TRIBUNTRAVEL.COM - Di Jepang, nasi tak sekedar menjadi makanan pokok, tetapi juga memiliki makna signifikan tersendiri.
Nasi adalah makanan pokok bagi masyarakat di berbagai dunia, terutama orang Indonesia.
Bagi orang Indonesia, makan belum bisa disebut kenyang apabila belum makan nasi.
Sementara, satu negara lain yang memiliki nasi sebagai bahan pangan pokok adalah Jepang.
Di Jepang, nasi biasa diolah menjadi sushi maupun onigiri.
Namun, nasi tak sekedar bahan pangan pokok di Jepang tetapi juga memiliki siginifikansi tersendiri.
Mengutip artikel berjudul Rice: It's More Than Food In Japan karya Linda S. Wojtan yang dimuat di laman spice.fsi.stanford.edu, banyak yang percaya aspek-aspek perilaku sosial orang Jepang berasal dari penanaman padi basah.
Nasi memang menjadi makanan utama penduduk Jepang dan ini dapat dilihat dari bahasanya.
Kata 'gohan' merujuk pada 'nasi yang matang' dan 'makanan'.
Penggunaan kata 'gohan' dengan imbuhan tertentu juga mengacu pada jenis santapan.
Seperti 'asagohan' (sarapan), 'hirugohan' (makan siang), dan 'bangohan' (makan malam).
Istilah ini menunjukkan betapa nasi tidak bisa dipisahkan dari agenda makan orang Jepang.
Sementara itu, beras Jepang memang mahal tetapi jarang diekspor.
Jepang memang bukanlah negara yang bisa sepenuhnya memenuhi kebutuhan pangannya.
Namun, sebagian besar beras atau nasi di Jepang merupakan produk domestik, mengutip laman japan-talk.com.
Sekitar 85 persen dari pertanian Jepang menghasilkan beras.
Petani beras Jepang pun dilindungi tarif dan kuotanya.
Orang Jepang cenderung sangat menyukai beras asli Jepang.
Akibatnya, sebagian besar restoran melayani varietas beras domestik secara eksklusif.
Bahkan makanan murah seperti onigiri (bola nasi) yang dijual di toko cenderung menggunakan beras domestik.
Sementara, harga beras impor di Jepang lebih murah.
Nasi Jepang memiliki rasa, tekstur dan penampilan yang unik.
Varietas padi Jepang adalah padi-padian pendek yang menjadi sedikit lengket saat dimasak.
Ini memungkinkan beras untuk mudah dikonsumsi dengan sumpit.
Pertanian padi secara tradisional merupakan kegiatan padat karya yang sangat melelahkan.
Saat ini, pertanian Jepang telah dimekanisasi.
Berbagai festival dan acara di seluruh Jepang memberikan pengalaman bagi peserta untuk merasakan metode penanaman dan panen padi secara tradisional.
Ini dianggap sebagai pengalaman budaya yang penting bagi kaum muda di banyak wilayah Jepang.
Kini, di Jepang ada vending machine khusus beras.
Beras biasanya dijual dalam kantong dengan berat 5,10 dan 20 kilogram di Jepang.
Beras yang tidak disaring (dan masih berwarna cokelat) bisa dijual dalam kemasan 30 kilogram.
Beras juga dapat dibeli dari mesin penjual beras, meski kini semakin jarang.
Sementara, biasanya penduduk Jepang bisa membeli beras berwarna cokelat dan membayar secara terpisah untuk dibersihkan agar berwarna putih.
(TribunTravel.com/Rizki A. Tiara)