Ketika itu Iwan tengah beristirahat di tempat tidur tingkat tiga.
Kapal tiba-tiba miring dan merosot ke kedalaman laut dengan begitu cepat.
Iwan yang sedang bersantai sontak bangkit dari tempat tidurnya.
"Posisinya adalah yang belakang ini langsung turun sampai (kemiringan) 45 derajat bisa lebih, langsung (turun) begini, tidak sampai dengan 10 detik itu (turun) sampai dengan 90 meter," kata Iwan.
Kondisi miring itu ditambah dengan gelap gulita di seluruh bagian kapan, hanya tersisa lampu darurat yang masih menyala.
Iwan menuturkan, saat itu komandan kapal memerintahkan awak untuk bergerak menuju haluan kapal atau bagian depan kapal dengan merangkak karena kapal telah miring 45 derajat.
"Jadi lorong itu kita merangkak, mohon maaf ini saya merinding semua karena saya pernah mengalaminya, merangkak megang itu pintu-pintu itu sampai ke depan," ujar Iwan.
Namun beruntung masalah yang menyebabkan blackout dapat segera teratasi.
Kepala kamar mesin (KKM) yang saat itu bertugas menghembuskan tangki pemberat pokok dan tangki tahan tekan sehingga kapal selam bergerak naik.
Iwan mengatakan, kapal selam saat itu mengalami blackout karena ada salah satu sekring (fuse) yang terputus.
"Apa masalahnya? Ada satu fuse yang putus, padahal kita enggak tahu fuse itu di mana. Tapi karena kecanggihan KKM pada saat itu, langsung bisa ketahuan langsung bisa diperbaiki. Alhamdulillah saat itu," kata Iwan.
TONTON JUGA:
Sayang, 53 awak kapal yang berlayar dengan KRI Nanggala baru-baru ini tak seberuntung Iwan.
Seperti diketahui, KRI Nanggala-402 hilang kontak di perairan utara Bali Rabu (21/4/2021).
Tim SAR gabungan kemudian melakukan pencarian besar-besaran, termasuk dengan mendatangkan bantuan dari luar negeri.
Pada Minggu (25/4/2021), KRI Nanggala-402 dinyatakan berstatus subsunk (tenggelam).
Hingga kini, tim SAR masih terus berusaha untuk mengangkat bangkai kapal ke permukaan.
Rencananya, 53 jenazah personel KRI Nanggala-402 akan dievakuasi ke Surabaya, Jawa Timur.
SETELAH Rekam Kondisi KRI Nanggala, MV Swift Rescue Singapura Kini Cari Posisi 53 Awak
Duka mendalam disampaikan oleh Menteri Senior Singapura yang mengaku sangat sedih, saat tahu kondisi dan keberadaan 53 Awak KRI Nanggala belum ditemukan, pasca MV Swift Rescue Temukan Posisi KRI Nanggala.
Menteri Senior Singapura berharap pihak TNI AL dibantu ROV Angkatan Laut Singapura bisa mengindentifikasi posisi di mana 53 Awak KRI Nanggala itu berada.
Seperti diketahui, rasa belasungkawa ini disampaikan melalui lawan Facebook oleh Menteri Senior Singapura Teo Chee Hean, Minggu (25/4/2021) malam.
Baginya, sukses MR Swift Rescue yang menemukan posisi KRI Nanggala memang patut diapresiasi, namun pihaknya sedih karena gagal menyelamat 53 Awak KRI Nanggala tersebut.
"Kami berharap 53 Awak segera diketahui posisinya, sehingga keluarga mendapatkan kepastian nasib orang yang mereka cintai. Kami mendoakan semua yang korban yang gugur dan khusus keluarga mereka yang ditinggalkan mendapatkan ketabahan," jelasnya.
Seperti diketahui, bahwa Singapura mengirim MV Swift Rescue yang dilengkapi kendaraan penjelajah bawah laut, remotely operated vehicle (ROV) dan fitur canggih lainnya, sukses melacak keberadaan KRI Nanggala.
Kapal angkatan Laut milik Singapura itu, mampu merekam dan mendapatkan citra kamera dan menemukan posisi KRI Nanggala-402 yang tenggelam di 838 meter.
Namun, bagaimana kondisi jenazah 53 awak yang sudah dipastikan gugur tersebut?
Pengamat dan Pakar kapal selam dan kelautan dari ITS Surabaya Wisnu Wardhana menganalisa bagaimana kondisi benda yang berada dalam tekanan air 800 meter.