Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizki A Tiara
TRIBUNTRAVEL.COM - Setiap harinya, satu pesawat terbang pasti mengangkut ratusan hingga ribuan orang.
Tak heran dengan jumlah penumpang yang begitu banyak, pesawat tak terbebas sepenuhnya dari bakteri dan kuman penyakit.
Sehingga, selalu ada risiko tertular penyakit kala seseorang menaiki pesawat terbang.
Risiko ini juga akan semakin meningkat dalam penerbangan jarak jauh.
Ada beberapa hal penyebab penyakit yang kerap dilakukan penumpang saat sedang berada di dalam kabin.
Apa sajakah itu?
Dikutip TribunTravel.com dari laman This is Insider, berikut daftarnya.
1. Tidak membuka ventilasi udara atau air vent di atas kursi yang kamu duduki.
Meskipun kamu merasa kedinginan, lebih baik tetap biarkan ventilasi udara (air vent) di atas kursi penumpang terbuka.
Ketika membuka air vent secara 'medium' atau 'low', hal ini dapat melindungimu dari mikroorganisme pembawa penyakit.
Dr. Mark Gendreau mengatakan kepada Travel and Leisure, virus terkait flu dan infeksi saluran pernafasan biasanya berkeliaran di udara selama penerbangan.
Virus-virus itu juga tidak banyak menempel di lantai.
Sehingga, dengan membiarkan air vent terbuka, berarti kamu membuat 'batas tak terlihat' yang menghalangi mikroorganisme itu dan membuatnya jatuh di lantai kabin.
2. Tidak membersihkan baki lipat pada kursi penumpang.
Sebuah penelitian tahun 2015 yang diadakan oleh TravelMath menguji berbagai jenis permukaan di dalam pesawat dan menyimpulkan baki atau nampan lipat mengandung jumlah bakteri delapan kali lebih banyak dibandingkan tombol flush pada toilet.
Kuman tersebut termasuk virus flu, norovirus (penyebab diare dan muntah), dan MRSA (penyebab infeksi kulit).
Jika akan menggunakan baki lipat, para ahli merekomendasikan untuk membersihkannya dengan tisu atau semprotan sanitizer/anti kuman untuk menghilangkan mikroorganisme penyebab penyakit.
3. Menggunakan kantung belakang kursi penumpang yang ada di depanmu.
Meskipun kantung belakang kursi terlihat bersih dan aman untuk meletakkan botol air dan makanan ringan, sesungguhnya itu penuh dengan kuman.
Ada banyak penumpang yang menggunakan kantung tersebut sebagai tempat sampah untuk menyimpan bungkus bekas, potongan makanan yang tidak dimakan, dan barang-barang lainnya yang dipenuhi jejak kuman dan bakteri.
Sebuah penelitian dari Auburn University menemukan kuman MRSA, yang menyebabkan berbagai penyakit mulai dari infeksi kulit hingga pneumonia, dapat bertahan hingga tujuh hari di dalam kantung ini.
Untuk menghindari kontak dengan kuman-kuman, jangan menyentuh kain atau menyimpan barang-barang di kantong bagian belakang kursi penumpang.
4. Membaca selama penerbangan.
Sama seperti membaca di dalam mobil, orang-orang yang rawan mengalami mabuk kendaraan juga tidak dianjurkan untuk membaca di pesawat terbang.
Sebaliknya, para ahli menyarankan untuk duduk di dekat jendela dan melihat-lihat garis horizon.
Ahli syaraf, Dean Burnett mengatakan kepada NPR, dengan menatap buku dalam waktu yang cukup lama dapat menghalangi banyak informasi visual eksternal di sekitarmu.
Terhalangnya informasi visual eksternal yang memberikan sinyal pada otak bahwa kamu sedang bergerak, dapat meningkatkan inkompatibilitas atau ketidakselarasan sensorik.
Sehingga dapat menyebabkan mual dan disorientasi.
5. Kurang makan atau malah kekenyangan sebelum terbang.
Jika makan kekenyangan atau malah kurang, kamu lebih rawan mengalami mabuk udara.
Aircraft Owners and Pilots Association merekomendasikan untuk makan dalam jumlah yang ringan beberapa jam sebelum terbang dibandingkan makan banyak atau malah berpuasa.
Penumpang juga disarankan menghindari camilan asin yang dapat mempercepat laju dehidrasi tubuh dan makanan berminyak yang dapat membuat perut bermasalah.
Lebih baik, makan makanan yang rasanya tawar seperti roti atau kraker. (*)