Breaking News:

Festival Gunung Slamet, Ritual Pengambilan Air Tuk Sikopyah Tanamkan Cinta Lingkungan

Setiap memperingati tahun baru Hijriah, Masyarakat Desa Serang Kecamatan Karangreja mengadakan ritual pengambilan mata air (tuk) Sikopyah.

Tribuntravel.com
Ritual Pengambilan Air Tuk Sikopyah Tanamkan Cinta Lingkungan 

TRIBUNTRAVEL.COM - Setiap memperingati Tahun Baru Hijriah, Masyarakat Desa Serang Kecamatan Karangreja, Purbalingga mengadakan ritual pengambilan mata air (tuk) Sikopyah.

Ritual ini dilakukan oleh ratusan masyarakat dengan tujuan menanamkan semangat cinta lingkungan dan melestarikan alam sumber kehidupan.

Kepala Desa Serang, Sugito mengatakan mata air Tuk Sikopyah sangat bermanfaat bagi kehidupan warga desa Serang.

Tidak hanya itu, mata air Tuk Sikopyah juga dimanfaatkan oleh hampir 10 ribu warga di tiga desa yakni desa Serang dan Kutabawa di Kecamatan Karangreja, Purbalingga dan desa Gomong di Kecamatan Belik, Pemalang.

Tradisi ritual pengambilan mata air Tuk Sikopyah juga bertujuan untuk melestarikan budaya, pariwisata dan lingkungan.

Kampung Kitiran Disiapkan Jadi Daya Tarik Wisata di Purbalingga, Bisa Selfi hingga Tracking Jeep

Sebagai wujud dari menjaga pelestarian mata air Tuk Sikopyah, para perangkat desa membuat peraturan desa yang mewajibkan seluruh warga untuk menjaga mata air Tuk Sikopyah,

Sugito mengatakan sanki yang melanggar peraturan desa ini akan dikenakan denda Rp 5 juta.

“Sanksi bagi yang melanggar Perdes dan tetap menebang pohon di lingkungan Sikopyah, kita kenakan denda Rp 5 juta,” kata Sugito disela-sela prosesi pengambilan air Sikopyah pada rangkaian Festibval Gunung Slamet ke-4,  Jum’at (28/9/2018).

Intinya, lanjut Soegito, daerah di sekitar mata air Sikopyah harus tetap hijau dan mampu menjadi sumber kehidupan masyarakat di sekitarnya.

Sementara itu, Kyai Samsudin (61) Tokoh Masyarakat desa Serang mengungkapkan bahwa tradisi meruwat mata air Tuk Sikopyah sudah dilakukan sejak lama.

2 dari 2 halaman

Samsudin mengatakan sejak dirinya masih kecil masyarakat sudah melakukan tradisi pengambilan mata air Tuk Sikopyah.

“Sekarang sudah tiga kali dilakukan dalam skala lebih besar,” tutur Samsudin.

Samsudin mengatakan berdasarkan sejarahnya, sumber mata air Tuk Sikopyah merupakan peninggalan dari Mbah Haji Mustofa tokoh Islam di wilayah tersebut.

Saat itu, Haji Mustofa bertapa di tempat tersebut dan ia sempat berwudhu.

Kunjungi Desa Wisata di Purbalingga, Tora Sudiro Ngaku Betah: Kacang Rebusnya Enak

Selesai berwudhu, kopiahnya (peci) sempat tertinggal.

Namun ketika H Mustofa kembali untuk mengambil kopiahnya, kopiah tersebut sudah tidak ada.

Dari situlah menurut cerita sumber mata air tersebut diberi nama Sikopyah.

Plt Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi mengatakan kegiatan Festival Gunung Slamet (FGS) sudah menjadi agenda tingkat kabupaten.

Tidak saja bertujuan membangun silaturahmi danb kebersamaan, FGS juga mengajak kaum muda untuk melestarikan lingkungan alam di sekitar mereka.

(TribunTravel.com/GigihPrayitno)

Selanjutnya
Sumber: Tribun Travel
Tags:
TribunTravel.comFestival Gunung SlametTahun Baru HijriahPurbalingga
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved