TRIBUNTRAVEL.COM - Masyarakat percaya codot, sebutan bagi kelelawar, obat berbagai penyakit.
Setiap hari puluhan ekor codot berukuran kecil terjual dan diolah menjadi kelelawar atai codot bacem.
Warung sederhana di desa Giriharjo, Kecamatan Panggang, atau sebelah timur terminal Panggang, salah satu penjual codot bacem.
Warung milik Sukarwanti ini sudah terkenal sejak lama menjual makanan codot bacem.
Sukarwanti menjelaskan kuliner ekstrim ini sudah ada sejak nenek buyut dan resepnya pun diberikan secara turun menurun.
"Sudah lama, jadi awal berjualan itu nenek buyut saya. Dilanjutkan ibu, dan sekarang saya sendiri. Kalau nenek saya, kebetulan tidak berjualan codot," kata Sukarwanti saat ditemui di warungnya Rabu (29/1/2020).
• 5 Kuliner Ekstrem di Jogja, Ada Daging Ular Kobra dan Tongseng Kelelawar
Sukarwanti menambahkan pengolahan codot menjadi makanan melalui proses yang cukup lama dan panjang. '
Sebelum dimasak, kelelawar yang didapat dari warga sekitar yang mencari di sekitaran tebing kawasan pantai selatan harus dikuliti terlebih dahulu.
Setelah itu kelelawar dicuci dan direbus hingga setengah matang. Proses selanjutnya codot kembali direbus dengan bumbu bacem.
Kelelawar yang didapatkan langsung dikuliti, tinggal tubuhnya. Memang untuk jerohan tidak dikeluarkan, langsung dicuci dan direbus dengan bumbu bacem.
Codot direbus dalam keadaan utuh, hanyas sayap dan kaki yang disingkirkan, untuk bagian dalam tidak dibersihkan.

Para pembeli memang tidak hanya dari desa Giriharjo, ada juga dari daerah Magelang, Prambanan, Bantul, dan berbagai kota lainnya.
Para penikmat kelelawar ini percaya kuliner tersebut bisa menyembuhkan berbagai penyakit seperti asma, diabetes, hingga asam urat.
"Kadang ada yang pesan di kota Jogja melalui anak saya, lalu diantarkan ke sana," ucap Sukarwati.
Lebih lanjut Sukarwanti tahu tentang kabar bahwa kelelawar disebut sebagai inang dari Virus Corona. Namun kabar tersebut tidak berpengaruh terhadap penjualan codot bacem.
Ia percaya jika proses pengolahan codot bacem dilakukan dengan baik maka hasilnya tidak menimbulkan penyakit. Terlebih resep codot bacem ini sudah didapat dari turun temurun.
"Sepengetahuan saya di sana (China) itu tidak dimasak, kalau disini dimasak sampai matang, jadi aman," ucapnya.
Salah seorang pembeli asal kota Wonosari, Anjar Ardityo mengatakan, dirinya sudah beberapa kali mengkonsumsi kelelawar bacem di wilayah Panggang. Menurut Anjar, rasa codot bacem mirip burung puyuh yang digoreng kering.
"Kebetulan pas lewat mampir sekalian, karena kuliner seperti codot bacem ini tidak setiap wilayah ada. Selain di Panggang, dulu pernah makan di Kecamatan Purwosari," kata Anjar.
• Dari Sup hingga Bacem, Simak Beragam Olahan Daging Kelelawar di Berbagai Daerah
• Diisukan sebagai Pembawa Virus Corona, Daging Kelelawar Tetap jadi Idola di Manado
• Serunya Wisata di Goa Pindul, Rumah Kelelawar yang Banyak Dikunjungi Wisatawan
• 5 Negara yang Punya Ragam Kuliner dari Kelelawar, Salah Satunya di Pasar Tomohon, Indonesia
• 4 Kuliner Ekstrem di Gunungkidul, Mulai Belalang Goreng hingga Kelelawar Bacem
Artikel ini telah tayang di Kompas.tv dengan judul "Di China Jadi Penyebab Corona, di Yogyakarta Kelelawar Dibacem"