Breaking News:

Viral di Medsos, Pendaki Gunung Prau Terserang AMS hingga Harus Digendong Turun Gunung

Dalam video tersebut terlihat seorang penjaga taman nasional atau yang kerap disebut ranger menggendong seorang pendaki.

Penulis: Sinta Agustina
Editor: Sinta Agustina
Flickr/Soraya Shinta Dewi
Gunung Prau 

TRIBUNTRAVEL.COM - Media sosial Instagram belum lama ini diramaikan dengan sebuah video yang viral di media sosial (medsos).

Video itu diambil di Gunung Prau, Wonosobo, Jawa Tengah pada Minggu (30/5/2021) siang.

Dalam video tersebut terlihat seorang penjaga taman nasional atau yang kerap disebut ranger menggendong seorang pendaki.

Pendaki tersebut diketahui mengalami Acute Mountain Sicknes (AMS) atau penyakit ketinggian.

Baca juga: Ini Tanggapan BPPTKG dan LAPAN Terkait Foto Kilatan Cahaya Diduga Meteor di Gunung Merapi

Gunung Prau
Gunung Prau (himalaya-adventure.org)

Kronologi kejadian

Dalam keterangan yang diunggah akun Instagram Basecamp Gunung Prau via Patak Banteng @ranger_prau, dijelaskan kronologi saat ranger menggendong pendaki yang mengalami AMS.

"Jam 11:30 ranger yang bertugas di puncak turun setelah melakukan penyisiran dan pkl 11:45 di jalur terdapat pendaki dimaksud sedang digendong temannya dengan tujuan untuk dievakuasi rombongan," keterangan yang tertulis.

Baca juga: 5 Wisata Gunung di Bogor untuk Melihat Sunrise, Cocok Dikunjungi Pendaki Pemula

Melihat kejadian tersebut, para ranger langsung berkoordinasi dengan ranger yang sedang stay di basecamp untuk menyusul dan membawa perlengkapan.

Rencananya, korban akan dibawa menggunakan tandu sampai ke basecamp.

Sambil menunggu bantuan, ranger akhirnya menggendong perlahan turun.

2 dari 4 halaman

"Pkl 12:30 sampai di pos bayangan pertengahan pos 2 pos 3, korban lanjut dievakuasi dan sampai di basecamp pkl 13:15," informasi dari sumber yang sama.

Setelah sampai di basecamp, pendaki tersebut mendapatkan perawatan lebih lanjut.

Lalu, apa itu AMS?

Acute Mountain Sicknes atau yang biasa disebut AMS merupakan penyakit ketinggian yang kerap menyerang pendaki di gunung.

Seperti namanya, AMS menyerang pendaki karena perbedaan ketinggian, kecepatan pendakian, dan daya tahan tubuh.

Baca juga: Calon Pendaki Gunung Everest Tak Bisa Mulai Pendakian dari Tibet, Apa yang Terjadi?

Penyebab lainnya juga karena pendaki mendaki dengan tempo terlalu cepat.

Dirangkum dari KompasTravel, AMS terbagi menjadi tiga kategori, di antaranya:

1. AMS ringan

Gejala AMS ringan biasanya muncul 12-24 jam setelah pendaki tiba di ketinggian tersebut.

Gejala yang muncul biasanya berupa sakit kepala, mual, kehilangan nafsu makan, sesak napas, tidur terganggu, dan lain sebagainya.

Ilustrasi pendaki terserang AMS
Ilustrasi pendaki terserang AMS (The NOLS Blog)
3 dari 4 halaman

2. AMS sedang

AMS sedang akan menyerang pendaki jika gejala pada AMS rendah tidak teratasi dengan baik.

Gejala pada AMS sedang di antaranya pendaki akan merasakan sakit kepala parah, mual disertai muntah, penurunan kesadaran (ataksia), dan lain sebagainya.

Baca juga: Jalani Pemeriksaan, Ratusan Pendaki Gunung Everest Dinyatakan Positif Covid-19

3. AMS berat

AMS berat terjadi ketika si penderita mengalami sesak napas dan kehilangan kesadaran total (penurunan status mental).

Dalam kasus ini, pendaki tersebut sudah tidak sadarkan diri dan harus segera ditandu menuju tempat yang lebih rendah dan harus ditangani serius oleh petugas medis.

Cara penanganan AMS

Pendaki yang mengalami AMS harus segera mendapat penanganan agar tidak semakin parah.

Ilustrasi pendaki gunung
Ilustrasi pendaki gunung (theblackborneoexpedition.com)

Setidaknya ada tiga hal yang bisa dilakukan rekan sependakian, yaitu:

1. Lakukan pendampingan

4 dari 4 halaman

Hal pertama yang wajib dilakukan adalah mendapingi pendaki yang terkena AMS.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) Rahman Mukhlis mengatakan, AMS terjadi karena tubuh belum terbiasa dengan ketinggian.

“Harus ada pendampingan, tidak boleh sendiri. Lebih cepat dibawa ke bawah, lebih baik. Percepat kondisi agar stabil,” ujar Rahman, dikutip TribunTravel dari KompasTravel.

Baca juga: Jalur Pendakian Gunung Ciremai Kembali Dibuka, Kuota Dibatasi hingga Pesan Tiket Secara Online

2. Atur tempo pendakian

Selanjutnya, pengaturan tempo pendakian merupakan hal yang penting.

Hal ini untuk menyesuaikan dengan daya tahan tubuh untuk mencegah rasa cepat lelah.

Ada baiknya saat mendaki jangan terlalu cepat.

Tempo juga diatur saat membawa pendaki yang terkena AMS karena daya tahan tubuhnya yang sudah mulai menurun.

LIHAT JUGA:

3. Segera bawa turun

Bagi pendaki yang terlihat sudah mulai menunjukkan gejala AMS, Rahman menyarankan agar mereka segera dibawa turun.

“Kalau dia bisa bergerak, dibawa turun. Jangan dipaksa untuk naik karena AMS bisa berlanjut,” tutup Rahman.

(TribunTravel.com/Sinta A.)

Selanjutnya
Sumber: Tribun Travel
Tags:
viral di medsosTribunTravelGunung Prau
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved