TRIBUNTRAVEL.COM - Makam Loang Baloq merupakan satu destinasi wisata religi yang ada di Kota Mataram, Lombok.
Destinasi wisata yang berada di Kelurahan Tanjung Karang, Kecamatan Sekarbela, Kota Mataram ini kerap dikunjungi peziarah dari berbagai daerah di Lombok.
Tidak hanya ziarah makam, di sini para peziarah juga melakukan tradisi yang cukup unik, namanya Saur Sesangi.
Baca juga: TRAVEL UPDATE: Liburan Akhir Pekan ke Museum Jawi Sukoharjo, Punya Ratusan Koleksi Barang Kuno
Tradisi Saur Sesangi adalah kebiasaan mengikat akar pohon beringin yang dilakukan para peziarah ketika memiliki hajat.
Menurut laporan wartawan TribunLombok, Sirtupillaili, pohon beringin tersebut berada di area Makam Loang Baloq.
Ia menyebutkan bahwa tradisi mengikat akar pohon beringin tersebut sudah jadi kebiasaan dan turun temurun.
Para peziarah yang datang akan mengikat akar pohon beringin disertai doa setelah melakukan ziarah makam.
Umumnya, peziarah yang datang mengikat akar pohon beringin ketika memiliki hajat.
"Peziarah yang datang dan mengikat akar pohon adalah para pasangan. Ketika punya hajat untuk menikah, mereka pasti akan datang dan mengikat akar di sini," ujar Sirtu.
Ia juga menjelaskan bahwa tidak semua peziarah yang datang mengikat akar pohon beringin.
"Tidak semua peziarah yang datang mengikat akar, hanya beberapa orang yang sekadar punya hajat atau keinginan yang melakukannya," ungkap Sirtu.
"Ada juga yang hanya sekadar datang berziarah, melakukan dzikir dan kemudian berrekreasi di kawasan pantai yang berada di sebelah barat makam," lanjutnya.
Ia menyebutkan bahwa mengikat akar pohon beringin ini sudah menjadi kebiasaan turun menurun.
Tradisi mengikat akar dilakukan ketika peziarah memiliki hajat atau keinginan, misalnya menikah dengan pasangannya.
Ia menjelaskan, pasangan yang telah menikah kemudian akan membuka ikatan akar di hari berikutnya.
Tak hanya mereka yang punya rencana menikah, tradisi mengikat akar pohon beringin juga dilakukan di pada waktu-waktu tertentu.
Tonton juga:
"Pada hari-hari tertentu misalnya saat musim haji atau lebaran ketupat yang berlangsung satu minggu setelah Hari Raya Idul Fitri," imbuhnya.
Ia menambahkan, "Masyarakat yang melakukan ziarah biasanya akan membawa makanan atau sesajian yang akan dimakan bersama di makam ini."
Taman Mayura, Bukti Toleransi Umat Beragama di Lombok pada Abad ke-19
Taman Mayura merupakan satu di antara taman peninggalan zaman kerajaan yang masih terpelihara dengan baik hingga sekarang.
Di kawasan taman dengan luas 244,60 meter x 138,50 meter, pengunjung bisa bersantai sembari menikmati pemandangan yang ada.
Selain itu, di Taman Mayura pengunjung bisa belajar sejarah.
Menurut laporan wartawan TribunLombok, Sirtupillaili, Taman Mayura merupakan saksi keberadaan Kerajaan Singasari dan Kerajaan Karangasem Bali di Lombok pada abad ke-19.
Uniknya, di taman ini pengunjung bisa melihat toleransi umat beragama yang ditunjukkan dengan patung-patung dan relief yang bercirikan Muslim, China dan Jawa.
Patung yang mencirikan Muslim berada di bagian barat, timur dan utara Bale Kambang yang bersebelahan dengan bangunan linggih yang kental corak Hindu Balinya.
Pada saat itu, Bale Kambang dipakai untuk mengadili suatu perkara pada zaman penjajahan Belanda.
Asal Nama Mayura
Nama Taman Mayura berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti Burung Merak.
Taman ini dulunya dibangun oleh Anak Agung Ngurah Karangasem pada 1744 ini awalnya bernama Taman Kalepug yang berati suara jatuhnya air di telaga.
Tapi kemudian diganti namanya menjadi Mayura, karena kala itu banyak ular di kawasan taman ini.
Untuk mengusir ular, didatangkanlah burung Merak dari Palembang untuk memangsanya.
Sejak itulah Taman Kalepug berganti nama menjadi Mayura.
Kini yang tersisa hanyalah relief-relief burung Merak yang semakin menyakinkan bahwa legenda tentang ular dan burung Merak memang ada.
Baca juga: TRAVEL UPDATE: Diminta Pakai Masker, Turis di Bali Ini Malah Marah dan Tantang Polisi
Baca juga: TRAVEL UPDATE: Robot Penjelajah Perseverance Milik NASA Berhasil Mendarat di Planet Mars
Baca juga: TRAVEL UPDATE: Sempat Jadi Penginapan Favorit Turis Asing, Begini Kondisi Wisma Delima Sekarang
Baca juga: TRAVEL UPDATE - Coffee Toffee, Tempat Nongkrong Asyik Bergaya Industrial di Bogor
Baca juga: TRAVEL UPDATE: Liburan Akhir Pekan ke Museum Jawi Sukoharjo, Punya Ratusan Koleksi Barang Kuno
(TribunTravel.com/Ratna Widyawati)