TRIBUNTRAVEL.COM - Singgah menikmati paronama alam di Tawangmangu Kabupaten Karanganyar, belum lengkap rasanya apabila belum mencicipi beberapa kuliner khas di wilayah tersebut.
Satu di antaranya yang wajib Anda coba adalah sate landak.
Bertempat di Km 2 Jalan Raya Tawangmangu-Matesih Desa Nglebak Kecamatan Tawangmangu, Rumah Makan (RM) Gunung Mas sejak 1998 ini telah menjajakan sate landak dan dapat dikatakan sebagai legendaris.
Bahkan, pemilik RM Gunung Mas, Sukatno (76) pernah mendapatkan piagam penghargaan MURI sebagai pemrakarsa dan pemilik rumah makan khusus daging landak pertama di Indonesia pada 2006 silam.
Selain sate landak, rumah makan ini juga menyediakan kuliner lain dari pada yang lainnya seperti sate biawak dan tupai.
Cukup merogoh kocek Rp 30 ribu, pengunjung sudah dapat merasakan sensasi menyantap sate landak.
Di rumah makan ini, landak, tupai, dan biawak diolah dalam pelbagai menu masakan.
Mulai dari sate, tongseng, hingga rica-rica.
Harganya berkisar Rp 30 ribu hingga Rp 40 ribu per porsi.
• Petani Desa Gumiwang Sulap Jerami Sisa Hasil Panen jadi Beragam Patung
• Kenapa Sala Sering Disebut dengan Solo?
• Bocah 6 Tahun Meluncur Keluar dari Roller Coaster yang Melaju Lalu Jatuh dari Ketinggian 10 Meter
• Nota-nota yang Diunggah Netizen dari Warung Seafood Lesehan yang Viral Karena Terlalu Mahal
TONTON JUGA :
"Ramainya itu Sabtu dan Minggu.
Bisa potong hingga 2-3 ekor.
1 kilogram daging landak bisa menjadi 25 porsi," kata Sukatno kepada Tribunjateng.com, Kamis (30/5/2019).
Ia mendapatkan bahan baku masakan dari setoran berbagai daerah, seperti Kabupaten Boyolali, Gunung Kidul, Pacitan, dan Magetan.
"Setoran landak paling banyak dari Pacitan.
Sekali datang bisa 5-7 ekor," tuturnya.
Pengagum tokoh kharismatik Sukarno itu pun memiliki standar tersendiri ukuran landak yang dijadikan bahan baku masakan.
"Saya selalu bilang kepada penyetor, landak yang saya potong minimal beratnya 8 kilogram," jelasnya.
Guna mencukupi kebutuhan landak, selain menggantungkan pada setoran dia juga mengembangbiakkan landak di dekat rumahnya.
"Dalam setahun, bisa beranak 2 hingga 3 kali.
Sekali beranak bisa menghasilkan 1-2 ekor," tuturnya.
Sukatno menyampaikan, berdirinya RM Gunung Mas ini terdapat cerita panjang.
"Pada 1988, saya mulai menanam salak di kebun belakang rumah.
Selang beberapa tahun pohon salak mulai banyak berbuah.
Setiap malam, kebun salak kemasukan landak dan memakan salak-salak tua.
Berbulan-bulan saya jengkel, kemudian memesan semacam perangkat tikus tapi agak besar," jelasnya.
"Sore dipasang (perangkap), pagi harinya ada landak masuk.
Saya bingung menyembelihnya bagaimana.
Setelah disembelih, saya berikan kepada istri untuk dimasak.
Setelah dimakan saya heran, dagingnya empuk," kisahnya.
Tidak seperti daging-daging lain, sebelum dimasak dagingnya tidak berbau, tidak amis, dan tidak prengus.
Mengingat setiap hari selalu mendapatkan landak, Sukatno memberanikan diri membuka warung sate landak.
"Saya menempelkan tulisan sedia sate landak di depan rumah.
Di situlah awalnya," paparnya.
Selanjutnya, ketika memasuki RM Gunung Mas, para pengunjung juga akan disuguhi pemandangan alam wilayah Tawangmangu.
Ada yang unik juga dari rumah makan yang letaknya di jalan jalur selatan penghubung antara Kecamatan Matesih dan Tawangmangu tersebut.
Foto tokoh Sang Proklamator, Bung Karno menghiasi setiap sudut rumah makan.
Lengkap dengan slogan nasionalis seperti 'Jangan bertanya kepada negerimu apa yang telah diberikan negerimu kepadamu. Tetapi tanyalah kepada dirimu sendiri, apa yang telah kau berikan kepada negerimu sendiri'.
Pengagum Bung Karno itu menjelaskan, kata-kata itu sengaja disematkan dengan tujuan untuk menumbuhkan rasa nasionalisme bagi para pengunjung.
Rumah makan ini setiap hari buka mulai pukul 07.00 hingga pukul 17.30.
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Kuliner Anti Mainstream di Tawangmangu, Cobalah Menu Masakan Landak Hingga Biawak di RM Gunung Mas