TRIBUNTRAVEL.COM - Etihad Airways akan menggunakan kecerdasan buatan untuk membantu mengatasi masalah makanan yang ada dalam penerbangannya.
Maskapai penerbangan nasional Uni Emirat Arab (UEA) tersebut memulai proyek yang memanfaatkan visi komputer dan pemelajaran mesin dengan tujuan mengurangi volume makanan yang terbuang dalam penerbangan.
Melansir dari laman thenational.ae, Senin (14/9/2020), proyek ini bekerja sama dengan Lumitics, perusahaan rintisan teknologi pangan yang berbasis di Singapura.
Makanan yang disajikan di kelas ekonomi pada penerbangan Etihad akan dilacak untuk mencatat pola konsumsi makanan dan tingkat limbah di seluruh jaringan maskapai.
• Etihad Tawarkan Asuransi Covid-19 Gratis, Mencakup Biaya Medis hingga Pemakaman
Ini akan dilakukan dengan menggunakan produk Lumitics 'Insight Lite', yang akan memantau jumlah makanan yang tidak dimakan selama penerbangan saat pesawat mendarat di bandara.
Program ini menggunakan kecerdasan buatan dan pengenalan gambar untuk mengidentifikasi jenis dan jumlah makanan yang tidak dikonsumsi, tanpa memerlukan interaksi manusia.
Data ini akan digunakan oleh Etihad dalam rencana untuk mengurangi limbah makanan, meningkatkan perencanaan makanan pada tingkat yang terperinci, dan menurunkan biaya operasional.
Jadi, misal sejumlah X hidangan ayam selalu dibiarkan tidak dimakan dalam penerbangan dari Chicago, mereka akan mengurangi hidangan ayam pada layanan tersebut.
1,1 Juta Ton Makanan Terbuang Setiap Tahun
Pada 2017, International Air Transport Association (IATA) menemukan bahwa sekira 1,1 juta ton makanan terbuang percuma dari katering dalam penerbangan.
Selain itu, sekira 20 persen dari semua makanan yang diproduksi oleh tim katering dalam penerbangan terbuang percuma setiap tahun.
Proyek ini sebenarnya telah disadari oleh Etihad seblum pandemi virus corona (covid-19).
Dengan banyaknya rute yang sekarang telah beroperasi kembali, Etihad ingin melanjutkan proyek tersebut.
"Saat maskapai menambah layanan operasi penerbangan, sangat menarik untuk memulai kembali proyek dan melanjutkan pekerjaan yang telah dimulai," kata Mohammad Al Bulooki, kepala operasi di Etihad Aviation Group.

Rayner Loi, salah satu pendiri Lumitics mengatakan, "menangani limbah makanan adalah salah satu peluang penghematan biaya terbesar untuk bisnis apa pun yang memproduksi dan menyajikan makanan".
“Tidak hanya masuk akal secara bisnis, tetapi juga baik untuk lingkungan. Kami sangat senang bisa bekerja sama dengan Etihad Airways untuk membantu mencapai tujuannya dalam mengurangi limbah makanan,” tambahnya.
Penerbangan Berkelanjutan
Program limbah makanan Etihad adalah salah satu dari beberapa inisiatif maskapai yang berfokus pada sustainable flying (penerbangan berkelanjutan).
Tahun lalu, Etihad menerapkan plastik sekali pakai untuk penerbangan dari UEA ke Australia.
Selain itu, Eithad juga memperkenalkan program Etihad Greenliner untuk membantu meningkatkan efisiensi operasional dan praktek berkelanjutan dalam penerbangan.
Baru-baru ini, Etihad bermitra dengan Boeing dan NASA untuk menggunakan armada Dreamliner terbarunya sebagai uji coba teknologi yang dapat membantu mengurangi konsumsi bahan bakar, polusi suara, dan emisi karbon dioksida.
• Etihad Airways Pekerjakan Duta Kesehatan untuk Beri Informasi Perawatan Kesehatan ke Penumpang
• Antisipasi COVID-19, Etihad Airways Siapkan Teknologi Pendeteksi Gejala Medis di Bandara
• Penumpang WNI Melahirkan, Pesawat Etihad Rute Abu Dhabi-Jakarta Terpaksa Mendarat di India
• Kru Pesawat Etihad Airways Keliling Dunia dalam 52,5 jam, Pemecah Rekor Guinness World Record
• Miris! Inilah Kisah Turis Indonesia Ditinggal Pesawat Etihad Airways karena Overbooked
(TribunTravel.com/Muhammad Yurokha M)