TRIBUNTRAVEL.COM - Ketika perjalanan vaksin atau Vaccinated Travel Lane (VTL) antara Singapura dan Korea Selatan dibuka Oktober lalu, banyak warga Singapura liburan ke Negeri Ginseng.
Termasuk seorang wanita Singapura dan keluarganya yang telah merencanakan liburan delapan hari ke Korea Selatan.
Mereka berangkat dari tanggal 4 hingga 11 Desember 2021.
Namun, mereka harus tinggal lebih lama setelah dia dan putranya yang berusia 12 tahun dinyatakan positif Covid-19 di Seoul.
Suaminya, yang dites negatif, harus mengisolasi diri selama tujuh hari di Korea Selatan.
Akibatnya budget liburan mereka pun membengkak sekitar 7 ribu dolar Singapura (SGD) atau sekitar Rp 74 juta.
Biaya ini hampir dua kali lipat dari budget awal yang mereka rencanakan yaitu 8 ribu dolar Singapura atau sekitar Rp 84 juta.
Wanita berusia 40 tahun dengan nama samaran 'Cheryl' dalam laporan majalah 8days, menceritakan beratnya perjalanan di Seoul.
Ia mengaku terdapat perbedaan mencolok antara perjalanan pra-pandemi dan pasca-pandemi.
"Banyak toko tutup. Bahkan Myeongdong sangat sepi. Petit France yang dulu sangat ramai, saat kami di sana juga sangat sepi."
Ia juga mengaku harus berhati-hati ke mana pun mereka pergi, menghindari tempat-tempat ramai dan selalu membersihkan tangan.
"Bahkan ketika kami berbelanja di supermarket, kami akan membersihkan keranjang belanja," ujarnya kepada 8days dikutip dari laman Asia One, Minggu (30/1/2022).
Meskipun sudah menjalankan protokol kesehatan untuk menghindari virus, putranya dinyatakan positif Covid-19 saat tes cepat antigen (ART) pra-keberangkatan di Bandara Incheon.
Hasil tes ini hanya beberapa jam sebelum mereka check-in untuk penerbangan kembali ke rumah.
Cheryl ingat dua hari sebelumnya, bocah itu memiliki gejala seperti demam, pilek, dan batuk ringan, tetapi tidak mengira itu adalah Covid-19.
Keluarga itu batal naik pesawat dan panik di bandara, tidak tahu ke mana harus pergi atau apa yang harus dilakukan.
Mereka akhirnya menemukan hotel terdekat dan melakukan tes PCR tambahan di rumah sakit setempat setelah mengantri di luar selama tiga jam dalam suhu di bawah nol derajat.
Sehari kemudian, Cheryl dinyatakan positif sedangkan suaminya masih negatif.
Dia mengalami demam 38,5 derajat Celcius dan sakit kepala parah yang berlangsung selama seminggu.
Tapi dia mengira rasa sakit itu akibat flu setelah ia mengantri di luar ruangan selama tiga jam dalam suhu beku untuk tes PCR.
Cheryl menambahkan, dia kehilangan indra penciumannya dan hidungnya terasa tersumbat.
Dia juga sering batuk hingga nyeri di paru-paru.
Suaminya memutuskan pulang terlebih dahulu, tetapi di bandara ia ditahan karena tujuh hari belum berlalu sejak kontak terakhir dengan pasien positif Covid-19.
Kemudian Cheryl berjuang untuk mencari tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Dia menyesal tidak membeli kartu SIM lokal, karena banyak panggilan yang dia lakukan dengan saluran Singapura sehingga biayanya membengkak sekitar 800 SGD.
Akhirnya, setelah mencari bantuan dari kedutaan Singapura, ibu dan anak itu dikirim ke pusat perawatan di Seoul selama sembilan hari.
Cheryl mengingat makanan yang disediakan "sangat enak".
Namun, dia tidak bisa makan banyak karena kehilangan indra perasa dan penciumannya.
Setelah dipulangkan, ibu dan anak itu masih belum bisa kembali ke Singapura karena aturan Covid-19 saat itu.
Artinya, mereka harus menambah durasi lima hari lagi di Korea Selatan.
Cheryl hanya memesan layanan kamar dan makan di kamar hotel selama lima hari karena dia tidak ingin mengambil risiko tertular virus Omicron jika pergi keluar.
Mereka pun jadi lebih hemat 100 SGD per hari, dengan biaya kamar 200 SGD per malam yang harus mereka bayar.
Cheryl berhasil memesan tiket penerbangan pulang, tetapi harus melakukan tes ART sebelum keberangkatan.
Mereka akhirnya dinyatakan negatif setelah menunggu dua jam.
Mereka melakukan perjalanan pulang dengan lancar, tetapi masih harus mengklaim asuransi.
Secara total, keluarga itu menghabiskan sekitar 7 ribu SGD untuk biaya tambahan, atau lebih dari 60 persen budget awal.
Cheryl dan keluarganya tidak mengira liburan musim dingin di Korea Selatan akan berakhir seperti ini.
Ia juga mengaku putra dan suaminya merasa trauma dengan insiden itu dan tidak ingin melakukan perjalanan sampai semua tes wajib dan karantina dicabut. (TribunTravel.com/tyas)
Baca juga: Rayakan Imlek di Taman Safari Bogor, Ada Pertunjukan Barong Liong hingga Akhir Februari 2022
Baca juga: Viral Video Petugas Gelindingkan Barang dari Atas Pesawat, Ini Penjelasan Lion Air
Baca juga: Agen Real Estate Ini Bayar Orang Rp 3,6 Juta Sehari untuk Tinggal di Rumah Angker agar Laku Dijual
Baca juga: Jam Buka dan Harga Tiket Masuk Cimory Dairyland Puncak Selama Februari 2022