Breaking News:

Banyak Turis Beli Hasil Test Covid-19 Palsu untuk Liburan, ke Luar Negeri Akan Dipersulit?

Namun, hasil tes palsu baru-baru ini bermunculan di seluruh dunia, dari Brasil hingga Bangladesh.

Tribunnews/Herudin
Petugas medis melakukan rapid test (tes cepat) Covid-19 kepada calon penumpang di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, Senin (27/7/2020). PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) menggelar layanan tes cepat Covid-19 untuk pengguna kereta api jarak jauh di stasiun dengan biaya Rp 85 ribu dan akan tersedia bertahap di 12 stasiun besar di Pulau Jawa. 

TRIBUNTRAVEL.COM - Sejumlah negara di dunia mulai membuka perbatasan wilayahnya bagi para turis dengan beberapa syarat.

Salah satunya tes Covid-19 dengan hasil non-reaktif atau negatif.

Namun, hasil tes palsu baru-baru ini bermunculan di seluruh dunia, dari Brasil hingga Bangladesh.

Di Prancis, tujuh orang ditangkap di Bandara Paris pada 7 November karena dilaporkan menjual hasil tes palsu dengan harga 150 hingga 300 Euro atau sekitar Rp 2,4 juta sampai Rp 4,9 juta, menurut AP.

Mereka didakwa dengan pemalsuan, penggunaan pemalsuan, dan keterlibatan dalam penipuan.

Para terdakwa menghadapi hukuman lima tahun penjara dan denda yang besar.

Ilustrasi hasil tes virus corona
Ilustrasi hasil tes virus corona (Australian News)

Sementara di Brasil, empat turis asal negara itu ditangkap di Fernando de Noronha dengan tuduhan memalsukan dokumen dan menggunakan dokumen palsu.

Dilaporkan AP, mereka telah menunjukkan dokumen yang diambil tiga hari sebelum keberangkatan, namun menolak untuk mengikuti tes baru.

Mereka kemudian dengan cepat mendapatkan dokumen baru dengan tanggal berbeda sehingga menimbulkan kecurigaan.

Ketika petugas menelepon laboratorium, ternyata mereka hanya mengubah tanggal pada tes yang sama.

2 dari 4 halaman

Di Inggris, seorang pria mengaku telah memalsukan dokumen tes Covid-19 temannya yang berhasil melakukan perjalanan ke Pakistan, seperti dilaporkan Lancashire Telegraph.

"Ini cukup sederhana. Semua orang tahu seseorang yang pernah menjalani tes Covid-19," kata pria anonim itu kepada Lancashire Telegraph.

Dia mengatakan, dia hanya mengunduh hasil tes temannya, mengubah nama, tanggal lahir, dan tanggal, kemudian mencetak dokumennya.

Tak sampai di situ, di Inggris pun banyak dokumen palsu yang dijual seharga 150 poundsterling atau sekitar Rp 2,7 juta.

Ilustrasi pengujian Covid-19
Ilustrasi pengujian Covid-19 (Flickr/Marco Verch Professional Photographer)

Ada juga agen perjalanan yang diduga menawarkan hasil tes Covid-19 palsu kepada klien seharga sekitar 50 poundsterling atau sekitar Rp 929 ribu.

Di Bangladesh, pemilik sebuah rumah sakit ditangkap pada 15 Juli karena menjual ribuan hasil tes palsu kepada pekerja migran seharga 59 dolar AS atau sekitar Rp 829 ribu, New York Times melaporkan.

Liburan dengan hasil tes Covid-19 palsu akan sulit ke depannya

Dilansir TribunTravel dari Insider, pemerintah dan maskapai penerbangan di seluruh dunia sedang mencari cara untuk menghindari penutupan perbatasan yang diperbarui, meredakan ketakutan para pelancong, dan meminimalkan perlunya karantina untuk membuat orang bepergian lagi.

Sebagai contoh, Hawaii menjadi negara yang membuat wisatawan lebih sulit untuk masuk dengan hasil palsu.

Untuk masuk ke negara bagian ini, wisatawan harus mengunggah hasil tes Covid-19 secara online melalui situs pengujian yang disetujui.

3 dari 4 halaman

Selain itu, organisasi nirlaba The Commons Project bersama World Economic Forum, baru-baru ini membuat aplikasi bernama CommonPass.

Aplikasi ini digadang-gadang dapat membuat perjalanan lebih aman dan meminimalkan penipuan semacam ini.

Aplikasi ini dirancang untuk menetapkan standar internasional umum untuk data kesehatan, dari hasil laboratorium hingga catatan vaksinasi, hasil tes, dan informasi kesehatan penumpang kepada maskapai penerbangan, petugasperbatasan, dan pemerintah melalui kode QR yang dipersonalisasi.

"Apa yang dilakukan CommonPass adalah menyiapkan kerangka kerja bagi orang-orang untuk melakukan tes Covid-19 dan hasil vaksinasi di tempat yang aman agar mereka dapat melewati perbatasan tanpa membagikan informasi kesehatan pribadi mereka," ujar kepala pemasaran
dan komunikasi CommonPass, Thomas Crampton kepada Insider.

Aplikasi CommonPass
Aplikasi CommonPass (mobihealthnews.com)

Aplikasi ini mengizinkan data hanya dari laboratorium yang dikenali dan menunjukkan kepada pengguna apa persyaratan masuk terbaru di tujuan mereka.

Menghindari dokumen kertas juga meminimalkan risiko penipuan.

"Ini bukan hanya penghapusan kertas. Ini adalah hasil tes yang dapat diidentifikasi sepenuhnya dari laboratorium bersertifikat yang dikenal, informasi pengenal - kode QR - menjadi nama dan nomor ID Anda, mungkin paspor atau SIM Anda," kata Crampton

Banyak yang memuji aplikasi tersebut karena berpotensi dapat membantu menghindari penutupan perbatasan, menghindari karantina, dan mengurangi pembatasan perjalanan.

"Industri perjalanan memandang apa yang kami lakukan sebagai penyelamat bagi mereka,"kata Crampton.

Namun dia mengatakan bahwa tujuan akhir CommonPass adalah membuat perjalanan lebih aman dan memperhatikan kepentingan orang.

4 dari 4 halaman

Sejauh ini, United Airlines dan Cathay Pacific telah menguji coba aplikasi tersebut pada penerbangan tertentu.

Baca juga: Gara-gara Bikin Video yang Dianggap Merugikan, Seorang Pria Dilarang Naik Maskapai Pesawat Ini

Baca juga: Diskon Tiket Pesawat AirAsia hingga 50 Persen, Harga Mulai Rp 200 Ribuan

Baca juga: Kode Rahasia Pramugari Jika Menyukai Seorang Penumpang, Diucapkan saat Penumpang Turun dari Pesawat

Baca juga: Sempat Dua Kali Ditunda, SpaceX Akhirnya Luncurkan Astronot NASA ke Stasiun Luar Angkasa

Baca juga: Disneyland Diperkirakan Tutup Hingga Tahun 2021, CEO Disney Ungkap Kekecewaannya

(TribunTravel.com/Sinta Agustina)

Selanjutnya
Sumber: Tribun Travel
Tags:
turisliburan ke luar negeriCovid-19
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved