TRIBUNTRAVEL.COM - Membahas Keraton Surakarta, tentu tak lepas dari pengorbanan para abdi dalem.
Abdi dalem memang erat dengan keberadaan Keraton Surakarta.

Baik abdi dalem maupun Keraton Surakarta, keduanya seakan saling berkaitan satu sama lain.
Keraton Surakarta membutuhkan abdi dalem untuk membantu aktivitas keraton.
Baca juga: Menilik Alun-alun Keraton Surakarta, Kawasan Penuh Sejarah dan Warisan Budaya di Kota Solo
Sedangkan abdi dalem membutuhkan Keraton Surakarta untuk mendapatkan berkah dengan bekerja secara tulus.
Mengenakan pakaian adat Jawa yang lengkap serta sikap santun menjadi salah satu ciri khas para abdi dalem Keraton Surakarta.
Melansir Pemkot Solo, Minggu (12/3/2023), abdi dalem merupakan orang yang bekerja atau mengabdi di keraton.
Mereka disahkan melalui serat kekancingan atau surat keputusan pemberian pangkat.
Abdi dalem dikenal sangat setia karena mereka mengabdikan dirinya kepada keraton dan wajib mengikuti semua aturan adat keraton yang berlaku.
Baca juga: Keraton Surakarta dan 4 Tempat Wisata di Solo yang Cocok Jadi Lokasi Prewedding
Pada tata aturan Keraton Surakarta, abdi dalem terbagi dalam dua jenis, yakni Abdi Dalem Anon-anon dan Abdi Dalem Garap Keraton.
Abdi Dalem Anon-anon bekerja sesuai dengan undangan dari pihak keraton untuk mengikuti beberapa kegiatan penting dan tidak mendapatkan upah dari keraton.
Kegiatan penting tersebut di antaranya Tingalan Jumenengan Dalem, Grebeg Besar, Mahesa Lawung, Sekaten, Kirab Malam 1 Suro serta Malem Selikuran.

Sementara Abdi Dalem Garap Keraton adalah mereka yang bekerja setiap hari di lingkungan keraton dan mendapatkan upah dari keraton.
Siapa saja yang ingin mengabdi sebagai abdi dalem, akan dilakukan observasi terlebih dahulu oleh pihak keraton.
Mereka akan dinilai kelayakannya oleh keraton dari beberapa pertimbangan.
Setelah beberapa pertimbangan tentang kelayakan bisa diterima dan proses administrasi dipenuhi, yang bersangkutan diberikan pangkat kekancingan.
Baca juga: Menilik Gerbong Bersejarah Peninggalan Pakubuwono X di Alun-alun Kidul Keraton Surakarta
Keraton memanggil yang bersangkutan untuk disumpah setia di depan Pengageng Keraton dengan menggunakan pakaian sesuai kepangkatan yang diberikan.
Menjadi abdi dalem adalah suatu niat nyata dari seseorang untuk mengabdi di keraton dalam rangka nguri-uri budaya yang bersumber dari keraton.
Penampilan abdi dalem Keraton Surakarta belum lama ini terlihat dalam Upacara Tingalan Dalem Jumenengan Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan (SISKS) Paku Buwono (PB) XIII, yang digelar Kamis, 16 Februari 2023 lalu.

Abdi dalem juga meliputi prajurit Keraton Surakarta yang tak kalah mencuri perhatian.
Terlebih, para prajurit Keraton Surakarta kerap menjadi penampil dalam acara-acara tertentu.
Seperti halnya saat gelaran Kirab Boyong Kedaton pada Jumat (17/2/2023) lalu.
Kirab Boyong Kedaton 2023 digelar dalam rangka memperingati hari ulang tahun ke-278 Kota Solo.
Gelaran Kirab Boyong Kedaton 2023 dimeriahkan oleh berbagai peserta.
Baca juga: Asyiknya Nongkrong di Surakartea, Nikmati Sensasi Ngeteh dengan Nuansa Keraton Surakarta
Satu di antaranya, yakni prajurit Keraton Surakarta atau yang dikenal sebagai Bregodo.
Ada beberapa kelompok prajurit yang dilibatkan dalam gelaran kirab tahun ini, termasuk prajurit musik keraton.
Keraton Surakarta sendiri memiliki sejumlah kesatuan prajurit.

Mulai dari Bregodo Tamtomo, Bregodo Prawiro Anom, Bregodo Jayeng Astro, Bregodo Sorogeni, Bregodo Joyosuro hingga Bregodo Doropati.
Sebagaimana diketahui, Kirab Boyong Kedaton digelar sebagai pengingat akan peristiwa penting sejarah, yaitu perpindahan kekuasaan dari Keraton Pajang menuju Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Boyong Kedaton sendiri memiliki makna perpindahan kerajaan.
Boyong, dalam Bahasa Jawa berarti pindah tempat tinggal.
Sedangkan kedaton dalam Bahasa Jawa berarti kerajaan atau singgasana.
Nah, keberadaan Bregodo dalam Kirab Boyong Kedataon merupakan interpretasi pasukan yang hingga kini setia menemani perjalanan Keraton Surakarta.
Kehadiran Bregodo selalu menarik perhatian karena seragam yang dikenakannya beraneka warna, sesuai dengan kesatuan masing-masing.
Ada yang mengenakan seragam merah, hijau, biru dan hitam dengan bagian bawah selalu ditutupi kain batik bermotif tertentu.
Dalam sejarahnya, pada kerajaan Mataram, prajurit keraton ini memang menjadi semacam angkatan bersenjata milik keraton.
Baik pada era sebelumnya, era Keraton Kota Gede, Keraton Plered (Bantul, Jogja), Keraton Kartasura (1703-1745) hingga pindah ke Keraton Surakarta, Bregodo memang menjadi sistem pertahanan keraton yang sangat diandalkan.

Sebagai prajurit perang kala itu, Bregodo juga dibekali berbagai kemahiran penggunaan senjata seperti tombak, pedang dan panah.
Di era kini, atraksi budaya yang melibatkan Bregodo tentu menarik untuk disaksikan.
Bukan tentang kemahiran berperang pada masa dulu, tapi sebagai simbol serta pegiat budaya yang masih lestari.
Setiap event budaya atau upacara adat yang digelar di Keraton Surakarta Hadiningrat, Bregodo selalu dilibatkan.
Atraksinya juga menarik wisatawan yang datang ke keraton.
Keberadaan Bregodo menjadi aset budaya dan wisata yang cukup unik dan menarik, terutama dalam mendatangkan turis-turis asing untuk berkunjung ke Solo.
Prajurit keraton sebagai bagian dari abdi dalem, hingga kini masih setia menemani keraton sebagai pusat budaya (supremasi budaya).
Anggota prajurit keraton, bila dilihat pada setiap upacara adat, rata-rata memang sudah sepuh.
Pihak keraton memang perlu untuk terus melakukan regenerasi, agar tongkat estafet keberadaan Bregodo tidak berangsur-angsur berkurang.
Bregodo di era kini memang menjadi penampil budaya yang elok dan indah.
Prajurit keraton banyak menjadi incaran para pengguna media sosial yang berburu foto serta video dan menyebarkan sisi lain keindahan Keraton Surakarta ke masyarakat Indonesia dan dunia.
Bregodo juga menjadi magnet budaya dan seni.
Tak hanya pakaian seragam berbagai warna yang digunakan, tapi juga narasi sejarah yang melekat pada keberadaan prajurit keraton turut menjadi subjek promosi yang menarik dan berkesan.
Baca juga: Kisah Masa Lalu Bengawan Solo, Jadi Andalan Kekuatan Maritim dan Jalur Perdagangan Vital
(TribunTravel.com/mym)
Untuk membaca artikel terkait berita viral, kunjungi laman ini.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.