TRIBUNTRAVEL.COM - Gelaran Olimpiade Tokyo 2020 telah dibuka secara resmi pada Jumat (23/7/2021).
Setidaknya terdapat lebih dari 11.000 atlet dari seluruh dunia yang akan mengambil bagian dalam kompetisi ini.
Selama Olimpiade Tokyo 2020, para atlet akan tinggal di The Olympic Village.
Melansir USA Today, The Olympic Village pada dasarnya adalah semenanjung di Prefektur Harumi, Tokyo, Jepang yang dibangun sedemikian rupa dengan Teluk Tokyo mengelilingi tiga sisinya.
Dari The Olympic Village, para atlet bisa menyaksikan laut.
Baca juga: Ada Warteg Indonesia di Tokyo, Sajikan Sambal Goreng Teri Pete hingga Kerupuk Jengkol
The Olympic Village berdiri di atas tanah seluas 110 hektar dengan 21 gedung asrama.
Tempat itupun dilengkapi berbagai fasilitas agar para atlet nyaman dan betah tinggal di sana.
Salah satunya yaitu kantin yang buka selama 24 jam dan menyajikan sekitar 700 menu makanan.
Baca juga: Viral, Aksi Seorang Wanita Berusaha Padamkan Obor Olimpiade Tokyo 2020
Tak sampai di situ, The Olympic Village memiliki salon, pusat kebugaran, kantor pos, kafetaria, dan bahkan gerai McDonald's, seperti dilaporkan People.
The Olympic Village juga menyediakan lounge yang digunakan sebagai tempat bagi para atlet untuk bersiap sebelum pertandingan atau tempat istirahat di sela-sela kompetisi.
Dikutip TribunTravel dari Gear Junkie, The Olympic Village sebenarnya memiliki kapasitas mencapai 10.000 atlet olimpiade dan 4.000 atlet paralimpiade.
Saat ini, jumlah tersebut telah dikurangi menjadi 6.000-7.000 atlet, media, dan staf olimpiade per hari, sesuai dengan protokol COVID-19.
Tak selalu menarik
The Olympic Village memang terlihat menarik bagi sebagian orang.
Terlebih bagi penonton Olimpiade Tokyo, The Olympic Village menjadi daya tarik tersendiri.
Namun The Olympic Village terasa berbeda di mata sejumlah atlet Olimpiade Tokyo.
Baca juga: Wisatawan Asing Dilarang Hadir di Olimpiade Tokyo, Apa Alasannya?
Atlet renang Natalie Coughlin mengatakan, orang-orang mungkin berpikir bahwa The Olympic Village begitu mewah, padahal menurutnya benar-benar membosankan.
"Ini seperti kampus perguruan tinggi raksasa, kecuali bahwa semua orang bersiap-siap untuk acara terbesar dalam hidup mereka sehingga mereka sangat stres," ungkap Coughlin kepada People.
"Mereka benar-benar fokus sehingga semua orang 100 persen menunjukkan perilaku terbaik mereka hingga mereka selesai berkompetisi," lanjutnya.
Baca juga: 5 Hal yang Harus Diketahui Tentang Gyoza, Kuliner Khas Jepang yang Populer di Indonesia
Senada dengan Coughlin, pelari Allyson Felix juga mengungkapkan hal serupa.
"Semua orang selalu menganggapnya seperti pesta besar dan tempat yang sangat gila ini, dan saya pikir yang sebenarnya itu adalah hanya campuran dari banyak orang yang berbeda," ungkap Felix.
Ia melanjutkan, berada di podium adalah satu-satunya hal yang ada di pikiran para atlet.
(TribunTravel.com/Sinta A.)