Breaking News:

Penyelam Temukan 'Pulau Emas' yang Lama Hilang di Sungai Indonesia, Ini Lokasinya

Para penyelam menemukan gagang pedang emas, cincin emas, dan batu delima, guci berukir, kendi anggur, serta seruling berbentuk seperti burung merak

wall.alphacoders.com
Misteri Bawah Laut 

TRIBUNTRAVEL.COM - Sisa-sisa "Pulau Emas" yang lama hilangmemuat kisah tentang ular pemakan manusia, gunung yang menyemburkan api, dan burung beo berbahasa Hindi, ditemukan di Sungai Musi di dekat Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia.

Sisa-sisa "Pulau Emas" yang telah lama hilang tersebut "mengandung emas" yang mengalir dari dasar sungai.

Hal ini terkuak ketika para penyelam menyelidiki dasar sungai berlumpur dan menemukan ratusan patung, lonceng kuil, peralatan kuno, cermin, koin, serta keramik.

Dikutip dari Live Science, Senin (1/11/2021) oleh TribunJogja, disebutkan para penyelam menemukan gagang pedang emas, cincin emas, dan batu delima, guci berukir, kendi anggur, serta seruling berbentuk seperti burung merak di "Pulau Emas" yang berada di Sungai Musi.

Berbagai harta karun itu menunjuk kepada satu hal: para ilmuwan telah menemukan kota Sriwijaya yang hilang, yang pernah menjadi pelabuhan nan kaya dan kuat di sepanjang rute perdagangan laut antara Timur dan Barat.

Sriwijaya, yang diperintah oleh seorang raja, menguasai Selat Malaka antara pertengahan 600-an dan 1025, ketika perang dengan dinasti Chola India menghancurkan kekuatan kota sehingga pengaruhnya menurun meskipun perdagangan masih berlanjut selama dua abad.

Para sejarawan menjelaskan, pangeran terakhir Parameswara berusaha untuk mendapatkan kembali kendali perdagangan pada 1390-an, tetapi dikalahkan oleh pasukan dari kerajaan terdekat di Jawa sehingga Sriwijaya dan sekitarnya menjadi surga bagi bajak laut China.

Hari ini, Live Science melaporkan, hampir tidak ada jejak yang tersisa dari masa kejayaan Sriwijaya, kecuali artefak berkilauan yang ditarik oleh para penyelam dari Sungai Musi kendati tidak ada penggalian arkeologis resmi yang pernah dilakukan di dalam atau di sekitarnya.

Dengan kata lain, ketika artefak muncul kembali dan menunjuk ke lokasi Sriwijaya, hampir tidak ada bukti fisik seperti apa kehidupan sehari-hari di sana, kata Sean Kingsley, arkeolog kelautan dan editor majalah Wreckwatch, yang menulis tentang "Pulau Emas".

"Kami mulai dari nol. Seperti masuk ke sayap museum. Kosong sama sekali. Orang-orang tidak tahu pakaian apa yang dipakai orang Sriwijaya, apa selera mereka, keramik apa yang mereka suka. Kami tidak tahu apa-apa tentang mereka, baik saat hidup maupun mati," ujarnya.

2 dari 3 halaman

Penelitian arkeologi sebelumnya di sekitar Palembang hanya menemukan petunjuk kecil mengenai pelabuhan yang konon kaya: candi bata dan beberapa prasasti danan besar informasi tentang kota berasal dari orang asing yang menulis tentang perjalanan ke Sriwijaya.

Para pedagang dan pengunjung menggambarkan dunia seperti "Lord of the Rings", menulis tentang gunung berapi yang menyemburkan asap dan api, ular pemakan manusia, burung beo yang bisa meniru bahasa Hindi, Yunani, dan Arab, serta para pelaut bersenjata lengkap.

Sean Kingsley mengutarakan bahwa kisah-kisah tersebut memberi gambaran tentang tempat itu, tidak ada detail serta bukti-bukti penguat, malah sebaliknya sering kali dibuat sensasional dan hanya mengungkapkan sedikit tentang kehidupan sehari-hari di kota pelabuhan.

Berdasarkan laporan yang terbit pada 2006 oleh seorang arkeolog Prancis bernama Pierre-Yves Manguin, selama abad ke-10, penguasa Sriwijaya membayar untuk membangun kuil Buddha di China dan India, pun penghormatan kota kepada China juga mengisyaratkan kekayaan.

"Sriwijaya punya sumber daya alam lokal yang sangat kaya, termasuk tanaman yang banyak diinginkan orang seperti kayu cendana dan kapur barus. Kemudian, di sana ada emas, endapan yang terbentuk secara alami, terkikis di Sungai Musi," ujar Sean Kingsley kepada Live Science.

Bagaimana peradaban yang begitu kaya bisa lenyap tanpa jejak? Satu kemungkinan yang paling mungkin adalah Sriwijaya sebagian besar terdiri atas struktur kayu yang dibangun tepat di atas sungai sehingga akan membusuk dalam beberapa generasi, meninggalkan tiang dan tunggul.

Sean Kingsley melanjutkan, tanda-tanda bahwa Sungai Musi mungkin menyimpan rahasia Sriwijaya kali pertama muncul pada 2011 ketika para pekerja konstruksi mulai mengeruk pasir untuk proyek konstruksi besar dan menemukan artefak berkilauan muncul dari dalam pasir.

Sesuai artikel buletin 2012 oleh Miksic, sejumlah artefak berkilauan, termasuk patung perunggu Buddha, manik-manik kaca, perangko yang digunakan untuk mencetak kata-kata di atas tanah liat, dan timbangan yang mungkin digunakan oleh pedagang, berhasil ditemukan di sana.

"Antara 2011 dan 2015, sejumlah besar artefak yang kemungkinan berasal dari masa kejayaan Sriwijaya muncul di pasar barang antik di Jakarta. Sementara benda-benda dengan nilai komersial yang lebih rendah, dijual secara lokal di sekitar Palembang," beber Miksic kepada Live Science.

Menurut Sean Kingsley, belum terlambat bagi pemerintah Indonesia atau kolektor kaya untuk terlibat dan membeli artefak-artefak tersebut untuk dipamerkan di museum, sebagai upaya melestarikan sisa-sisa terakhir dari dunia kekayaan dan kemewahan yang hilang untuk semua orang.

3 dari 3 halaman

"Sisa-sisa 'Pulau Emas' adalah peradaban besar terakhir yang hilang, yang tidak pernah didengar siapapun. Kita wajib untuk menyelamatkannya," katanya. (Tribunjogja)

Baca juga: 5 Sate Kambing Enak di Jogja untuk Makan Siang, Sate Kambing Mbak Sum Dukuh Punya Menu Sate Tawar

Baca juga: Pramugari Ungkap Sejumlah Hal Tentang Pekerjaanya, Termasuk Cara Mereka Kentut di Pesawat

Baca juga: Daftar Destinasi Terbaik Tahun 2022 Versi Lonely Planet, Kepulauan Cook Berada di Peringkat Pertama

Baca juga: Tak Perlu Bingung Jika Kelebihan Bagasi, Pramugari Beberkan Cara Mudah Mengatasinya

Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul "Pulau Emas" yang Lama Hilang Muncul Kembali di Sungai Indonesia, di Mana?

Selanjutnya
Sumber: Tribun Jogja
Tags:
Sumatera SelatanPalembangSungai Musi Rumah Limas Kue Bluder Claudia Scheunemann
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved