Breaking News:

Penemu Belanda Ciptakan Peti Mati Ramah Lingkungan yang Dapat Ubah Jenazah Jadi Kompos

Konsep Kepompong Hidup ini adalah untuk memfasilitasi pembusukan alami tubuh manusia dengan cara yang bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya.

Gambar oleh carolynabooth dari Pixabay
Ilustrasi peti mati 

TRIBUNTRAVEL.COM - Pernahkah berpikir tentang apa yang terjadi pada tubuh setelah meninggal? 

Nah, desainer di Belanda sudah memikirkannya, dan mereka telah menemukan solusi ramah lingkungan untuk menguburkan jenazah.

Menurut Dutch News, desainer dari Delft University of Technology bekerja sama dengan museum sejarah alam setempat untuk mengembangkan apa yang disebut "The Living Cocoon", peti mati biodegradable yang terbuat dari lumut dan jamur.

Konsep Kepompong Hidup ini adalah untuk memfasilitasi pembusukan alami tubuh manusia dengan cara yang bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya.

“The Living Cocoon memungkinkan orang menjadi satu dengan alam lagi dan memperkaya tanah, bukannya mencemari tanah,” kata Bob Hendrikx, pendiri Loop, perusahaan rintisan di balik peti mati ramah lingkungan.

Cara kerjanya cukup sederhana, TribunTravel melansir dari laman allthatsinteresting

Kepompong ini terbuat dari bahan konstruksi yang tertanam dengan koloni bakteri mirip jamur yang dikenal sebagai miselium. 

Bakteri ini diketahui dapat membentuk jaringan bawah tanah dan memiliki kemampuan untuk menetralkan zat beracun termasuk minyak, plastik, dan logam.

Miselium, atau “pendaur ulang alam”, demikian Hendrikx suka menyebutnya, juga melepaskan nutrisi yang dapat ditinggali organisme di sekitarnya. 

Selain itu, peti mati ramah lingkungan ini juga dapat mempercepat waktu pembusukan tubuh manusia. 

2 dari 3 halaman

Apa yang biasanya membutuhkan waktu puluhan tahun untuk dekomposisi lengkap dalam peti mati konvensional hanya akan memakan waktu dua hingga tiga tahun di Living Cocoon.

Ini adalah solusi sempurna untuk dampak destruktif kita pada planet, yang digambarkan Hendrikx sebagai "parasit". 

Penguburan konvensional seringkali dapat mencemari lingkungan sekitarnya. 

Peti mati yang terbuat dari plastik atau kayu yang dipernis mungkin membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk terurai dan dapat melepaskan bahan beracun ke dalam tanah.

Membangun satu peti mati, yang masing-masing dapat memuat sekitar 440 pon, membutuhkan waktu sekira satu minggu. 

Jamur miselium ditanam dalam peti mati kemudian dikeringkan secara alami, memungkinkannya untuk menjaga bentuk kepompong. 

Tapi begitu peti mati bersentuhan dengan air tanah, proses pengomposan dimulai.

Sejauh ini, perusahaan telah “menanam” sedikitnya 10 kokon hidup. 

Mereka juga melakukan upacara penguburan menggunakan salah satu peti mati unik mereka yang diklaim perusahaan sebagai jenis penguburan pertama di dunia.

Jadi berapa biaya untuk memastikan tubuh tidak membebani Bumi lama setelah mati? 

3 dari 3 halaman

Untuk saat ini, Living Cocoon dijual seharga USD 2.000 setara Rp 29, 6 juta.

“Penting untuk terlibat dalam inovasi berkelanjutan seperti ini,” kata Frank Franse, direktur kolektif pemakaman CUVO dan De Laatste Eer. “Ini sesuai dengan tujuan kami untuk menjadi layanan pemakaman kooperatif yang berkelanjutan.”

Di AS, ahli mayat dilaporkan menggunakan sekitar 4,3 juta galon cairan pembalseman per tahun, menurut data dari Cornell University. Sedangkan untuk bahan pembuatan peti mati, sekitar 20 juta kayu diproses menjadi peti mati setiap tahun. 

Tubuh yang dikremasi juga menimbulkan bahaya lingkungan karena asap beracun yang dilepaskan ke udara.

Pada tahun 2019, Washington menjadi negara bagian pertama yang mengizinkan "pengomposan manusia," yang merupakan proses mengubah jenazah manusia menjadi tanah, bukan memilih penguburan atau kremasi konvensional. 

Upaya ini dipelopori oleh perusahaan pengomposan manusia yang dikenal dengan Recompose, yang berjanji untuk mengubah tubuh menjadi satu kubik yard tanah. 

Tanah itu kemudian akan dikembalikan ke keluarga almarhum, yang dapat digunakan kembali untuk pohon atau tanaman.

Menurut National Funeral Directors Association, lebih dari setengah orang Amerika tertarik dengan pemakaman hijau. 

Ternyata, beberapa alasan orang beralih ke penguburan ramah lingkungan didasarkan pada penghematan uang dan juga tentang menyelamatkan lingkungan.

13 Peti Mati Berusia 2.500 Tahun Ditemukan di Mesir Dalam Kondisi Utuh dan Tersegel

Di Kafe Kematian Korea, Kamu Bisa Berbaring di Peti Mati dan Menulis Pesan Terakhirmu Sendiri

6 Atraksi Paling Unik di Singapura: Ada Lempar Kapak hingga Dikubur Hidup-hidup dalam Peti Mati

Taman Hiburan di Amerika Bagi-bagi Hadiah Bagi Pengunjung yang Mau Tidur di Peti Mati Selama 30 Jam

7 Festival Teraneh di Dunia, Ada yang Menusuk Wajah dengan Besi sampai Bawa Peti Mati Keliling Kota

 Ambar Purwaningrum/TribunTravel

Selanjutnya
Sumber: Tribun Travel
Tags:
BelandaPeti MatiJenazah Beskap
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved