Breaking News:

Lebaran

Fakta Unik Lampu Colok Bengkalis, Tradisi Lebaran di Riau yang Bertabur Cahaya

Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, memiliki tradisi Lebaran yang selalu digelar setiap tahun yaitu Lampu Colok Bengkalis.

Penulis: Sinta Agustina
Editor: Sinta Agustina
Tribun Pekanbaru/Theo Rizky
Ilustrasi. Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, memiliki tradisi Lebaran yang selalu digelar setiap tahun yaitu Lampu Colok Bengkalis. 

TRIBUNTRAVEL.COM - Menyambut Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriah, sejumlah daerah di Indonesia melakukan beberapa tradisi Lebaran.

Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau memiliki tradisi Lebaran yang dinamakan Lampu Colok Bengkalis.

Menara Lampu Colok terlihat indah dalam pelaksanaan Festival Lampu Colok di Kabupaten Bengkalis saat ramadhan beberapa tahun lalu. (tribunpekanbaru.com/Muhammad Natsir)

Seperti namanya, Lampu Colok Bengkalis merupakan tradisi Lebaran yang dilakukan secara turun temurun di mana masyarakat akan memasang lampu colok atau pelita.

Melansir situs resmi Kemdikbud, Lampu Colok Bengkalis biasanya dipasang secara serentak pada setiap malam 27 Ramadhan atau disebut juga dengan malam 7 likur menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Baca juga: 5 Tradisi Unik saat Lebaran di Indonesia, Ada Grebeg Syawal hingga Perang Topat

Sejarah yang panjang

Fakta unik Lampu Colok Bengkalis tak terlepas dari sejarahnya yang cukup panjang.

Lalu, bagaimana awal mulanya Lampu Colok Bengkalis dilakukan?

LIHAT JUGA:

Tradisi Lampu Colok Bengkalis bermula ketika masyarakat membuat lampu colok untuk dijadikan penerang saat akan membayar zakat fitrah menjelang Lebaran.

Lampu colok sendiri dibuat dari bambu yang diberi lubang dan diisi kain perca, kemudian diberi minyak tanah dan tali goni.

Baca juga: Festival Mudik Meriahkan Lebaran di Wonosobo, Bakal Ada Tradisi Balon Udara

2 dari 4 halaman

Untuk menyalakannya, masyarakat akan menyulut api pada tali goni.

Konon, masyarakat di Bengkalis meyakini para arwah leluhur akan berkunjung ke sanak saudara saat malam Lebaran.

Sehingga perlu penerangan di halaman rumah dan jalan agar para arwah tidak tersesat.

Sekitar tahun 1980-an, tradisi lampu colok di Bengkalis mengalami perubahan dan kemajuan yang cukup pesat, terutama dari bahan pembuatannya.

Saat itu, lampu colok tak lagi dibuat dari batang bambu, melainkan dari kaleng-kaleng minuman yang lebih mudah untuk didapatkan.

Kini, lampu colok dibuat menggunakan tiang kayu yang dirakit menjadi sebuah menara tempat meletakkan lampu colok yang terbuat dari kaleng dengan berbagai model dan kreasi.

Mulai dari miniatur masjid, lafaz Allah, ayat suci Al-quran, dan berbagai bentuk gambar menarik lainnya.

Biasanya lampu colok akan dipasang di sepanjang jalan sebagai penerang menuju masjid atau surau.

Menara Lampu Colok di Bengkalis. (Dok. Istimewa)
Menara Lampu Colok di Bengkalis. (Dok. Istimewa)

Tradisi Lampu Colok Bengkalis memiliki makna yang mendalam.

Proses membuatnya yang butuh kerja sama merupakan makna dari tradisi ini.

3 dari 4 halaman

Selain itu, ada banyak filosofi yang tercermin pada terangnya lampu colok yang dipasang menjelang Lebaran.

Baca juga: Mengenal Likuran, Tradisi Ramadhan di Batam dengan Memasang Lampu Pelita

Jadi acara tahunan

Tradisi Lampu Colok Bengkalis telah resmi menjadi warisan budaya tak benda (WBTB) Indonesia yang telah ditetapkan pada tahun 2021 lalu melalui jenderal kebudayaan Kemendikbudristek RI, dilaporkan Tribun Pekanbaru Travel.

Untuk melestarikannya, Pemerintah Kabupaten Bengkalis menggelar acara tahunan berupa Festival Lampu Colok.

Melalui Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Bengkalis, Pemerintah Kabupaten Bengkalis menjadikannya sebagai agenda tahunan yang diikuti kelompok masyarakat, pemuda hingga tingkat desa.

"Budaya ini kan sudah berlangsung sejak lama, bahkan berpuluh puluh tahun lalu sudah difestivalkan. Tahun ini kita tentu akan tetap laksanakan," ungkap Kepala Dinas Disbudparpora Bengkalis Edi Sakura beberapa waktu lalu.

Festival Lampu Colok. (Dok. Prokopim Bengkalis)

Festival Lampu Colok dibuka untuk umum dan boleh diikuti siapapun.

"Biasanya memang peserta yang ikut festival ini banyak dari kelompok masyarakat dari desa maupun kelurahan," ungkap Edi Sakura.

"Tapi kita tidak tutup kemungkinan organisasi ataupun bahkan instansi seperti dinas mau ikut serta dengan menyiapkan menara colok kita terima untuk mendaftarkan lampu colok mereka," jelasnya.

Untuk penilaian menara colok sendiri, Edi Sakura mengatakan bahwa pihaknya sudah menyiapkan tim penilai.

Baca juga: Tradisi Ramadhan di Solo Bagikan Bubur Samin, Diserbu Warga sampai Ludes 1.300 Porsi

Baca juga: 6 Fakta Menarik Padusan, Tradisi Unik Menyambut Bulan Suci Ramadhan

4 dari 4 halaman

Penilai nantinya berjumlah tiga orang yang merupakan pakar-pakar lampu colok dan paham sejarah.

Penilaian akan dilakukan secara menyeluruh aspek, mulai dari jumlah lampu digunakan, jarak, hingga tampilan saat sudah menyala.

Tak tanggung-tanggung, Disbudparpora Bengkalis menyiapkan hadiah sebesar Rp 63 juta.

(TribunTravel.com/SA)

Selanjutnya
Sumber: Tribun Travel
Tags:
LebaranRiauBengkalis
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved