TRIBUNTRAVEL.COM - Pramugari memiliki pekerjaan yang rumit dan tanggung jawab yang cukup besar.
Mereka harus memastikan bahwa seluruh penumpang mendapatkan pelayanan yang maksimal.
Melansir laman Express.co.uk, pelayanan yang diberikan untuk kelas ekonomi dan kelas utama jelas berbeda.
Namun, belum lama ini para pramugari mengungkapkan bahwa mereka lebih memilih melayani penumpang di kelas ekonomi daripada kelas satu.
Baca juga: Viral di TikTok, Pramugari Ini Bagikan Tata Cara Salat di Pesawat
Beberapa alasannya sangat mengejutkan.
Berbicara melalui forum online Quora, banyak pramugari menjelaskan alasannya.

Nuralia Mazlan, seorang pramugari Air Asia mengatakan, "Maskapai penerbangan pertama saya adalah maskapai layanan penuh dan sangat stres bekerja di kelas bisnis atau kelas pertama."
Ia menjelaskan bahwa melayani di kelas satu penuh dengan pekerjaan ekstra karena berisi orang-orang penting.
"Sebaliknya, melayani 100 di kelas ekonomi lebih baik daripada 16 di kelas bisnis kapan saja bagi saya," kata Mazlan.
"Penumpang ambil makanannya, jangan banyak komplain, tanyakan hanya beberapa jenis barang, kita lakukan pengumpulan sampah dan voila! Selesai. Redupkan lampu kabin dan bersiaplah untuk tidur," tambahnya.
Pakar penerbangan lainnya, Kerwin McKenzie setuju dengan pendapat pramugari tersebut.
"Kelas pertama lebih membutuhkan pekerjaan ekstra karena penumpang menuntut lebih banyak, sebab mereka membayar lebih," kata McKenzie.
"Saya telah melihat orang-orang bersikap kasar kepada kru tanpa alasan atau terlalu menuntut," ujarnya.
Pramugari Ungkap Bagaimana Kru Kabin Dilatih untuk Menghadapi Keadaan Darurat
Sebagian besar penerbangan berjalan tanpa hambatan, tetapi sesekali terjadi insiden di pesawat.
Dalam keadaan tersebut, kru kabin memainkan peran yang sangat penting.
Namun, seberapa terlatihnya mereka dalam menangani keadaan darurat di pesawat?
Melansir laman Express.co.uk, salah satu pramugari yang bekerja di sebuah maskapai penerbangan besar Inggris membagikan wawasannya.
Ia menjelaskan bahwa pelatihan tersebut bersifat "menyeluruh".
Mereka dipersiapkan untuk berbagai kemungkinan, mulai dari kelahiran sampai kematian dan banyak di antaranya.
Di maskapai penerbangannya, itu adalah kursus enam minggu yang "mencakup segalanya" dengan pelatihan revisi yang dilakukan setahun sekali.
"Anda dilatih cukup banyak soal medis, Anda harus dapat mengatasi semua jenis kondisi medis yang umum," kata pramugari itu.
"Jadi, Anda mempelajari semua tentang tanda dan gejala serta pengobatannya," jelasnya.
Kru siap menghadapi banyak keadaan darurat - dan pelatihan memastikannya.
"Sekali dalam setahun Anda diuji lagi terkait semua hal itu," kata pramugari itu.

"Dari diabetes, anafilaksis hingga stroke, serangan jantung, Anda bahkan dilatih untuk membantu proses kelahiran bayi," imbuhnya.
Tentu saja jika dalam penerbangabn ada penumpang pesawat yang beprofesi sebagai tenaga medis, mereka akan dipanggil terlebih dahulu.
"Langkah pertamaku adalah melakukan PA (Public Address System), 'Hadirin sekalian, apakah ada profesional medis di pesawat?'" pramugari itu menjelaskan.
Jika tidak ada yang melangkah maju, kru kabin dapat mengambil alih.
"Kami dilatih untuk menghadapinya sendiri, termasuk CPR dan menangani kematian," jelasnya.
Kru tidak sepenuhnya bingung tentang bagaimana menangani keadaan darurat, sebab maskapai sudah memiliki tindakan tertentu untuk mengatasinya.
"Ada rencana tindakan medis untuk apapun keadaan darurat di pesawat," kata pramugari itu.
"Jadi biasanya bisa melibatkan tiga awak dalam situasi medis, misalnya, orang pertama yang melihat korban disebut assessor,"ujarnya.
Orang pertama ini melakukan CPR, sedangkan anggota staf kedua disebut collector yang bertugas menyiapkan semua peralatan seperti defibrilator, oksigen, dan lainnya.
Sementara orang ketiga disebut teller.
Pramugari melanjutkan, "Kalian semua memiliki peran dan tanggung jawab dalam situasi apapun, itu harus berjalan lancar dan sudah sangat jelas tentang apa yang harus Anda lakukan."
Dia menambahkan: "Ini pelatihan yang cukup menyeluruh dan Anda harus mempertahankannya, yang mana itu bagus."
Bagaimanapun juga, pelatihan itu hanya untuk berjaga-jaga jika ada keadaan darurat selama penerbangan.
Jadi, tak semua pramugari pernah menerapkannya selama penerbangan.
Ia mengaku belum pernah menjumpai keadaan darurat selama bertugas, sehingga belum pernah menerapkannya.
"Syukurlah, saya tidak pernah mengalami sesuatu yang serius," kata petugas itu.
Baca juga: Kenapa Pramugari Selalu Sembunyikan Tangannya di Belakang Punggung saat Penumpang Masuk ke Pesawat?
Baca juga: Tingkatkan Layanan di Pesawat, Maskapai Ini Bagikan iPhone 12 Gratis pada 19.000 Pramugari
Baca juga: Pramugari Ini Bagikan Tips Berpakaian saat Naik Pesawat, Pakaian Formal Sebaiknya Dihindari
Baca juga: 4 Momen Mengharukan Pramugari di Pesawat, Termasuk Bantu Penumpang Melahirkan
Baca juga: Pramugari Ini Ungkap Alasan Kenapa Sebaiknya Penumpang Tidak Bertukar Kursi di Pesawat
(TribunTravel.com/Mym)
Baca selengkapnya soal pramugari di sini.