TRIBUNTRAVEL.COM - Sejak awal pandemi, masyarakat luas mungkin sudah terbiasa mendengar istilah 'penerbangan hantu'.
Istilah penerbangan hantu memang kerap kali muncul menjadi topik utama dalam sebuah berita.
Dalam setiap kemunculannya, penerbangan hantu seringkali disertai dengan kemarahan publik atas fenomena tersebut.
Lantas, apa arti sebenarnya tentang fenomena penerbangan hantu?
Baca juga: Sejumlah Maskapai Siap Tayangkan Pertandingan Piala Dunia 2022 Selama Penerbangan
Melansir Simple Flying, Jumat (18/11/2022), penerbangan hantu adalah ketika maskapai mengoperasikan pesawat pada rute yang dijadwalkan secara teratur dengan sedikit atau tanpa penumpang.
Hal ini paling sering dilakukan agar maskapai penerbangan tertentu dapat memenuhi kewajiban kontrak mereka agar tidak kehilangan salah satu aset paling berharga mereka, yakni slot bandara.
Slot adalah izin yang diberikan oleh bandara kepada maskapai untuk penerbangan yang terakhir lepas landas atau mendarat pada waktu tertentu.
Ini diperlukan untuk mengontrol lalu lintas dan kapasitas di bandara yang padat, serta sangat sulit didapat dan juga sangat mahal.
Slot dialokasikan, atau lebih tepatnya, dipegang, berdasarkan aturan "gunakan atau hilangkan".
Baca juga: Pilot Jatuh Pingsan, Penerbangan Boeing 737 Terpaksa Mendarat Darurat
Artinya, dalam keadaan normal, jika maskapai penerbangan tidak menggunakan setidaknya 80 persen slotnya, bandara dapat menawarkannya ke maskapai lain pada musim depan.
Selama pandemi, kapasitas slot dikurangi menjadi 50 persen agar tidak terlalu menekan maskapai untuk mengoperasikan penerbangan di pasar yang tidak memungkinkan.
Namun, karena pembatasan telah dicabut, kapasitas slot dikembalikan hingga 70 persen mulai Maret tahun 2022.
Chief executive Carsten Spohr dari Lufthansa Group menyatakan pada awal tahun ini bahwa aturan "gunakan atau hilangkan" membuat maskapai harus melakukan 18.000 penerbangan tambahan yang tidak perlu.
Hal itu bertujuan untuk mengamankan slot maskapai di bandara.
Menurut penelitian yang diterbitkan pada bulan September 2022, di Inggris saja, telah ada lebih dari 5.000 penerbangan hantu yang datang atau berangkat sejak 2019.
Di samping penerbangan hantu, 35.000 penerbangan komersial juga telah melakukan perjalanan ke atau dari Inggris dalam 3 tahun terakhir.
Baca juga: Heboh Ada Ular di Pesawat, Bikin Penumpang Panik dan Penerbangan Tertunda
Dalam beberapa momen selama pandemi Covid-19, Bandara Heathrow di London mencatat 663 penerbangan dengan penumpang hampir kosong ke atau dari Amerika Serkiat.
Data tersebut, pertama kali dilaporkan oleh The Guardian, memicu seruan baru dari para aktivis agar pemerintah Inggris menindak penerbangan hantu.
Sementara itu, di seluruh Eropa, Greenpeace memperkirakan bahwa sekira 100.000 penerbangan hantu terbang di atas benua tersebut pada musim dingin lalu.
Baca juga: Ahli Perjalanan Ungkap 3 Kesalahan Umum Penumpang Pesawat pada Penerbangan Jarak Jauh
Penerbangan hantu tentu memicu kemarahan publik sebab akan menyebabkan sekira 2,1 juta ton emisi karbon dioksida, yang setara dengan emisi lebih dari 1,4 juta mobil per tahun.
Namun, belum ada statistik pasti untuk memastikan dampaknya.
Sementara pasar telah meningkat secara signifikan, dan maskapai penerbangan memiliki lebih sedikit kebutuhan untuk mengoperasikan pesawat kosong, dua tahun kemudian, hal itu masih sering terjadi.
Hal ini menunjukkan bahwa mereka mungkin telah menjadi masalah jangka panjang yang perlu ditangani oleh penerbangan secara keseluruhan.
Maskapai penerbangan dan bandara seharusnya bekerja sama untuk kebaikan bersama daripada hanya atas dasar transaksional.
Para aktivis lingkungan pun telah menuduh bahwa penerbangan hantu di Inggris memiliki dampak signifikan terhadap perubahan iklim.
Para pegiat lingkungan selama bertahun-tahun telah menyerukan agar praktik penerbangan hantu tersebut diakhiri.
Baca juga: Apa yang Terjadi Jika Paspor Hilang di Tengah Penerbangan?
(TribunTravel.com/mym)
Untuk membaca artikel terkait penerbangan, kunjungi laman ini.