TRIBUNTRAVEL.COM - Gletser terbesar di Greenland bisa kehilangan lebih banyak es dibandingkan dari yang diperkirakan sebelumnya.
Itu merupakan sebuah perkembangan yang memiliki konsekuensi besar bagi laju kenaikan permukaan laut global, menurut sebuah studi baru yang diterbitkan Selasa.
Diwartakan dalam CNN, Selasa (17/11/2020), lapisan es di Greenland itu sudah mencair dengan cepat.
Lebih lanjut lagi, hilangnya bongkahan es gletser di Greenland itu merupakan salah satu faktor utama meningkatnya permukaan laut.
Emisi gas rumah kaca yang membuat bumi lebih panas seperti karbon dioksida menjadi salah satu alasan mempercepat laju pencairan gletser ini.
Tapi yang belum diketahui para ahli adalah bagaimana gletser tersebut bisa cepat berubah di masa lalu, terutama di abad-abad sebelum catatan satelit ada.
Baca juga: Gletser di China Mencair Sangat Cepat, Ilmuwan: Kecepatan Penyusutan Ini Mengejutkan
Bagaimana gletser cepat mencair karena perubahan iklim di masa lalu dapat memengaruhi proyeksi para ilmuwan tentang cara mereka menanggapi pemanasan di masa depan.

Studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications, telah mengisi beberapa celah tersebut.
Para peneliti menemukan bahwa gletser Greenland sangat sensitif terhadap kondisi iklim, dan telah kehilangan es pada akhir abad ke-19 serta awal abad ke-20 dengan cepat terlihat saat ini.
Dilaporkan, bagian Kutub Utara kemungkinan akan memiliki iklim yang lebih hangat pada abad ini.
Para ilmuwan memperlihatkan temuan mereka yang menunjukkan bahwa hilangnya es di Greenland itu dapat melebihi proyeksi kasus terburuk.
David Holland, seorang profesor matematika dan ilmu lingkungan di New York University dan salah satu penulis studi tersebut, mengatakan, temuan tim menunjukkan bahwa Arktik "sedang terpukul karena hilangnya daratan dan lautan esnya menutupi dunia yang memanas".
Dengan menggunakan foto-foto historis gletser Jakobshavn, Helheim dan Kangerlussuaq, tim menghitung kehilangan es (pencairan gletser) dari tahun 1880 hingga 2012.
Mereka memperkirakan bahwa jumlah es yang hilang dari tiga gletser ini saja bisa mengakibatkan kenaikan permukaan laut 8,1 milimeter.
Holland mengatakan bahwa sementara tiga gletser itu penting, mereka juga berfungsi sebagai proxy untuk sebagian besar gletser outlet lainnya di Greenland.

Langkah tersebut juga memberi gambaran sekilas bagi ilmuwan tentang bagaimana perilaku gletser.
Lapisan es Greenland adalah tempat dinamis yang terus bergeser dan bergerak.
"Banyak yang menganggap bagian dalam lapisan es tersebut sebagai danau pegunungan," kata Moon.
Gletser outlet ini merupakan aliran yang mengalir keluar dari danau, membawa es menjauh bahkan bisa sampai ke laut.
Ketika bongkahan es pecah dari gletser dan mendarat di laut, itu dapat menaikkan permukaan laut.
"Ketiga gletser ini termasuk yang paling cepat bergerak di Greenland. Saat kita memikirkan gletser di sekitar tepi Greenland yang bertindak seperti ban berjalan (memindahkan es ke laut), ini adalah beberapa sabuk konveyor tercepat dan terbesar di lapisan es," kata Twila Moon, wakil ilmuwan utama di Pusat Data Salju dan Es Nasional di Boulder, Colorado, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
Gletser juga menyimpan cukup banyak es untuk menaikkan permukaan laut global sekitar 1,3 meter.
Hilangnya es dari waktu ke waktu didorong juga oleh faktor perubahan alami seperti angin dan arus laut.
"Dan ketika air hangat mendekati gletser, mereka akan mencair," kata Holland.
Tetapi pemanasan yang disebabkan oleh manusia telah mengubah iklim dan mengubah cara angin dan lautan berinteraksi dengan lapisan es, itu juga turut memengaruhi jumlah es yang hilang.
Tim menemukan bahwa tingkat kehilangan es untuk Gletser Jakobshavn pada awal 1900-an sebanding dengan tingkat kehilangan yang sangat besar yang terlihat hari ini, dan untuk Gletser Kangerlussuaq, kehilangan es antara tahun 1880 dan 1930 sebenarnya lebih besar daripada hari ini.
Itu penting karena hasilnya menunjukkan bahwa gletser kehilangan sejumlah besar es pada saat suhu global yang lebih rendah daripada sekarang.
Di lain sisi, ketika ada manusia yang terus meningkatkan konsentrasi gas-gas yang memerangkap panas ini di atmosfer, bumi bisa menghangat hingga 3,7 derajat Celcius (6,66 derajat Fahrenheit) pada akhir abad ini.
Jika gletser telah kehilangan banyak es ketika suhu atmosfer dan laut lebih rendah serta cuaca bumi yang akan semakin menghangat di bawah emisi tinggi masa depan, para ilmuwan mengatakan temuan mereka dapat diartikan sebagai model yang digunakan untuk memprediksi hilangnya es Greenland di masa depan.
Itu juga dapat memengaruhi proyeksi kenaikan permukaan laut saat ini.
TONTON JUGA:
Naiknya permukaan laut telah menimbulkan masalah di banyak daerah pesisir dataran rendah.
Dan untuk negara lain seperti New York dan Shanghai, kenaikan permukaan laut 1 meter atau lebih dapat menyebabkan bencana.
Studi lain baru-baru ini menemukan bahwa naiknya air laut dapat menyebabkan kerugian atau kerusakan aset ekonomi global sebesar $ 14,2 triliun pada akhir abad ini, dan menyebabkan sebanyak 287 juta orang terkena banjir episodik, naik dari 171 juta saat ini.
"Saya pikir ketika kita sudah sampai pada zaman perubahan di Greenland, di mana tempat itu benar-benar hanya ada es di mana-mana, maka kita sudah berada pada status lima peringatan," kata Moon.
"Dan makalah ini adalah satu lagi makalah di tumpukan mengerikan yang mengatakan bahwa ini adalah perubahan yang sangat serius, terjadi dengan sangat cepat dan kami perlu mengambil tindakan secepat mungkin agar dapat mengurangi tingkat perubahan dalam masa depan," imbuhnya.
Dalam studi tersebut, para ilmuwan mengatakan bahwa kemungkinan meremehkan hilangnya es "tidak terbatas hanya pada tiga gletser ini," dan penting bahwa model menangkap mundur glasial yang cepat sebagai akibat dari pemanasan yang disebabkan oleh manusia dari lautan dan atmosfer kita.
"Karena mereka adalah pendorong utama hilangnya massa," sambungnya.
Tim berharap temuan mereka tentang bagaimana gletser sensitif terhadap perubahan iklim akan membantu meningkatkan keandalan proyeksi kehilangan es di masa depan.
"Arktik kehilangan es, dan saat kamu melihat lebih detail selama abad terakhir, kamu bisa melihat periode kehilangan es yang lebih banyak dan lebih sedikit, tapi itu selalu kehilangan," kata Holland.
"Dengan peningkatan pemanasan yang diproyeksikan akan terus berlanjut di masa depan, peningkatan hilangnya es dapat diharapkan dengan konsekuensi negatif yang berpotensi serius bagi kota-kota pesisir di seluruh dunia."
Baca juga: Bosan di Rumah Aja, Yuk Ikuti Tur Virtual Berdiri di Atas Gletser Menakjubkan
Baca juga: 6 Fakta Unik Taman Nasional Lorentz, Miliki Gletser hingga Terluas di Asia Tenggara
Baca juga: Akibat Gletser Kutub Utara Mencair, 5 Pulau Baru Ini Muncul
Baca juga: Gletser Everest Mencair Akibat Global Warming, Ratusan Jasad Pendaki yang Terkubur Bermunculan
Baca juga: Gletser Mencair di Kawasan Arktik di Kanada Ungkap Keberadaan Lanskap Kuno Berusia 40 Ribu Tahun
(TribunTravel.com/Nurul Intaniar)