lihat foto
TRIBUNTRAVEL.COM - Sebelum menyelami laut dengan scuba diving, banyak orang merasa ragu tentang dunia baru yang akan mereka jelajahi.
Pasalnya, air bukan habitat alami kita.
Itulah sebabnya, kita perlu waktu untuk beradaptasi dan latihan menyesuaikan tubuh dengan alam bawah laut.
Meskipun sudah paham prosedur keamanan, penyelam tetap harus memiliki kontrol mental dan keterampilan yang baik.
Untuk menemukan spot diving yang indah, beberapa orang rela bepergian jauh bahkan hingga ke luar negeri.
Tapi, tahukah kamu jika ternyata kita tidak boleh langsung naik pesawat setelah diving?
Bagi travelers yang hobi menyelam, tak boleh sembarangan melanjutkan perjalanan dengan pesawat terbang usai menyelam.
Dilansir oleh Kompas.com dari buku panduan Open Water Diver dari Professional Association of Diving Instructors (PADI), naik pesawat usai menyelam ada aturannya.
Untuk penyelaman tunggal atau penyelaman tanpa pengulangan, setidaknya dibutuhkan waktu jeda minimal 12 jam sebelum melakukan penerbangan.
• 7 Aktivitas Seru untuk Backpacker di Banyuwangi, Mendaki Gunung hingga Menyelam Bersama Hiu
Kemudian untuk penyelaman secara multiday atau menyelam setiap hari selama beberapa hari berturut-turut dibutuhkan waktu jeda minimal 18 jam sebelum melakukan penerbangan.
Sedangkan untuk penyelaman yang membutuhkan dekompresi (tekanan udara yang berkurang secara tiba-tiba) harus menyediakan waktu jeda lebih dari 18 jam sebelum melanjutkan penerbangan.
Dalam buku panduan tersebut tertulis, "rekomendasi ini didasarkan pada kisaran tekanan kabin pesawat pada ketinggian 600-2400 meter / 2000-8000 kaki."
"Sementara pedoman ini merupakan perkiraan terbaik yang saat ini dikenal untuk konservatif, interval permukaan yang aman sebelum terbang untuk sebagian besar penyelam," tulis buku tersebut.
Melakukan penerbangan tanpa mengikuti rekomendasi yang ditentukan dapat menyebabkan 'decompression sickness', dalam kasus terparah bahkan bisa menyebabkan kematian.
Apa itu decompression sickness?
• Selain Raja Ampat, Inilah 10 Lokasi Menyelam Paling Indah di Dunia
Selama menyelam, tabung sebagai alat bantu pernafasan bukanlah oksigen murni.
Tabung scuba mengandung 21 persen oksigen dan 79 persen nitrogen.
Jaringan di tubuh kita tidak menggunakan nitrogen yang diserap, sehingga ketika kita naik ke permukaan dengan tekanan udara yang semakin rendah maka akan lebih banyak nitrogen yang bisa larut dalam tubuh.
Nantinya sirkulasi darah normal membawa kelebihan nitrogen ke paru-paru yang keluar saat kita menghembuskan napas.
Jika jumlah kelebihan nitrogen berada dalam batas wajar, tubuh kita secara normal akan menghilangkan nitrogen dengan aman selama beberapa jam ke depan.
Namun jika kelebihan nitrogen dalam jaringan tubuh terlalu tinggi, ketika kita naik di permukaan, ini dapat menyebabkan gelembung nitrogen terbentuk di dalam darah dan jaringan tubuh.
Bayangkan gelembung yang tertahan di dalam botol soda dan kamu membuka tutupnya.
Hal inilah yang disebut decompression sickness.
• 5 Petualangan Luar Biasa di Indonesia, Menyelam di Raja Ampat hingga Mendaki Gunung Berapi
Decompression sickness bisa menyebabkan kelumpuhan atau mati rasa di beberapa bagian tubuh, pusing, nyeri sendi, sulit bernapas dan yang terparah bisa membuat penderita tak sadar hingga meninggal dunia.
Itulah kenapa kamu juga tidak disarankan naik ke permukaan dengan cepat setelah selesai menyelam.
• Update Info Prakiraan Cuaca Kamis, 25 April 2019, Waspadai Hujan Lebat di Sumatera dan Kalimantan
• Tur-Instagram, Liburan untuk Berburu Foto Semakin Populer di Kalangan Turis saat Liburan ke Bali
• Rekomendasi 7 Hotel Murah Dekat Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, Tarif di Bawah Rp 250 Ribu
• Instagram Luncurkan Fitur Quiz Sticker pada IG Stories, Begini Cara Menggunakannya
• 6 Tips Sehat Menjelang Bulan Puasa, Jangan Lewatkan Sahur dan Olahraga
TribunTravel.com/rizky tyasfebriani
