Laporan Wartawan TribunTravel.com, Ambar Purwaningrum
TRIBUNTRAVEL.COM - Bencana bisa terjadi di mana saja.
Bahkan saat sedang melakukan liburan.
Beberapa orang ini cukup beruntung berhasil lolos dari maut, meski beberapa di antaranya harus melakukan hal-hal ekstrem.
Dilansir TribunTravel.com dari laman ranker.com, berikut lima kisah orang yang berhasil lolos dari maut.
1. Aron Ralston memotong lengannya sendiri untuk menyelamatkan nyawa
Bila kamu pernah berpikir mengalami beberapa hari yang buruk, luangkan waktu sebentar untuk mengingat 127 jam kisah bertahan hidup Aron Ralston.
Pada 2003, Ralston pergi mendaki dekat Robbers Roost di Utah.
Dia adalah pendaki profesional yang terbiasa dengan medan yang berbahaya.
Namun saat sedang melakukan pendakian dekat Bluejohn Canyon, Ralston tergelincir.
Sebuah batu besar seberat 363 kg menjepit lengan kanannya ke dinding ngarai yang dalam dan sempit.
Dia mencoba melepaskan dan mengikis batu besar itu, tetapi setelah satu atau dua hari, Ralston menyadari jika tindakan ini tidak mungkin.
Apa yang harus dia lakukan selanjutnya jauh lebih ekstrem.
"Saya menyadari sejak awal jika harus memotong lengan agar terbebas, tetapi juga ada pertentangan batin yang membuat saya tidak ingin melakukannya."
"Namun pada hari kedua saya mulai berpikir untuk melakukannya."
"Berbagai cara saya coba, yaitu dengan mengiris lengan saya dengan menggunakan pisau kecil yang biasa saya bawa."
"Proses ini sangat lama dan menyakitkan."
"Namun setelah setelah mencapai bagian tulang, upaya memutuskan lengan terganjal."
"Yang bisa saya lakukan hanyalah melihatnya sampai akhir."
Akhirnya Ralston menemukan fakta meskipun pisaunya tidak bisa memotong tulang lengannya, dia bisa menekuk lengannya dan menggunakan batu itu untuk mematahkannya, membebaskan dirinya sendiri.
Ralston berhasil menggunakan berat tubuhnya untuk menekuk lengannya sampai bongkahan itu mencengkeram lengan bawahnya.
Kemudian, ia menggergaji dan memotong sisa tulang rawan, kulit, dan tendon dengan peralatannya.
Amputasi berlangsung lebih dari satu jam.
Beruntung dia selamat.
Ia bahkan membantu produser saat membuat film berdasarkan pengalamannya, 127 Hours.
Meski pernah mengalami hal buruk, Ralston terus melakukan olahraga luar ruangan yang menantang, membantu pejalan kaki difabel, dan bekerja untuk pelestarian hutan belantara.
Pada 2009, ia menikah, dan tahun berikutnya, putranya Leo lahir.
2. Tsutomu Yamaguchi yang berhasil bertahan hidup dari dua bom atom
Walau aneh, tapi kisah ini beneran nyata terjadi.
Tsutomu Yamaguchi tak cuma berhasil selamat dari bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima, tapi juga Nagasaki.
"Saya tidak tahu apa yang terjadi."
"Saya pikir saya pingsan untuk sementara waktu."
"Ketika saya membuka mata saya, semuanya gelap, dan saya tidak bisa melihat banyak."
"Itu seperti awal film di bioskop, sebelum gambar dimulai ketika frame kosong hanya berkedip tanpa suara," katanya.
Yamaguchi berada di Hiroshima dalam perjalanan bisnis, dan pada hari itu bom jatuh di Hiroshima yang seharusnya menjadi hari terakhirnya di kota.
Yamaguchi terbakar parah dalam ledakan itu dan kedua gendang telinganya pecah.
Yamaguchi berjalan ke stasiun kereta dengan dua rekan kerja yang juga selamat.
Mereka memulai perjalanan untuk kampung halamannya di Nagasaki, tempat istri dan anaknya tinggal.
Perjalanan itu membawa mereka harus melihat pemandangan yang mengerikan dan api yang masih menyala.
Bangunan-bangunan hancur, mayat-mayat yang hangus dan meleleh bergelimpangan di jalan.
Banyak jembatan tinggal puing-puing dan di sebuah sungai. Yamaguchi terpaksa berenang melalui mayat yang mengambang.
Sementara bom kedua di Nagasaki terjadi saat ia hendak ke kantor.
Ajaibnya, istri dan putranya juga selamat.
Meskipun ia menderita paparan radiasi, Yamaguchi pulih dan hidup hingga 2010.
3. Sebanyak 16 korban kecelakaan pesawat bertahan hidup selama 72 hari di Pegunungan Andes dengan makan daging orang mati
Pada Oktober 1972, Uruguayan Air Force twin turboprop Fairchild FH-227D terbang di atas Pegunungan Andes dengan penumpang tim rugby dari Montevideo, Uruguay.
Mereka dalam perjalanan menuju Santiago, Chili untuk bertanding.
Ketika berada di pegunungan Andes, pesawat jatuh.
Sebanyak 16 penumpang selamat dari kecelakaan tersebut.
Meski mereka selamat, tapi penumpang ini harus bertahan hidup selama dua bulan sebelum tim menyelamat datang.
Lalu bagaimana mereka bisa bertahan hidup selama itu?
Apalagi mereka dihadapkan pada suhu di bawah nol dan tanpa makanan.
Jadi mereka melakukan apa yang harus dilakukan.
Menggunakan pisau cukur dan pecahan kaca, mereka mengambil daging dari rekan mereka yang tewas dan memakannya agar tetap hidup.
4. Anatoli Bugorski bertahan hidup dengan laser beam
Anatoli Bugorski adalah seorang peneliti di Institut Fisika Energi Tinggi di Protvino, Bugorski.
Pada 1978, ketika melihat peralatan tidak berfungsi, ia memeriksa apa yang bisa disebut sebagai skenario terburuk.
Kepalanya menghalangi sinar proton sehingga menembus bagian belakang kepalanya dan keluar dari hidungnya.
Dia menggambarkan melihat kilatan " lebih terang dari seribu matahari ," tetapi dia tidak merasakan sakit.
Namun entah bagaimana, dia tetap hidup.
Dia kehilangan pendengaran di telinga kirinya, dan setengah bagian kiri wajahnya.
5. Salvador Alvarenga berhasil selamat setelah 438 hari terombang-ambing di tengah laut
Pada 18 November 2012, Salvador Alvarenga bersama rekannya memulai perjalanan memancing 30 jam.
Namun saat berada di tengah lautan, tiba-tiba badai besar muncul.
Badai ini menyebabkan Alvarenga membuang peralatannya dan berniat kembali pulang.
Namun mesin pada kapalnya mati saat mereka masih 15 mil di lepas pantai.
Tanpa mesin, kapalnya terombang-ambing oleh badai yang akhirnya malah membuatnya berada di 280 mil dari lepas pantai.
Alvarenga pun memulai perjalanan lebih dari setahun, melawan lapar, haus, dan terik Matahari untuk bisa mencapai pulau terdekat.
Matahari di siang hari dan di tengah laut membuat mereka seolah-olah sedang dimasak hidup-hidup.
"Aku sangat lapar hingga makan kukuku sendiri," kata Alvarenga.
Mereka bisa tetap hidup dengan memakan penyu dan burung laut.
Satu awaknya tewas di sepanjang jalan dan Alvargenga berjuang sendirian.
Untuk sementara waktu, dia bahkan menyimpan jasad mantan temannya untuk diajak bicara.
Pada 30 Januari 2014, ia akhirnya mendarat di Ebon Atoll di ujung Kepulauan Marshall.
Dan dia hidup untuk menceritakan kisahnya.