Breaking News:

Desa Trunyan, Desa di Bali yang Punya Tradisi Membiarkan Jenazah Membusuk di Bawah Pohon Suci

Kebanyakan mayat yang ada di Desa Trunyan tidak dimakamkan di dalam tanah atau dikremasi, melainkan diletakkan begitu saja di dekat pohon suci.

Instagram/bali.sakral
Desa Trunyan 

TRIBUNTRAVEL.COM - Bali memang tak pernah bosan menawarkan beragam keunikan bagi wisatawan.

Satu yang cukup menarik perhatian adalah Trunyan'>Desa Trunyan.

Desa Trunyan dikenal akan ritual kematiannya yang unik.

Kebanyakan mayat yang ada di Desa Trunyan tidak dimakamkan di dalam tanah atau dikremasi, melainkan diletakkan begitu saja di dekat pohon suci.

Pemakaman Trunyan hingga Danau 3 Warna, 5 Wisata Unik Indonesia yang Bikin Turis Manca Penasaran

Tradisi ini yang menjadikan Desa Trunyan, di pegunungan pantai timur Danau Batur terkenal.

Jika seorang ada yang mati di sana, maka tubuh orang tersebut tidak dikubur atau dikremasi layaknya tradisi Hindu.

Akan tetapi jenazahnya akan ditempatkan dalam sebuah sangkar bambu (anyaman yang terbuat dari bambu) berbentuk segitiga bersama deretan mayat lain.

Jasad tersebut kemudian dibiarkan membusuk.

Tradisi unik ini disebut juga sebagai mepesah.

Desa Trunyan - Ini Upacara Kematian Unik di Bali, Jenazah Dibiarkan Membusuk di Bawah Pohon Suci

Setelah semua daging hancur dimakan hawa panas Indonesia, tengkoraknya kemudian ditempatkan di batu altar di bawah pohon suci.

2 dari 4 halaman

Tengkorak ini menjadi blok sendiri disamping bangunan kuil.

Hanya di desa inilah tradisi mepesah dilangsungkan.

Trunyan - Menakjubkan! Meski Digeletakkan Begitu Saja, Mayat di Pemakaman Ini Tak Keluarkan Bau

Desa ini memang dekat, namun untuk mengunjunginya hanya bisa dijangkau dengan perahu dari Danau Batur, seperti dikutip TribunTravel.com dari dailymail.co.uk.

Bukan sembarang orang bisa ke sana.

Menurut keterangan, hanya laki-laki saja yang dibolehkan untuk mengunjungi Desa Trunyan untuk membersikan tubuh jenazah sebagai ritual perpisahan.

Mereka bisa membersihkan tulang dengan air hujan dan kemudian membungkusnya dengan kain.

Namun pada bagian kepala dibiarkan terbuka.

Menurut keyakinan setempat, jika ada wanita yang berani memakamkan maka desa tersebut akan dilanda gempa bumi dan letusan gunung berapi.

Air Terjun Sekumpul, Surga Tersembunyi yang Romantis di Buleleng, Bali

Uniknya lagi, meski dibiarkan membusuk di tanah jasad ini tak memunculkan aroma tak sedap.

Konon, sebuah pohon besar yang mengeluarkan aroma wangi di area ini yang mampu mengurangi bau busuk.

3 dari 4 halaman

Pohon besar ini disebut sebagai Taru Menyan.

Bau harum dari pohon inilah yang menetralisir aroma tak sedap dari mayat.

7 Aktivitas Seru dan Unik yang Bisa Dilakukan di Bali Selain Jalan-jalan di Pantai

Ketika anyaman bambu penuh maka akan dibuatkan lagi dan akan ditumpuk dengan jenazah yang baru.

Hanya yang benar-benar telah kering yang bisa dipindahkan ditumpukan batu altar.

Warga desa Trunyan percaya jika adat ini merupakan tradisi asli Bali yang sudah ada sejak jaman Majapahit pada tahun 1340.

5 Hotel Murah di Bali yang Cocok untuk Para Backpacker, Harga Mulai Rp 35 Ribu

Dikutip TribunTravel.com dari Kompas.com, ada tiga tempat pemakaman yaitu Sema Wayah untuk orang yang meninggal secara wajar.

Lalu Sema Nguda untuk bayi yang meninggal dan Sema Bantas untuk orang yang meninggal secara tidak wajar seperti kecelakaan.

Jika wisatwan ingin mengunjunginya maka bisa menjangkaunya dengan perahu.

Perahu bisa disewa dengan harga antara Rp 350.000 sampai Rp 500.000 dan bisa memuat hingga 7 orang.

Juga disediakan jaket pelampung dan pemandu dari penduduk setempat.

4 dari 4 halaman

Berminat untuk mengunjunginya?

4 Spot Instagramable di Bali yang Justru Jarang Disinggahi Turis Karena Seram

(TribunTravel)

Selanjutnya
Sumber: Tribun Travel
Tags:
Desa TrunyanTrunyandesa di baliBaliJenazah Membusuk Mepamit Handry Satriago
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved