Breaking News:

3 Kisah Pendaki Bertahan Hidup Saat Kecelakaan di Gunung, Satunya Terpaksa Potong Lengan Sendiri

Dengan medan gunung yang keras serta tantangan dari suhu udara yang ekstrem, tak heran ada banyak bahaya yang mengintai para pendaki.

rockandice.com
Ilustrasi para pendaki gunung 

Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizki A Tiara

TRIBUNTRAVEL.COM - Saat traveling, diri kita dihadapkan dengan tantangan baru yang terkadang belum pernah dihadapi sebelumnya.

Satu dari aktivitas traveling yang memiliki risiko cukup tinggi adalah mendaki.

Dengan medan gunung yang keras serta tantangan dari suhu udara yang ekstrem, tak heran ada banyak bahaya yang mengintai para pendaki.

Satu di antaranya adalah risiko terjatuh atau kecelakaan lainnya.

Tak jarang, risiko tersebut membuat para pendaki mengalami pengalaman yang cukup traumatis.

Seperti pengalaman hidup dan mati, kehilangan anggota tubuh, hingga menyaksikan rekan-rekan pendakiannya tewas.

Di dunia ini, ada banyak kisah para pendaki gunung yang bertahan hidup saat terjatuh.

Tiga di antaranya telah dirangkum TribunTravel.com dari laman bestcounselingdegrees.net.

1. Aron Ralston

(Aron Ralston via telegraph.co.uk)
2 dari 4 halaman

Pada 26 April 2003, pendaki Aron Ralston sedang mencoba mengekspor celah ngarai sempit di Utah, Amerika Serikat ketika sebuah batu seberat 360 kilogram jatuh dan menghancurkan tangan kanannya.

Hal ini juga menjebak Aron hingga tak mampu mengeluarkan diri dari celah tersebut.

Aron mencoba menggeser batu itu menggunakan tali dan mencungkil batu dengan alat mulifungsinya, tetapi tidak ada yang berhasil.

Pada hari keempat, Aron mulai kehabisan air.

Jadi, dia hanya melihat satu pilihan yang tersisa, yakni mengamputasi lengannya sendiri.

Pertama, dia mematahkan kedua tulang di lengannya; kemudian dia menggergaji jaringan lunak, arteri, tendon dan, yang paling menyakitkan adalah ketika ia memutus syaraf tangannya.

“Semua keinginan, kegembiraan, dan euphoria dari kehidupan masa depan menghampiri diriku,” Aron mengatakan tentang pengalamannya.

“Mungkin beginilah cara saya menangani rasa sakit saat itu. Saya sangat senang bisa mengambil tindakan.”

Pada 2011, setelah memoarnya tentang insiden itu diadaptasi menjadi film nominasi Oscar berjudul 127 Hours, Aron juga bercermin, "Adalah hubungan yang saya miliki, semua hubungan cinta dengan keluarga dan teman-teman yang membuat saya bertahan.”

Film 127 Hours dibintangi oleh James Franco.

3 dari 4 halaman

2. Jim Davidson

(denverpost.com)

Pada 21 Juni 1992, Jim Davidson dan temannya, Mike Price menuruni Gunung Rainier dekat Seattle, Washington.

Jim Davidson berada di depan ketika dia mencoba menghindari jurang, tetapi ia malah jatuh ke jurang yang tersembunyi di dalam salju.

Mike sebenarnya berhasil memperlambat jatuhnya Davidson.

Namun ia juga terjatuh ke jurang sedalam 80 kaki atau 24 meter dan meninggal.

Jim Davidson menjelaskan, “Setiap orang berurusan dengan kesedihan, kesulitan, dan kesedihan dengan cara mereka sendiri."

"Saya tidak memiliki nasihat untuk orang lain tentang bagaimana menangani kesedihan mereka."

"Cara saya selalu berubah seiring waktu."

"Awalnya ada begitu banyak kesedihan dan saya harus berjuang untuk menerimanya."

"Tapi, kemudian ada keraguan tentang itu - mengapa saya masih di sini dan apa yang harus saya lakukan dengan hidup saya sekarang?"

4 dari 4 halaman

"Dan itu, kamu tahu, membutuhkan lebih dari satu dekade, persisnya sebelas tahun sampai saya benar-benar merasa cukup nyaman untuk membagikannya dengan orang lain. ”

Jim Davidson mengatakan, dia sering merasa dekat dengan mendiang Mike Price dalam setiap ekspedisi yang dia laksanakan sejak tragedi itu, baik ketika berada dalam keadaan yang menyenangkan maupun sulit.

3. James Sevigny

(summitpost.org)

Sementara beberapa pendaki yang dihadapkan dengan situasi hidup atau mati dapat melewatinya dengan kemauan kuat untuk bertahan hidup, beberapa pendaki mengklaim telah dibantu oleh kekuatan eksternal dan misterius.

Satu di antaranya adalah pendaki gunung James Sevigny.

Setelah tertimpa longsoran salju, James mengalami apa yang disebut faktor Orang Ketiga atau Third Man Factor.

Pada 1 April 1983, James Sevigny dan temannya, Richard Whitmire mendaki Deltaform di Canadian Rockies.

Saat itu, longsoran salju menggelontorkan keduanya menuruni gunung sejauh 2.000 kaki atau 609 meter.

Ketika James Sevigny tersadar, dia menderita sejumlah luka yang serius.

Tulang punggungnya patah di dua tempat, dan ligamen di kedua lututnya robek.

Satu lengannya patah, dan lengan yang lain mengalami kerusakan saraf yang parah akibat scapula yang juga patah.

Beberapa tulang rusuknya retak, gigi dan hidungnya patah, dan James mengalami pendarahan internal.

Setelah menemukan Richard Whitmire telah meninggal, James pun memutuskan untuk tetap berbaring di samping temannya dan menunggu kematian sendiri.

Namun, saat itu James juga mendengar suara yang berasal dari belakang bahu kanannya mengatakan agar ia tidak menyerah.

Suara itu terus memberikan instruksi kepada James yang telah hampir putus asa itu dan langsung meninggalkannya beberapa saat sebelum ia ditemukan dan diselamatkan oleh para pemain ski.

Faktor Orang Ketiga atau Third Man Factor adalah fenomena aneh, tetapi tidak biasa.

Seringkali fenomena ini telah disamakan dengan malaikat penjaga dan digambarkan sebagai cara untuk bertahan dalam keadaan ekstrem.

Selanjutnya
Sumber: Tribun Travel
Tags:
127 HoursUtahAron RalstonJames SevignyJim Davidson
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved