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved