TRIBUNTRAVEL.COM - Angulas adalah makanan paling mahal di Spanyol.
Makanan ini justru disebut tidak punya rasa sama sekali.
Angulas digambarakan berlendir dan terlihat seperti cacing di atas piring.
Mengapa orang-orang rela megeluarkan uang ratusan Euro untuk kuliner ini?

Dulunya angulas digunakan sebagai makanan untuk ayam dan babi.
• Spanyol Geser Peringkat Jepang sebagai Negara dengan Harapan Hidup Tertinggi di Dunia, Indonesia?
Angulas juga pernah menjadi makanan pokok kelas pekerja di Spanyol utara.
Tapi hari ini mereka menjual dengan harga 1.000 euro atau Rp 17 juta per kilo.
Mereka mungkin tidak terasa seperti apa pun, tetapi tampaknya banyak orang membayar untuk makanan ini.

Bukan rasanya yang mereka cari tapi menikmati makanan yang belum dapat dinikmati kebanyakan orang.
"Saya tidak akan membayar banyak untuk mereka (angulas), (angulas) mereka tidak memiliki rasa atau warna, tidak ada apa pun, mereka bahkan tidak berbau, selada memiliki lebih banyak aroma, tetapi kami memiliki dua orang di sini yang memesan setengah kilo, lima ratus euro pada satu waktu, beberapa orang dengan uang suka menghabiskannya. Siapa yang tidak suka menjadi sombong sesekali? ”Rodrigo García Fonseca, kepala koki dari restoran Basque yang terkenal di Madrid.
• Museum Meguro Parasitological, Satu-satunya Museum di Dunia yang Didedikasikan untuk Parasit
Tapi ini bukan pertama, belut dijual dengan harga yang mahal.
Pada tahun 2016, sekumpulan besar belut dijual dengan harga 5.500 euro atau Rp 96 juta per kilogram.
• 3 Negara Paling Damai di Dunia, Jadi Tempat Terbaik untuk Berlindung Jika Terjadi Perang Dunia III
"Suasana di lelang sangat menarik, ini acara media besar, dan hari berikutnya, nama restoran saya ada di semua surat kabar dan di semua saluran televisi. Beberapa klien saya kembali 20 atau 30 kali dalam satu musim untuk memakan belut,” ungkap seorang pemilik restoran bernama Jose Gonzalo Hevia.
Untuk mendapatkan gambaran tentang bagaimana rasa angula hambar, resep yang paling populer melibatkan menggoreng bawang putih dan cabai merah dalam banyak minyak zaitun dan kemudian menambahkan belut bayi untuk memberi mereka beberapa rasa.
• Selain Jakarta, Ini 9 Kota yang Paling Cepat Tenggelam di Dunia Akibat Naiknya Permukaan Air Laut
"Ketika saya masih muda, pada 1950-an dan 60-an, kami makan banyak angulas. Pada saat itu, mereka masih dianggap terlalu rendah untuk sebuah restoran," kata seorang penulis makanan, Manolo Gonzalez.
(TribunTravel.com/Arif Setyabudi)