TRIBUNTRAVEL.COM - Milisi Houthi di Yaman menyerang Bandara Abha Arab Saudi pada Rabu (10/2/2021) dengan sebuah drone peledak.
Drone tersebut menyebabkan sebuah pesawat penumpang terbakar.
Beruntung, tidak ada satu orang pun yang dilaporkan tewas ataupun terluka dalam insiden tersebut.
Peristiwa ini lantas memicu kecaman internasional tehadap kelompok Houthi.
Koalisi Arab mengatakan telah mengendalikan api di pesawat yang ada di bandara tersebut.
Mengutip arabnews.com, Juru bicara Kolonel Turki Al-Maliki mengatakan, serangan itu adalah kejahatan perang yang mengancam nyawa para pelancong sipil.
"Kami mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi warga sipil dari ancaman Houthi," tuturnya.
Baca juga: 7 Kejadian Tak Terduga yang Membuat Pesawat Mendarat Darurat, Bau Durian hingga Kopi Tumpah
Televisi pemerintah Arab Saudi melaporkan sebelumnya bahwa koalisi telah mencegat dan menghancurkan dua drone bersenjata yang menargetkan warga sipil dan infrastruktur sipil di Arab Saudi Selatan.
Saluran berita Al-Ekhbariya memperlihatkan gambar-gambar kerusakan pesawat di landasan dengan keseluruhan besar di sisinya.
Lebih lanjut, gambar itu juga menunjukkan bangkai drone di bandara, termasuk bagian sayap dan mesin.
Al-Ekhbariya mengatakan, drone itu adalah model Qasef-1 yang biasa digunakan untuk menyerang Arab Saudi.
Bentuk ini hampir identik dalam desain dengan Ababil-T yang diproduksi Iran.
Sebelumnya, Bandara Abha yang berjarak sekitar 120 kilometer di utara perbatasan Yaman telah diserang oleh kelompok Houthi beberapa kali.
TONTON JUGA:
Bandara tersebut sudah tiga kali diserang dalam kurun waktu tiga minggu pada musim panas tahun 2019.
Serangan pertama terjadi pada 12 Juni 2019 yang menyebabkan ledakan di aula kedatangan.
Sedangkan serangan kedua menewaskan seorang pria Suriah dan meluai 21 orang.
Serangan pada hari Rabu lalu terjadi setelah peningkatan upaya serangan oleh Houthi dalam beberapa pekan terakhir.
"Ini bukan serangan teroris pertama dari Houthi, karena kami tahuHouthi tidak mencari perdamaian," kata analis politik, Hamdan Al-Shehri kepada Arab News.
Ia mengatakan, serangan itu terjadi hanya beberapa hari setelah utusan khusus PBB untuk Yaman, Martin Griffiths mengunjungi Taheran dengan harapan mencapai solusi politik untuk konflik tersebut.
Shehri mengatakan, ia yakin bahwa tidak mungkin mencapai solusi apapun ketika terlibat dengan Iran.
"Tidak ada gunanya negosiasi (dengan Houthi) dan kami juga meminta pemerintahan Biden untuk membuat mereka tetap terdaftar sebagai organisasi teroris," terang Shehri.
Serangan itu terjadi hanya selang beberapa hari setelah Presiden Amerika Serikat, Joe Biden mendeklasifikasi atau mencabut Houthi dari daftar organisasi teroris.
Pasalnya, Mantan presiden AS, Donald Trump menetapkan kelompok Houthi sebagai organisasi teroris sesaat sebelum ia meninggalkan jabatannya sebagai Presiden.
"Selama tiga minggu terakhir kami telah melihat banyak serangan dari pihak Houthi ke Arab Saudi dan juga Yaman dengan menggunakan rudal balistik dan drone," kata Shehri.
Koalisi Arab, termasuk Arab Saudi melakukan intervensi di Yaman pada tahun 2015 setelah Houthi menggulingkan pemerintahan Abdur Rabbuh Mansur Hadi dan mengumumkan bahwa Aden menjadi Ibu Kota Yaman menggantikan Shan'a.
Kelompok Houthi kemudian menguasai Yaman Utara, sebuah wilayah di mana mereka meluncurkan rudal dan drone ke kota-kota di Arab Saudi.
Baca juga: Bulan Ini, 3 Pesawat Ruang Angkasa Siap Mencapai Planet Mars
Baca juga: Pramugari ini Bagikan Jenis Penumpang Pesawat yang Kerap Dicari Saat Penerbangan
Baca juga: Pramugari Ungkap 5 Fakta tentang Penerbangan, Termasuk Jika Ada Penumpang Meninggal di Pesawat
Baca juga: Kesal Harus Tunggu 40 Menit, Pria Ini Beri Berita Bohong tentang Bom di Pesawat
Baca juga: Nelayan Ini Temukan Kapal Selam Drone yang Diduga Beroperasi dengan Misi Rahasia