Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizki A Tiara
TRIBUNTRAVEL.COM - Merasa sedih untuk beberapa waktu merupakan hal yang lumrah dalam hidup.
Namun, jika kesedihan itu datang terus-menerus dan mempengaruhi banyak aspek dalam kehidupan sehari-hari, itu bisa jadi tanda depresi.
Depresi dapat terjadi dalam kondisi ringan atau berat, dalam jangka waktu pendek maupun panjang.
Juga merupakan satu kondisi mental yang harus diperhatikan dan perlu ada tanggap dari orang sekitar.
Karena jika tidak, depresi dapat berujung pada hal-hal yang fatal.
Termasuk menyakiti diri sendiri dan bunuh diri.
Beberapa kondisi tertentu, seperti kelahiran bayi atau perubahan musim, dapat memicu beberapa gejala depresi.
Sehingga, depresi memiliki beberapa macam.
Memahami jenis depresi yang dialami seseorang, dapat membantu dokter untuk memberikan perawatan yang tepat.
Serta dapat membantu orang yang mengalami depresi itu sendiri.
Mengenal jenis depresi juga menjadi satu hal penting untuk kita lebih tanggap dan memahami sang penderita.
Kali ini, TribunTravel.com telah merangkum tujuh jenis depresi dari laman verywellmind.com.
1. Major Depressive Disorder (MDD).
Istilah depresi klinis mengacu pada tipe Major Depressive Disorder.
MDD adalah gangguan mood atau suasana hati yang meliputi ciri-ciri utama sebagai berikut:
- Suasana hati tertekan atau depresi.
- Kurangnya minat dalam kegiatan yang biasanya dinikmati.
- Perubahan berat badan.
- Perubahan dalam tidur.
- Kelelahan akut.
- Perasaan tidak berharga dan rasa bersalah.
- Kesulitan berkonsentrasi.
- Berpikiran tentang kematian dan bunuh diri.
Jika seseorang mengalami sebagian besar dari gejala-gejala di atas selama lebih dari dua minggu, mereka akan cenderung didiagnosis dengan MDD.
2. Persistent Depressive Disorder.
Dysthymia, sekarang dikenal sebagai gangguan depresi persisten, mengacu pada jenis depresi kronis yang dialami selama berhari-hari untuk setidaknya dua tahun.
Depresi ini bisa ringan, sedang, atau berat.
3. Bipolar Disorder.
Gangguan bipolar atau bipolar disorder adalah gangguan mood atau suasana hati yang ditandai dengan adanya peningkatan suasana hati abnormal dalam jangka waktu tertentu yang dikenal sebagai mania.
Periode-periode mania ini bisa terjadi dalam kondisi ringan (hypomania).
Namun, periode mania juga bisa sangat ekstrem sampai-sampai menyebabkan kerusakan pada kehidupan seseorang, memerlukan perawatan di rumah sakit, atau mempengaruhi kemampuan seseorang mengenali realitas.
Sebagian besar dari penderita bipolar disorder juga memiliki serangkaian episode depresi berat.
Sebenarnya, bipolar disorder disertai suasana hati yang tertekan dan minat yang berkurang secara signifikan dalam kegiatan yang sebelumnya disukai.
Namun, penderita depresi bipolar juga mengalami berbagai gejala fisik dan emosional yang mencakup:
- Kelelahan, insomnia, dan kelesuan.
- Rasa sakit yang tidak dapat dijelaskan, nyeri, dan agitasi psikomotorik.
- Putus asa dan kehilangan harga diri.
- Mudah tersinggung dan kecemasan kronis.
- Ketidakmampuan dalam mengambil keputusan dan disorganisasi atau kondisi yang berantakan.
Risiko bunuh diri pada penderita bipolar disorder 15 kali lebih besar dibandingkan kalangan masyarakat umum.
Psikosis (termasuk halusinasi dan delusi) juga dapat terjadi pada kasus bipolar yang lebih ekstrem.
4. Postpartum Depression.
Kehamilan dapat membawa perubahan hormonal secara signifikan yang sering mempengaruhi suasana hati perempuan.
Depresi dapat timbul selama masa kehamilan atau setelah kelahiran seorang anak.
Depresi pasca melahirkan lebih dari sekedar baby blues.
Depresi ini dapat berkisar dari kelesuan dan kesedihan yang terus-menerus yang membutuhkan perawatan medis, sampai psikosis pasca melahirkan.
Psikosis pasca melahirkan adalah suatu kondisi di mana seorang perempuan mengalami episode suasana hati yang disertai kebingungan, halusinasi atau delusi.
5. Seasonal Affective Disorder (SAD).

Jika seseorang mengalami depresi, mengantuk, dan kenaikan berat badan selama bulan-bulan musim dingin, tetapi ia merasa baik-baik saja di musim semi, ia kemungkinan memiliki kondisi yang dikenal sebagai gangguan afektif musiman (Seasonal Affective Disorder/SAD).
SAD saat ini dikenal sebagai gangguan depresi mayor, dengan pola musiman.
SAD diyakini dipicu oleh gangguan dalam ritme sirkadian normal pada tubuh.
Cahaya yang masuk melalui mata memengaruhi ritme ini, dan variasi musiman apa pun dalam pola siang atau malam dapat menyebabkan gangguan yang mengarah ke depresi.
SAD lebih umum di kawasan utara Bumi dibandingkan di daerah selatan.
SAD sering dapat diobati dengan terapi cahaya untuk mengimbangi hilangnya kondisi siang hari akibat musim dingin berkepanjangan.
6. Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD).
Beberapa gejala yang paling umum dari sindrom pra-menstruasi (PMS) adalah mudah tersinggung, kelelahan, kecemasan, kemurungan, perut kembung, peningkatan nafsu makan, mengidam makanan, rasa sakit, dan nyeri payudara.
Sementara, gangguan dysphoric pramenstruasi (Premenstrual Dysphoric Disorder/PMDD) memang memiliki gejala yang sama.
Namun, ada beberapa gejala terkait dengan suasana hati yang terlihat lebih jelas.
Gejala ini termasuk:
- Kelelahan ekstrem.
- Merasa sedih, putus asa, atau kecenderungan mengkritik diri sendiri.
- Stres atau kecemasan yang parah.
- Perubahan suasana hati, yang kerap diiringi tangisan.
- Sifat lekas marah.
- Ketidakmampuan berkonsentrasi.
- Mengidam makanan tertentu atau makan berlebihan.
Perawatan hormonal dapat digunakan sebagai tambahan untuk antidepresan dan perubahan gaya hidup untuk mengatasi kondisi PMDD.
7. Atypical Depression

Penderita atypical depression memiliki tanda-tanda depresi (seperti makan terlalu banyak, tidur terlalu banyak, atau terlalu sensitif terhadap adanya penolakan).
Namun, penderitanya juga mendapati diri tiba-tiba bersemangat saat menghadapi peristiwa positif.
Atypical depression atau depresi atipikal adalah sejenis depresi yang tidak mengikuti gejala-gejala "khas" yang timbul gangguan depresi.
Atypical depression ditandai dengan serangkaian gejala spesifik yang terkait dengan:
- Makan berlebihan atau kenaikan berat badan
- Tidur yang berlebihan.
- Kelelahan, kelemahan, dan perasaan terbebani.
- Sensitivitas intens atau teramat peka terhadap penolakan.
- Suasana hati yang sangat reaktif.
Tipe ini sebenarnya lebih umum dari yang diimplikasikan namanya.
Tidak seperti bentuk depresi lainnya, penderita atypical depression merespon jenis antidepresan yang dikenal sebagai monoamine oxidase inhibitor (MAO) dengan lebih baik.