Breaking News:

Masih Sembarangan Buang Plastik? Video Ini Tunjukkan Efek Mengerikan Plastik di Samudera Pasifik

Telah kita ketahui, plastik sangat berbahaya bagi lingkungan tapi masih terus saja dianggap remeh.

Chris Jordan via dailymail.co.uk
Burung Albatros mati akibat memakan plastik di Pulau Midway, Samudera Pasifik 

Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizki A Tiara

TRIBUNTRAVEL.COM - Telah kita ketahui, plastik sangat berbahaya bagi lingkungan tapi masih terus saja dianggap remeh.

Sebuah video yang diambil di sebuah pulau terpencil di Samudera Pasifik ini semoga dapat menjadi peringatan buat kita untuk lebih mempertimbangkan kembali penggunaan plastik.

Dikutip TribunTravel.com dari laman Daily Mail, fotografer sekaligus pembuat film dari Amerika Serikat, Chris Jordan merekam video yang berjudul Albatros. sebuah dokumenter yang menampilkan burung albatros yang mati akibat plastik di Pulau Midway, Samudera Pasifik Utara.

(dailymail.co.uk)
(dailymail.co.uk)
(dailymail.co.uk)

Dalam video yang dibuat Chris, jasad-jasad burung dewasa penuh dengan plastik dalam perutnya.

Di bagian lain, tampak jasad anak burung dikelilingi oleh puing-puing plastik.

Ada pula satu bagian dalam video yang menunjukkan seekor burung muda yang lehernya terlipat ke belakang, tapi masih berjuang bertahan hidup di sarangnya.

Chris membuat video ini untuk menyoroti permasalahan plastik yang telah membunuh ribuan burung di Pulau Midway.

Padahal, Pulau Midway berjarak sangat jauh dari daratan benua terdekat, yakni 3.200 kilometer.

Chris berharap, video karyanya dapat menggugah kesadaran masyarakat akan permasalahan yang ditimbulkan plastik dalam skala global.

2 dari 3 halaman

Berbicara kepada Guardian, Chris Jordan mengatakan, "Materi ini (plastik) akan bertahan selamanya, tapi kita malah membuangnya setelah sekali digunakan."

“Tapi ini tidak sesederhana menginspirasi individu untuk membuat perubahan kecil."

"Kita harus mengakui, satu individu tidak dapat membuat perbedaan."

"Namun, ketika ada 100 juta orang memutuskan untuk tindakan, itulah momen perubahan nyata dapat terjadi."

Untuk itulah, kita semua harus segera bertindak dan menyadari bahaya plastik.

Menurut Rebecca Hosking, "Setiap induk pasti ingin memberi makan bayi mereka, dan burung albatros juga berjuang untuk memberi makan anak-anak mereka."

"Tapi, pada kenyataannya induk albatros malah memberi anak mereka plastik beracun."

"Pasalnya, albatros mengira plastik itu adalah cumi-cumi beraneka warna yang berada dekat permukaan samudera, tentu hal ini sangat menyedihkan."

Rebecca ingat para ilmuwan yang mengumpulkan sikat gigi, korek api, mainan, tutup botol, bahkan kemasan kecap ikan.

"Ini semua adalah barang-barang yang kita gunakan setiap hari dan tak bisa dipercaya burung-burung ini bisa memakannya."

3 dari 3 halaman

Chris Jordan pertama kali mengunjungi pulau itu pada September 2009, dan menemukan puluhan ribu burung albatros Laysan yang mati selama kunjungannya.

Dia sempat heran dengan kejadian itu.

Burung-burung albatros tidak memiliki pemangsa alami di Midway dan tidak menunjukkan rasa takut pada manusia.

Sehingga, hal ini memungkinkan Chris untuk mendekati albatros sambil merekam film dokumenternya, yang dirilis bulan lalu.

Video ini menunjukkan ribuan burung mati berserakan di pulau itu, banyak plastik ditemukan dalam perut mereka.

Chris menghabiskan 94 hari dalam delapan tahun kunjungan ke Midway dan merekam lebih dari 400 jam rekaman.

Dalam prosesnya, ia dan timnya mendokumentasikan kehancuran yang mereka hadapi.

Di situs web film ini, mereka mengatakan, "Pengalaman ini sangat menyedihkan, tidak hanya tentang penderitaan burung, tetapi tentang apa yang direfleksikan kembali kepada kita tentang kekuatan destruktif dari budaya konsumsi massal saat ini, serta hubungan yang rusak antara manusia dengan lingkungan hidup."

Melihat video menyedihkan ini, sudah seharusnya kita semua mengurangi penggunaan plastik yang berlebihan ya.

Selanjutnya
Sumber: Tribun Travel
Tags:
Pulau MidwaySamudera Pasifik
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved