TRIBUNTRAVEL.COM - Sebagai kota yang terletak di pesisir Laut Jawa, Semarang terkenal dengan olahan ikannya.
Kota Semarang memiliki kuliner nikmat dari ikan yaitu Bandeng Presto dan yang paling banyak diburu adalah masakan ikan mangut.
Mangut merupakan olahan ikan asap yang dimasak dengan santan dan memiliki cita rasa gurih pedas.
Berbicara tentang ikan asap, Kota Semarang memiliki sentra pengasapan ikan yang berada di Kelurahan Bandarharjo, Semarang Utara.
Memasuki area ini, pengunjung akan disambut dengan aroma amis ikan segar dan aroma khas ikan asap.
Sebanyak 25 rumah pengasapan berjajar rapi di sisi timur Kali Semarang.
Asap mengepul dari cerobong setiap rumah produksi yang menandakan sedang berlangsung proses pemanggangan ikan.
Di bagian depan rumah produksi, berjajar rapi kepala dan ikan yang tengah dijemur.
"Kalau saya pribadi memulai usahan ikan asap sejak tahun 1972, kemudian tahun 1992 diketahui olah Dinas Perikanan Kota Semarang lalu dijadikan satu semuanya di Bandarharjo sini," ucap Yaenuri (72) satu diantara pengusaha ikan asap, Senin (5/8/2019).
Saat Tribunjateng.com berkunjung ke rumah produksinya, Yaenuri tengah memanggang ikan di dalam tungku kotak yang terbuat dari susunan batu bata.
Sedangkan sejumlah karyawan sedang membersihkan dan memotong ikan segar.

• Rekomendasi 8 Kuliner Enak untuk Sarapan di Kota Batu, Malang
• 3 Rumah Makan Langganan Jokowi di Solo
• 3 Warung Makan Solo Langganan Jokowi yang Muncul dalam Video Youtubenya
• Paket Main Wahana Air di Circus Waterpark Bali
TONTON JUGA :
Untuk membuat ikan asap, ada sejumlah proses yang dilalui.
Pertama ikan segar dibersihkan terlebih dahulu, kemudian ikan dipotong sesuai ukuran yang diinginkan.
Usai dipotong, ikan di tusuk menggunakan lidi. Lalu ikan dijemur untuk mengurangi kadar air supaya saat dipanggang air dalam daging ikan tidak menetes.
Tak hanya dagingnya saja, kepala ikan juga ikut diolah menjadi mangut. Kepala ikan inilah yang nantinya diolah menjadi kuliner Ndas Manyung yang banyak diburu oleh masyarakat.
Usai dijemur, ikan dan kepala kemudian dipanggang diatas bara api yang menggunakan batok kelapa selama 15-30 menit.
"Ikan yang digunakan adalah manyung, tongkol, pari, kadang- kadang kalau tidak ada ikan itu menggunakan ikan patin," lanjutnya.
Yaenuri dan pemilik pengasapan ikan lainnya mendapatkan suplai ikan dari berbagai daerah.
Seperti dari Batam, Probolinggo, dan Juwana.
Hal ini dikarenakan pantai di derah Semarang dangkal sehingga tidak ada banyak ikan.
Dalam sehari, Yaenuri bisa memproduksi sekitar 2-5 kwintal ikan asap.
Sedangkan untuk total produksi dari 25 rumah pengasapan dalam sehari bisa menapai 6 ton.
Banyaknya hasil produksi ikan asap ini membuat pemerintah Kota Semarang meresmikan kampung Bandarharjo menjadi Kampung Mangoet pada 26 Juli lalu.
"Harapannya dengan peresmian Kampung Mangoet ya supaaya pengusaha ikan asap di sini makin maju. Bisa semakin banyak menyerap tenaga kerja, di kampung pengasapan ini sudah ada sekitar 151 pekerja. Semoga kampung Mangoet bisa menunjung kesejahteraan kita," ucap Yaenuri.
Nantinya pengunjung yang datang ke Kampung Mangoet bisa melihat-lihat proses pengasapan ikan sekaligus mencicipi kuliner mangut yang diolah dari ikan asap.
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Kampung Mangut, Sentra Produksi Ikan Asap di Bandarharjo Semarang