TRIBUNTRAVEL.COM - Membahas soal burung, tentu identik dengan kemampuan terbangnya.
Burung memang dianugerahi sepasang sayap yang digunakan untuk terbang dari satu tempat ke tempat lainnya.
Namun, tak semua burung ternyata bisa menggunakan sayapnya untuk terbang.
Satu di antaranya adalah takahe (Porphyrio hochstetteri), burung unik yang berasal dari Selandia Baru.
Bagi kamu yang penasaran dengan burung ini, ada sejumlah fakta unik yang perlu kamu ketahui.
Dilansir TribunTravel dari laman bobo.grid.id, berikut ini 3 fakta unik burung takahe.
• Fakta Unik White Bellbird, Burung yang Memiliki Kicauan Terkeras di Dunia
1. Tak bisa terbang
Meski takahe memiliki sayap kecil seperti burung pada umumnya, namun ternyata burung yang hanya ditemukan di Selandia Baru ini tidak bisa terbang.
Takahe memiliki tinggi sekitar 50 cm dengan berat rata-rata 3 kg, sepasang kaki yang kuat, paruh yang besar, serta suara yang amat kencang.
Burung takahe juga terkenal dengan bulunya yang berwarna cerah.
Saat masih kecil, burung ini memiliki bulu berwarna cokelat pucat.
Namun, ketika sudah dewasa bulunya menjadi berwarna ungu kebiruan, sedangkan di bagian punggungnya berwarna hijau.
Paruh burung takahe berwarna merah dan kaki-kakinya merah muda.
2. Pernah dianggap punah
Burung takahe pertama yang ditemukan adalah dalam bentuk fosil.
Fosil ini ditemukan di selatan Provinsi Taranaki pada tahun 1847 oleh seorang ahli biologi bernama Richard Owen.
Namun, 2 tahun kemudian ada laporan bahwa para pemburu menemukan burung besar yang berlari sangat cepat, tetapi tak mampu terbang.
Saat itu, burung ini tengah dikejar oleh anjing peliharaan mereka.
Sekitar akhir tahun 1890-an, banyak orang melaporkan bahwa mereka melihat burung ini.
Saat itu orang-orang mendeskripsikan burung takahe mirip dengan burung pukeko, namun memiliki ukuran yang jauh lebih besar seperti bebek dan berwarna hijau.
Meskipun berbagai penampakan itu tidak bisa dikonfirmasi, para ilmuwan percaya bahwa burung ini mungkin memang masih ada.
Akhirnya, pada tahun 1948 seorang dokter hewan bernama Geoffrey Orbell berencana mencari hewan ini.
Hewan ini pun ditemukan di dekat Danau Te Anau, Pulau Selatan, Selandia baru.
3. Mengalami perpindahan habitat
Ketika pertama kali ditemukan, burung takahe terlihat tinggal di padang rumput Pegunungan Alpen.
Sebenarnya, ini bukanlah habitat asli burung takahe karena habitat asli burung takahe adalah di rawa.
Namun, karena banyak rawa yang berubah menjadi lahan pertanian, akhirnya burung-burung ini mencari habitat baru.
Hilangnya habitat inilah yang dianggap menyebabkan punahnya burung takahe saat itu.
Selain itu, tubuh burung takahe juga harus melalui beberapa fase hingga akhirnya benar-benar menjadi burung dewasa.
Akibatnya, reproduksi burung ini tergolong lambat dibandingkan burung-burung lain, ini juga dianggap sebagai penyebab hampir punahnya burung tersebut.
Ada dua jenis burung takahe, yang pertama adalah burung takahe pulau selatan yang telah dibahas di atas.
Sedangkan yang kedua adalah burung takahe pulau utara (Porphyrio mantelli) yang sudah punah dan hanya bisa diketahui dari fosilnya saja.
Burung takahe dari pulau utara memiliki tubuh yang lebih tinggi dan ramping.
Kini jenis burung takahe di Selandia Baru sudah semakin banyak.
Burung-burung ini juga mulai diperkenalkan pada habitat baru, yakni di Taman Nasional Kahurangi agar tetap bisa bertahan hidup.
• Danau di Mumbai Dipenuhi Ratusan Ribu Burung Flamingo Selama Masa Lockdown di India
• Fakta Unik Burung Manyar, Ada yang Bangun Sarang dengan Berat Hampir 1 Ton
• Fakta Unik Nuri Kabare, Burung Asli Papua yang Dijuluki Drakula
• Viral di Medsos Ribuan Burung Gagak Terbang di Langit Kota Wuhan, Pertanda Apa?
• Tertangkap Kamera, Mesin Pesawat Terbakar Setelah Tabrak Burung
(TribunTravel.com/Muhammad Yurokha M)