TRIBUNTRAVEL.COM - Desa Balun, Kecamatan Turi, di Lamongan, Jawa Timur, dikenal dengan julukan Desa Pancasila.
Bukan tanpa alasan, penyebutan Desa Pancasila ini secara resmi diberikan kepada Desa Balun berkat kuatnya rasa toleransi antar umat beragama.
Sebagaimana sudah diketahui, Desa Balun memang dikenal sebagai wilayah yang dihuni oleh masyarakat multi agama.
Warga Desa Balun sendiri terdiri dari penganut tiga agama di antaranya yaitu Islam, Kristen, dan Hindu.
Sudah sejak puluhan tahun lalu, warga Desa Balun hidup berdampingan dalam satu wilayah.

Menariknya, meski berbeda secara keyakinan, di Desa Balun tidak ada pengelompkoan tempat tinggal tersendiri untuk pemeluk agama tertentu.
Itulah sebabnya julukan Desa Pancasila disandangkan secara resmi kepada Desa Balun dan sudah diakui secara Nasional.
"Nama Desa Pancasila sudah dari dulu disebutkan untuk Desa Balun, namun baru diresmikan pada 2015," ujar Khusyairi, Kepala Desa Pancasila saat ditemui TribunTravel, Senin (18/10/2021).
Khusyairi mengatakan, nama Desa Pancasila sebelumnya memang sudah kerap disebutkan untuk Desa Balun.
Berkat tingginya toleransi antar warganya, membuat Desa Balun, kerap kali dijadikan sebagai tempat penelitan terkait hal-hal yang berkaitan dengan SARA.
Mulai dari kalangan mahasiswa, akademisi, hingga ahli di bidang yang berkaitan.
Para kademisi dan ahli tersebutlah yang kemudian memberikan julukan Desa Pancasila kepada Desa Balun.
Berkat nama itu pula, Desa Pancasila juga kemudian dijadikan sebagai wisata religi untuk belajar bersikap toleransi.
Baca juga: Mengenal Tenun Ikat Parengan Lamongan, Punya Motif Khas dan Dipintal Secara Tradisional
Baca juga: Punya Nama Unik, Pantai Kutang Lamongan Jadi Tempat Favorit untuk Liburan Akhir Pekan
Baca juga: Banyak Aktivitas Seru, Taman Mahoni di Lamongan Jadi Tujuan Wisata Keluarga saat Akhir Pekan

Sesuai namanya, potret toleransi warga Desa Pancasila dapat dilihat dari tempat ibadahnya yang dibagun dalam satu komplek dan lokasinya saling berdekatan.
Saat berkunjung ke Desa Pancasila, kamu akan melihat bangunan Pura yang bersebelahan dengan masjid.
Kemudian untuk Gereja, bangunannya berada tak jauh dari masjid dan hanya terhalang oleh lapangan.
Selain lokasi tempat ibadah, kerukunan antar umat beragama di Desa Pancasila dapat dilihat pada kehidupan sehari-hari.
Bahkan sejak pertama kali Hindu dan Kristen masuk ke desa ini, hingga sekarang tidak pernah terjadi konflik yang berkaitan dengan SARA.
Menarikanya, tak jarang dalam satu keluarga di Desa Pancasila, anggotanya menganut kepercayaan yang berbeda-beda.
"Perbedaan di Desa Pancasila sudah menjadi hal yang lumrah. Itulah sebabnya pelajaran tentang menghargai orang lain sudah kita terapkan sejak dini," pungkas Khusyairi.

Sebagai wisata religi, banyak hal menarik yang bisa dijelajahi saat berwisata ke Desa Pancasila, Lamongan.
Di Desa Pancasila rupanya terdapat satu makam yang kerap diziarahi umat muslim di Lamongan.
Makam tersebut merupakan tempat peristirahatan seorang tokoh yang dikenal dengan nama Mbah Alun atau Sunan Tawang Alun.
Mbah Alun sendiri merupakan ulama yang menyebarkan agama Islam di wilayah Desa Pancasila dan sekitarnya.
TONTON JUGA:
Sebagai seorang tokoh yang berpengaruh, makam Mbah Alun kerap jadi tujuan wisata religi dan diziarahi umat Islam di Lamongan.
Wisata religi di makam Mbah Alun ini dibuka setiap hari mulai pukul 06.00 WIB hingga 15.00 WIB.
Namun, makam Mbah Alun baru ramai diziarahi warga sekitar Lamongan saat Jum'at Kliwon.
Pemilihan hari tersebut memang berdasarkan keyakinan masyarakat.
Warga sekiatar Desa Pancasila percaya bahwa Jum'at Kliwon merupakan hari baik untuk segala hal serta hari yang kramat.
Baca juga: Asyiknya Liburan di Pantai Putri Klayar, Surga Tersembunyi di Kawasan Pesisir Lamongan
Baca juga: Pesona Pantai Joko Mursodo Lamongan, Tempat Wisata Asyik Buat Swafoto Berlatar Pohon Bakau
Baca juga: Uniknya Live Music di Taman Mahoni Lamongan, Padukan Alat Musik Modern dan Tradisional

Selain makam Mbah Alun, di Desa Pancasila juga kerap ada perayaan kagamaan lain yang juga menjadi agenda wisata.
Seperti di antaranya ada festival ogoh-ogoh yang dirayakan setiap tahun saat umat Hindu memperingati Hari Raya Nyepi.
Tak hanya warga Desa Pancasila, masyarakat sekitar Lamongan biasanya juga bisa turut hadir dan melihat langsung kemeriahan perayaan itu.
Seletah, festival ogoh-ogoh, agenda yang tak kalah meriah di Desa Pancasila adalah saat perayaan 17 Agustus.
Saat perayaan ini biasanya pemerintah Desa Pacasila akan membuat karnaval atau festival.
Setelah itu, perayaan 17 Agustus akan dibarengkan dengan acara sedekah bumi.
Sesuai namanya, sedekah bumi merupakan acara pembagian hasil panen masyarakat yang akan dinikmati bersama-sama saat pagelaran acara.
Tak sampai di situ, saat 25 Desember di Desa Pancasila juga ada perayaan Natal Bersama.
Sama seperti agenda yang lain, pada perayaan Natal warga Desa Pancasila juga akan merayakan dengan meriah dan saling berdampingan satu dengan yang lain.
"Meski berbeda agama, kalau ada warga yang merayakan acara kegamaan kita akan saling membantu. Baik dari segi pemikiran, tenaga maupun yang lain, jadi saling menghargai," tutup Khusyairi.
(TribunTravel/Zainiya Abidatun Nisa')
Baca selengkapnya soal Lamongan di sini.