TRIBUNTRAVEL.COM - Peristiwa jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 rute Jakarta-Pontianak di Kepulauan Seribu pada Sabtu (9/1/2021) lalu membuat dunia menyoroti insiden penerbangan di Indonesia.
Pasalnya, bukan hanya kali ini saja kecelakaan pesawat terjadi di Indonesia.
Dua tahun silam, kecelakaan pesawat juga terjadi, yakni dialami pesawat Lion Air JT610 rute Jakarta-Pangkal Pinang pada 29 Oktober 2018.
Dalam satu dekade terakhir, menurut Aviation Safety Network setidaknya ada 697 korban kecelakaan pesawat di Indonesia termasuk pesawat militer dan pribadi.
Lantas, mengapa pesawat Indonesia sering jatuh?
Menurut media Amerika Serikat (AS), Bloomberg dalam artikel berjudul "Jet Crash Adds to Long List of Aviation Disasters in Indonesia", ada dua faktor utama yang menyebabkan insiden kecelakaan pesawat terjadi di Indonesia.
Baca juga: Dugaan Awal KNKT, Mesin Sriwijaya Air SJ 182 Masih Hidup Sebelum Membentur Permukaan Air
Faktor cuaca buruk
"Indonesia, salah satu negara kepulauan terluas di Bumi, dengan pulau-pulau yang berjajar sepanjang London hingga New York, memiliki salah satu insiden badai petir dan sambaran petir terbanyak," tulis Bloomberg.
Bloomberg juga menyebutkan bahwa kota Bogor pernah mengalami badai petir selama 322 hari dalam satu tahun pada 1988.
"Ada pula letusan gunung berapi, yang memuntahkan gumpalan abu ke udara yang bisa tersedot mesin jet, menyebabkan kerusakan," lanjut Bloomberg dalam artikelnya, Minggu (10/1/2021).
Media yang berbasis di New York itu mencontohkan letusan Gunung Agung di Bali pada 2019, yang membuat sejumlah penerbangan dialihkan dan dibatalkan.
TONTON JUGA:
Faktor cuaca sendiri juga berdampak pada tertundanya penerbangan Sriwijaya Air SJ 182 selama kurang lebih 1 jam.
Faktor komunikasi
Bloomberg mengungkapkan bahwa faktor komunikasi termasuk penyebab mengapa pesawat Indonesia sering jatuh.
Contohnya seperti yang terjadi pada maskapai AirAsia Desember 2014 yang berangkat dari Surabaya.
Pilot Indonesia dan kopilot dari Prancis gagal menangani kendala di auto-pilot, sehingga pesawat terjun ke laut.
Bloomberg menutup pemberitaannya dengan data pesawat Boeing 737-500 yang mengalami 8 kecelakaan dengan total 220 korban tewas, menurut Aviation Safety Network.
Faktor ekonomi, sosial, dan geografi
Media AS lainnya, Associated Press (AP), menyebut ada tiga alasan di balik pesawat Indonesia sering jatuh.
"Ini karena kombinasi dari faktor ekonomi, sosial, dan geografi," tulis AP dalam artikelnya, Senin (11/1/2021).
AP juga menyoroti maraknya Low Cost Carrier (LCC) di Indonesia yang menjadi opsi murah untuk terbang, meski masih banyak wilayah kurang memiliki infrastruktur yang aman.
"Industri ini memiliki sedikit regulasi atau pengawasan pada tahun-tahun awal booming penerbangan Indonesia," tulis AP.
Mengutip data dari Aviation Safety Network, sejak 1945 terdapat 104 kecelakaan penerbangan sipil di Indonesia dan korban tewasnya sebanyak 2.301, terbanyak di Asia dan di urutan 8 dunia.
Salah satu dampaknya, maskapai Indonesia sempat dilarang masuk AS pada 2007-2016 karena satu atau lebih faktor, seperti keahlian teknis, personel terlatih, prosedur pencatatan dan pemeriksaan.

"Uni Eropa juga menerapkan larangan serupa dari 2007 hingga 2018," lanjut AP.
Meski begitu, AP menerangkan bahwa belakangan ini kondisi mulai membaik di dunia aviasi Indonesia.
"Kemajuan industri ini meningkat signifikan dan pengawasan menjadi lebih ketat," kata pakar penerbangan dan pemimpin redaksi AirlineRatings.com, Geoffrey Thomas, kepada AP.
Kemajuan itu antara lain inspeksi yang semakin intens, regulasi yang lebih kuat, fasilitas dan perawatan yang lebih baik, dan pilot yang semakin terlatih.
"Badan Penerbangan Federal AS memberi Indonesia peringkat Kategori 1 pada 2016, yang berarti menetapkan negara tersebut mematuhi standar keselamatan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional," jelas AP dalam artikelnya.
AS sebelumnya pernah menurunkan peringkat keamanan penerbangan Indonesia ke Kategori 2 pada 2007-2016.
Baca juga: Kenapa Butuh Waktu Lama untuk Temukan Black Box Usai Kecelakaan Pesawat?
Baca juga: Bukan Berwarna Hitam dan Tak Bisa Dihancurkan, Ini 7 Fakta Menarik Black Box Pesawat
Baca juga: Bisakah Pesawat Terbang Lakukan Pendaratan Darurat di Permukaan Air? Begini Penjelasannya
Baca juga: Ini Kursi Terbaik di Pesawat yang Bisa Dipilih Jika Takut Terjadi Turbulensi saat Terbang
Baca juga: Sriwijaya Air SJ182 Berusia 26 Tahun, Berapa Rata-rata Usia Pesawat yang Beroperasi di Indonesia?