TRIBUNTRAVEL.COM - Tahun Baru Islam 2019 akan jatuh pada Minggu (1/9/2019).
Tahun Baru Islam merupakan tahun baru dalam kalender Islam dan juga kalender Jawa.
Saat ini, Tahun Baru Islam atau 1 Muharram diperingari oleh umat Islam dan orang Jawa.
Tanggal 1 Muhharam di Bulan Sura atau Suro ini sering dianggap keramat dan sering dijadikan waktu untuk acara tradisional.
Acara tradisional pada malam 1 Suro menarik untuk dikunjungi.
Berikut kota di Jawa dengan tradisi Tahun Baru Islam yang unik.
1. Solo

Keraton Surakarta di Solo selalu menyelenggarakan tradisi Kirab Kebo Bule untuk menyambut Tahun Baru Islam.
Kirab Kebo Bule dilakukan pada malam hari dan selalu menarik warga Solo dan juga wisatawan.
Kirab Kebo Bule ini memiliki nilai spiritual tersendiri, karena kebo ini adalah Kebo Bule Kyai Slamet.
Leluhur dari Kebo Bule Kyai Slamet ini adalah hewan kesayangan Paku Buwono II.
Para pengunjung biasanya berebut kotoran Kebo Bule Kyai Slamet.
Tonton juga:
• Sambut Tahun Baru Islam 2019, Pemprov DKI Jakarta Gelar Jakarta Muharram Festival
• Mudah dan Gratis, Ini Cara Membuat Visa on Arrival Thailand
• Tahun Baru Islam 2019, Rekomendasi 5 Masjid di Solo Cocok untuk Wisata Religi
2. Yogyakarta

Selain di Solo, Keraton Yogyakarta juga punya tradisi unik yaitu Mubeng Beteng.
Tradisi Mubeng Beteng atau Lampah Mubeng adalah tradisi yang dilakukan dengan mengelilingi Kompleks Keraton Yogyakarta tanpa berbicara, bersuara, makan, minum ataupun merokok.
Semua peserta melakukan tapa bisu dan bisa diikuti oleh wisatawan.
3. Malang
Di sekitar lokasi Pesarean Gunung Kawi ada tradisi kirab budaya atraktif.
Tradisi yang disebut ritual satu suroan ini dilakukan dengan pakaian adat dan juga replika patung buto.
Replika patung buto yang cukup besar tersebut nantinya dibakar sebagai simbol pembakaran hawa angkara murka dari manusia.
4. Temanggung
Ritual 1 Suro di Traji, Parakan, Temanggung menjadi tradisi yang berlangsung dalam adat Jawa.
Melansir dari TribunJogja, warga akan berjalan ke Kantor Balai Desa Traji menuju sendang sambil membawa gunungan yang berisi sesaji dan hasil bumi.
Setelah dibacakan doa-doa, warga akan memperebutkan gunungan.
5. Banyuwangi

Di desa Kenjo Banyuwangi ada tradisi sapi-sapian.
Melansir dari Kompas.com, tradisi ini ini muncul sejak 1700-an ketika tiga orang Bugis membuka lahan untuk permukiman dan pertanian.
Ketika mereka ingin membajak sawah, mereka memutuskan untuk menggunakan tenaga sendiri.
Dua orang menjadi sapi dan satu orang memegang kendali bajak.
Ketika kelelahan mereka mencari binatang untuk membajak sawah dan kemudian menemukan sapi liar.
Nah, untuk menghargai leluhur mereka menggelar tradisi sapi-sapian setiap 1 Suro.
6. Boyolali

Warga Lenjoh, Selo, Boyolali punya tradisi melarung satu kepala kerbau untuk memohon keselamatan kepada Sang Kuasa dan diberi berkah hidup di lereng Gunung Merapi.
Acara ini sering disebut Sedekah Gunung dan diikuti warga dari lereng Gunung Merapi.
Warga Selo biasanya berjalan sampai ke puncak dan menutupi kepala kerbau dengan kain.
(TribunTravel.com/Arif Setyabudi)