TRIBUNTRAVEL.COM - Sekilas tak ada yang ada yang istimewa dari pria ini, tapi di India dia dihormati sebagai simbol ketekunan.
Namanya Dashrath Manjhi.
Terlahir dalam kasta yang rendah, Manjhi menghabiskan setiap jamnya sebagai buruh harian yang miskin.
Namun hidupnya berubah pada 1959 ketika istrinya jatuh ke dalam jurang di dekat pemukiman mereka di Perbukitan Gehlaur hingga meninggal dunia.
Dengan klinik terdekat berjarak 40 mil, Manjhi dipaksa untuk melihatnya meninggal.
Baca juga: Akibat Covid-19, Penerbangan dari India ke Dubai Ini Hanya Membawa Satu Penumpang
Baca juga: Langgar Aturan Lockdown, Ratusan Penduduk India Hadiri Pemakaman Kuda
Setelah kematian sang istri, Manjhi mengambil tindakan berani.
Selama 22 tahun, ia membangun jalan yang lebih aman dengan membelah pegunungan.
Pada 1982, jalur 360 kaki akhirnya selesai.
Jalan yang dibangun selama puluhan tahun itu memungkinkan dapat dilewati mobil dan memudahkan penduduk desa mencapai kota lebih cepat.
Tragedi Yang Menginspirasi Dashrath Manjhi
Pada 14 Januari 1929, Dashrath Manjhi lahir dalam keluarga Musahar, kasta terendah dalam masyarakat India.
Dibesarkan di Gehlaur, India, Manjhi menikah dengan seorang gadis desa setempat bernama Falguni Devi dan dikirim untuk bekerja dan tinggal di tambang batu bara Dhanbad.
Setelah tujuh tahun bekerja, dia akhirnya pulang ke rumah, menjadi buruh harian, dan memulai sebuah keluarga.
Dengan satu anak di rumah dan satu lagi yang masih belum lahir, Manjhi tidak ragu bekerja keras untuk satu dolar per hari untuk menyediakan makanan di atas meja.
Tragisnya, pada hari yang tampaknya normal di tempat kerja pada tahun 1959 istrinya yang sedang hamil mengalami kecelakaan fatal.
Baca juga: Fakta Unik Taj Mahal, Situs Bersejarah di India yang Dibangun Atas Nama Cinta
Baca juga: Gunakan Jet Pribadi, Sejumlah Artis Bollywood Larikan Diri dari Krisis Covid-19 di India
Saat membawakan suaminya makanan dan air di sepanjang medan pegunungan yang terjal, Devi terpeleset.
Ketika seorang penduduk desa memberi tahu Manjhi tentang kejadian itu, dia lari untuk menemukannya di dasar tebing.
Klinik itu berjarak bermil-mil jauhnya, dan terlalu banyak waktu berlalu untuk menyelamatkan hidupnya.
Saat bayi perempuannya lahir dengan selamat, Manjhi sangat sedih dan marah, TribunTravel melansir dari allthatsinsteresting.
Dalam upaya untuk mencegah tragedi seperti itu terjadi lagi, dia dengan berani bersumpah untuk membuat jalan melalui pegunungan.
Dia mengambil peralatannya.
Warisan "Manusia Gunung"
Selama 22 tahun, Manjhi bekerja untuk membuat jalan yang lebih aman melalui pegunungan.
Dia membakar kayu bakar di medan berbatu dan menyiram permukaan yang dipanaskan dengan air untuk memahat batu-batu yang retak dan mengubahnya menjadi puing-puing.
Ketika kekeringan melanda Gahlour, keluarga Manjhi pindah ke kota, namun dia terus mengukir jalan setapak selebar 30 kaki dan tinggi 25 kaki.
“Orang-orang mengatakan kepada Manjhi bahwa ia tidak akan mampu melakukannya,” keponakannya Dahu Manjhi mengatakan,“bahwa ia adalah orang miskin yang hanya perlu bekerja dan makan.”
Baca juga: Indonesia dan 8 Negara yang Batasi Penerbangan dari India
Baca juga: Tarif Menginap di Tenda Indian dan Tenda Gunung Batu Villa Khayangan Bogor Terbaru 2021
Tapi Manjhi melakukan lebih dari itu.
Dia membajak sawah untuk mendapatkan uang pada siang hari dan melanjutkan proyek pribadinya pada malam hari.
Meskipun penduduk setempat akhirnya mulai membantunya, tidak semua orang senang.
Ayah Manjhi memarahinya karena meninggalkan tugas sosial dan keluarganya, dan polisi mengancam akan menangkapnya.
Ketekunan dan kerja keras Manjhi membuatnya banyak mendapat dukungan dari masyarakat.
Dashrath Manjhi berhasil menyelesaikan jalur tersebut pada 1982.
Panjangnya 360 kaki dan mengubah kehidupan penduduk desa setempat.
Jarak 35 mil yang sebelumnya harus mereka jalani untuk mencapai komunitas berikutnya sekarang dikurangi menjadi sekitar 10 mil- dan tidak ada yang perlu takut mati di sepanjang perjalanan.
Sementara Dashrath Manjhi meninggal karena kanker kandung empedu pada 2007 di usia 73 tahun, warisannya tetap hidup.
Dia menandatangani hak atas kisah hidupnya di ranjang kematiannya dengan sidik jari sederhana, dan kisahnya diubah menjadi film biografi 2015 Manjhi - The Mountain Man.
Ambar Purwaningrum/TribunTravel